Jumat, 06 Desember 2024

farmakope 123


 tukan dengan interpolasi linier. Hal ini digambarkan 

pada Gambar 2 

 

 

 

    Bentuk kurva foto puncak paling mendekati garis lurus 

pada 0,606 P dan kontribusi sebagian saluran-saluran lain 

terhdap a dapat diperkirakan secara teliti dengan cara 

interpolasi. Hitung a dengan persamaan: 

 

  

 

c dan d dan juga c’ dan d’ berturut-turut yaitu  laju 

cacahan saluran tunggal pada kedua sisi dari 0,606 p; D 

dan D’yaitu  nomor-nomor saluran (lokasi) berturut-turut 

d dan d’. Lokasi variabel yang diperlukan pada foto 

puncak dapat dilihat pada Gambar 3. 

 

 

    Dari nilai laju cacahan yang telah diketahui pada 

saluran dari foto puncak, P, dan lebar puncak pada 0,606 

P; a, yaitu  fraksi luas foto puncak yang terkalibrasi 

yang dapat diperoleh dari hasil kali a x P(aP). 

    Tahap-tahap perhitungan yang diperlukan untuk 

memakai  cara di atas yaitu  sebagai berikut: 

(1) Kurangi foto puncak yang akan diukur dengan 

kontribusi Compton dan latar belakang.  

(2) Tentukan laju cacahan saluran puncak (laju 

cacahan saluran maksimum sesudah  dikurangi Compton 

dan latar belakang), P. 

(3) Kalikan P dengan 0,606, dan tentukan garis 

horizontal yang sesuai dengan lebar puncak, a. 

(4) Tentukan lebar puncak a, dengan memasukkan 

nilai-nilai variabel (diperoleh dengan cara yang 

ditunjukkan pada Gambar 3) ke dalam persamaan untuk a.  

(5) Bagian luas puncak terkalibrasi yang diinginkan 

sama dengan a x P atau F = aP dimana F yaitu  bagian 

luas puncak yang sebanding dengan laju pancaran sumber 

radioaktif. 

Metode ini merupakan cara yang cepat dan tepat untuk 

penetapan laju emisi sinar gamma dari sumber, sambil 

terutama menghindarkan perkiraan subjektif pada bentuk 

puncak-puncak ikutan. 

Kesalahan yang disebabkan oleh pemakaian  laju cacah 

saluran maksimum, dari pemakaian  maksimum teoritis 

atau laju saluran puncak, yaitu  sekitar 1,0% jika a = 6 

atau lebih besar. 

 

KALIBRASI EFISIENSI FOTO PUNCAK  

 

Radionuklida-radionuklida seperti yang tercantum dalam 

Tabel disertai beberapa data peluruhan nuklirnya, tersedia 

sebagai baku pembanding. beberapa  yang cukup sumber 

baku pembanding radioaktif harus dipilih untuk 

mendapatkan kurva kalibrasi yang mencakup daerah yang 

diinginkan. Jika mungkin, sumber baku radionuklida-

radionuklida yang dianalisa  termasuk di dalamnya. 

Hitung laju emisi sinar gamma dengan persamaan: 

 

  s b 

 

As yaitu  aktivitas, dalam peluruhan per detik baku yang 

dipakai ; b yaitu  jumlah sinar gamma tiap peluruhan 

pada energi ini . 

Ukur dengan tepat beberapa  larutan baku tiap 

radionuklida dalam wadah yang sama dan tentukan fraksi 

luas foto puncak (F) masing-masing baku. 

memakai  persamaan p =F/ , hitung efisiensi foto 

puncak p dan gambar grafik dalam bentuk log-log antara 

p terhadap energi sinar gamma dapat dilihat pada 

Gambar 4 

 

- 1584 -

 

 

 

 

 

 

Tabel sifat-sifat Nuklir(1,2) 

 

Emisi 

dasar 

foton 

Energi 

(keV) 

Foton 

per100 

peluruhan 

Emisi 

dasar 

foton 

Energi (keV) Foton 

per100 

peluruhan 

129I (T1/2 = 1,57x107 tahun)  Bobot rata-rata(4)  (34,1)     (81,3) 

(3) 29,8   37,0  165,8     80,0 

 29,5   29,0 203Hg(T1/2 = 46,6 hari)  

 33,6   13,2             XL   10,3       5,6 

 39,6     7,52    72,87       6,27 

Bobot rata-rata(4) (31,3) (77,80)    70,83       3,72 

241Am(T1/2 = 432,2 tahun)     82,6       2,79 

                   XL 13,9  38,2 Bobot rata-rata(4)  (74,6)    (12,8) 

                   1

 26,4    2,5               1 279,2     81,5 

                   2 59,5  35,9 113Sn-113mIn (T1/2 = 115,1 hari)  

109Cd (T1/2 = 464 hari)              XL      3,3       9,0 

 22,2  55,1     24,2     51,5 

 22,0  29,1     24,0    27,5 

 24,9  17,8     27,3    17,3 

Bobot rata-rata(4) (22,6)  (102,0) Bobot rata-rata(4)  (24,7) (96,7) 

                    1 88,0    3,72 1 255,1     1,9 

195Au (T1/2 = 183 hari)  2 391,7 64,6 

 66,83   50 85Kr (T1/2 = 10,72tahun)  

 65,12   29,0 1 514,0 0,43 

 75,7   21,7 137Cs-137mBa (T1/2 = 30,0 tahun)  

Bobot rata-rata(4)  (68,25)  (100,7)    32,2 3,90 

1   30,88    0,83    31,8 2,11 

2   98,86  10,9    36,4 1,42 

3 129,7    0,89 Bobot rata-rata(4)  (32,9)  (7,43) 

57Co (T1/2 = 270,9 hari)   1 661,6 89,9 

Xk     6,5  56,0 94Nb (T1/2 2x104 tahun)  

1

   14,4    9,5  1 702 100,0 

2 122,1  85,6  2 871 100,0 

3  136,4  10,6 22Na (T1/2 = 2,60 tahun)  

Bobot rata-rata ( 2

+ 3) (4) (125,0) (96,2) H  511 179,78(5) 

139Ce (T1/2 = 137,7 hari)  1 1274,5   99,95 

    33,4 42,6 60Co (T1/2 = 5,27 tahun)  

    33,0 23,1 1 1173,2(6) 99,88 

    37,8 15,6 2 1332,5(6) 99,98 

      

 

1) Untuk tujuan pengukuran sinar gamma atau sinar X radiasi fluoresensi dari perisai timbal (khususnya, sinar X timbal K 76 

keV) dapat mempengaruhi hasil kuantitatif. Untuk mengatur efek ini atau menekan radiasi dapat dilakukan dengan cara melapisi timbal 

yang terpapar dengan lembaran kadmium setebal antara 0,06 inci dan 0,08 inci; lalu  lapisi kadmium dengan tembaga setebal 

antara 0,02 inci dan 0,04 inci. 

2) Yang biasanya disertakan hanyalah emisi foton yang memiliki  limpahan lebih besar atau sama dengan 1%. 

3) Notasi K mengacu pada emisi sinar-X 

4) Energi rata-rata dan intensitas total yang diukur dari kelompok foton-foton tidak dapat dipisahkan oleh detektor Nal (T1). 

5) Untuk intensitas foton ini agar dipakai , seluruh positron yang diemisi harus dihilangkan dari bahan sumber. 

6) Riam 

- 1585 -

 

 

 

 

 

 

PENETAPAN AKTIVITAS CUPLIKAN 

 

Dengan cara yang sama seperti pada pembuatan kurva 

kalibrasi, tentukan luas fotopuncak utama (F) pada 

cuplikan atau alikot yang diukur saksama dengan volume 

dan wadah yang sama seperti pada baku. Dari kurva 

kalibrasi, tentukan harga p untuk radionuklida yang 

diukur. Dengan memakai  persamaan:  

 

=

p

F  

 

hitung laju emisi sinar gamma ( ). Hitung aktivitas (A) 

dari contoh dalam satuan peluruhan per detik dengan 

persamaan: 

 

D

b

A =  

 

b yaitu  jumlah sinar gamma tiap pelarutan; D yaitu  

faktor pengenceran. 

    Untuk mendapatkan aktivitas dalam satuan μCi atau 

mCi, bagi A berturut-turut dengan 3,7 x 104 atau 3,7 x 

107. Hubungan di atas berlaku juga untuk aktifitas dari 

kapsul atau cuplikan yang tidak diencerkan; dalam hal ini 

faktor pengenceran; D yaitu  sama. 

 

 

SPEKTROFOTOMETRI DAN HAMBURAN 

CAHAYA <1191> 

 

PENGUKURAN ULTRA VIOLET, CAHAYA TAMPAK, 

INFRAMERAH, SERAPAN ATOM, FLUORESENSI, 

TURBIDIMETRI, NEFELOMETRI DAN RAMAN 

 

    Spektrofotometri serapan merupakan pengukuran suatu 

interaksi antara radiasi elektromagnetik dan molekul atau 

atom dari suatu zat kimia. Teknik yang sering dipakai  

dalam analisa  farmasi meliputi spektroskopi serapan ultra 

violet, cahaya tampak, inframerah dan serapan atom. 

Pengukuran spektrofotometri di dalam daerah cahaya 

tampak, semula disebut kolorimetri, namun  istilah 

“kolorimetri” lebih tepat dipakai  untuk persepsi 

tentang warna. 

    Spektrofotometri fluorosensi merupakan pengukuran 

emisi cahaya dari suatu zat kimia selama diberi paparan 

ultra violet, cahaya tampak atau radiasi elektromagnetik 

lainnya. Pada biasanya  cahaya yang diemisikan oleh 

larutan yang berfluorosensi memiliki  intensitas 

maksimum pada panjang gelombang yang biasanya         

20 - 30 nm lebih panjang dari panjang gelombang radiasi 

eksitasi. 

    Hamburan cahaya menyangkut pengukuran cahaya 

yang dihamburkan akibat tidak homogennya densitas 

optik submikroskopis dari larutan dan berguna dalam 

penentuan bobot molekul rata-rata sistem polidispersi 

dengan jangkauan bobot molekul dari 1000 sampai 

beberapa ratus juta. Dua teknik yang sering dipakai  

dalam analisa farmasi yaitu  turbidimetri dan 

nefelometri. 

    Spektroskopi Raman (hamburan cahaya tidak elastis) 

merupakan proses hamburan cahaya yang contoh ujinya 

disinari dengan cahaya monokromatik kuat (biasanya 

cahaya laser) dan cahaya yang dihamburkan dari contoh 

ini  dianalisa  pergeseran frekuensinya. 

    Jangkauan panjang gelombang yang tersedia untuk 

pengukuran membentang dari panjang gelombang pendek 

ultra violet sampai ke inframerah. Untuk mempermudah 

acuan, daerah spektrum ini pada garis besarnya dibagi 

dalam daerah ultra violet (190 - 380 nm), daerah cahaya 

tampak (380 - 780 nm), daerah inframerah dekat          

(780 - 3000 nm) dan daerah inframerah (2,5 - 40 m atau 

4000 - 250 cm-1). 

 

Kegunaan Komparatif Daerah Spektrum 

 

    Untuk sebagian besar bahan farmasi pengukuran 

spektrum dalam daerah ultra violet dan cahaya tampak 

dapat dilakukan dengan ketelitian dan kepekaan yang 

lebih baik daripada dalam daerah inframerah dekat dan 

inframerah. jika  larutan diamati dalam sel 1 cm 

dengan kadar lebih kurang 10 g per ml contoh, sering 

menghasilkan serapan sebesar 0,2 - 0,8 di daerah ultra 

violet atau cahaya tampak. Di daerah inframerah dan 

inframerah dekat, diperlukan kadar berturut-turut sebesar 

1 - 10 mg per ml dan sampai 100 mg per ml, untuk 

menghasilkan serapan yang memadai; untuk daerah 

spektrum ini biasanya dipakai sel dengan panjang           

0,01 - 3 mm. 

    Spektrum ultra violet dan cahaya tampak suatu zat 

pada biasanya  tidak memiliki  derajat spesifikasi yang 

tinggi. Walaupun demikian, spektrum ini  sesuai 

untuk pemeriksaan kuantitatif dan untuk berbagai zat, 

spektrum ini  bermanfaat sebagai tambahan untuk 

identifikasi. 

    Spektroskopi inframerah dekat, makin sering 

dipakai  dalam analisa  farmasi terutama untuk 

identifikasi cepat dengan jumlah contoh yang banyak dan 

juga untuk penetapan kadar air.  

    Daerah inframerah dekat terutama sesuai untuk 

penetapan gugus –OH dan –NH, seperti air dalam 

alkohol, OH dalam lingkungan amina, alkohol dalam 

hidrokarbon, dan amina primer dan sekunder dalam 

lingkungan amina tersier. 

    Spektrum inframerah bersifat khas untuk suatu 

senyawa kimia tertentu, dengan pengecualian isomer 

optik yang memiliki  spektrum identik. Namun 

polimorfisme kadang-kadang dapat menyebabkan 

perbedaan dalam spektrum inframerah suatu senyawa 

tertentu dalam keadaan padat. Seringkali perbedaan kecil 

dalam struktur menghasilkan perbedaan yang menonjol  

dalam spektra. sebab  banyaknya maksimum yang 

ada  dalam spektra serapan inframerah, kadang-

kadang dimungkinkan untuk melakukan pengukuran 

kuantitatif masing-masing komponen dari suatu 

campuran yang komposisi kualitatifnya diketahui tanpa 

pemisahan terlebih dahulu. 

- 1586 -

 

 

 

 

 

 

    Spektrum Raman dan spektrum inframerah 

memberi  data yang serupa, walaupun intensitas 

spektranya ditentukan oleh sifat molekul yang berlainan. 

Spektroskopi raman dan inframerah memperlihatkan 

kepekaan relatif yang berbeda untuk gugus fungsional 

yang berbeda, misalnya spektroskopi raman terutama 

sensitif terhadap ikatan rangkap C S dan C C, dan 

beberapa senyawa aromatik lebih mudah 

diidentifikasikan melalui spektra raman. Air memiliki  

intensitas spektrum serapan inframerah yang sangat 

tinggi, namun  spektrum ramannya sangat lemah. Oleh 

sebab itu, air hanya memiliki  daerah inframerah 

terbatas yang dapat dipakai  untuk menguji zat terlarut 

dalam cairan mengandung air, sedangkan spektrum 

raman dari air hampir transparan seluruhnya dan berguna 

untuk identifikasi zat yang terlarut. Dua keterbatasan 

utama spektroskopi raman yaitu  kadar minimum 

spesimen yang dapat dideteksi biasanya 10-2 sampai  10-1 M 

dan bahwa cemaran yang ada  dalam berbagai zat 

dapat berfluorosensi serta menggangu deteksi sinyal 

Raman yang terhamburkan. 

    Pengukuran reflektansi optikal memberi  informasi 

spektral yang serupa dengan yang diperoleh pada 

pengukuran transmisi. Oleh sebab  pengukuran 

reflektansi hanya memeriksa komposisi permukaan 

contoh ini , kesulitan yang berkaitan dengan 

ketebalan optik serta sifat hamburan cahaya dari zat 

ini  tereliminasi. Dengan demikian, sering kali 

pengukuran reflektansi dapat dilakukan dengan lebih 

sederhana pada bahan yang serapannya intensif. Suatu 

teknik yang biasa dipakai  untuk pengukuran 

reflektansi inframerah dinamakan reflektansi total 

teratenuasi (RTA), juga dikenal sebagai reflektansi 

internal ganda (RIG). Dalam teknik RTA, berkas 

spektrofotometri inframerah dilewatkan melalui bahan 

jendela inframerah yang sesuai (misal KRS-5, suatu 

campuran etetik TIBr-TII), yang dipotong pada sudut 

sedemikian sesampai  berkas inframerah memasuki 

permukaan pertama (depan) jendela, namun  terefleksi 

secara total jika  berkas itu jatuh pada permukaan 

kedua (belakang) (artinya sudut jatuh radiasi pada 

permukaan yang kedua dari jendela melampaui sudut 

kritis untuk bahan ini ). Dengan konstruksi jendela 

yang tepat, memungkinkan untuk memperoleh banyak 

refleksi internal dari berkas inframerah sebelum berkas 

ditransmisikan keluar jendela. Jika contoh ditempatkan 

melekat erat pada jendela sepanjang sisi yang merefleksi 

cahaya inframerah secara total, maka intensitas radiasi 

yang direfleksikan berkurang pada tiap panjang 

gelombang (frekuensi) yang diserap oleh contoh. Dengan 

demikian bila dibandingkan dengan pengukuran 

reflektansi sederhana, teknik RTA menghasilkan 

spektrum reflektansi yang bertambah intensitasnya 

sebanyak jumlah reflektansi berkas inframerah dalam 

jendela. Teknik RTA memberi  kepekaan yang baik, 

akan namun  keberulangannya tidak baik dan bukan 

merupakan teknik kuantitatif yang dapat diandalkan, 

kecuali bila dipakai  baku internal yang dicampurkan 

dengan baik sekali dengan setiap contoh uji.  

    Spektrofotometri fluoresensi sering kali lebih sensitif 

daripada spektrofotometri serapan. Dalam pengukuran 

serapan, transmitan contoh dibandingkan dengan 

transmisi blangko; dan pada kadar rendah, larutan 

keduanya memberi  sinyal yang tinggi. Sebaliknya, 

pada spektrofotometri fluoresensi blangko pelarut 

memberi  luaran yang rendah, sesampai  radiasi latar 

belakang tidak menggangu penetapan pada kadar rendah 

menjadi berkurang. Hanya ada sedikit senyawa yang 

dapat ditetapkan dengan baik sekali pada kadar dibawah 

10-5 M dengan serapan cahaya, namun tidak luar biasa 

untuk memakai  kadar dari 10-7 M sampai  10-8 M 

dalam spektrofotometri fluoresensi.  

 

Teori dan Istilah 

 

    Daya dari suatu berkas radiasi akan berkurang 

sehubungan dengan jarak yang ditempuhnya melalui 

medium penyerap. Daya ini  juga akan berkurang 

sehubungan dengan kadar molekul atau ion yang terserap 

dalam medium ini . Kedua faktor ini  

menentukan proporsi dari kejadian total energi yang 

timbul. Penurunan daya radiasi monokromatis yang 

melalui medium penyerap yang homogen dinyatakan 

secara kuantitatif oleh Hukum Beer, log10 (1/T) = A = 

abc; istilah ini  didefinisikan sebagai berikut:  

    Serapan [Simbol: A] Logaritma dasar 10 dari kebalikan 

transmitans (T). [Catatan Istilah yang dipakai  

sebelumnya meliputi densitas optik; absorbansi dan 

ekstingsi.] 

    Daya serap [Simbol: a] yaitu  hasil bagi serapan (A) 

dibagi dengan hasil perkalian kadar yang dinyatakan 

dalam g per liter zat (c) dan panjang sel dalam cm (b).  

    [Catatan Jangan dirancukan dengan indeks 

absorbansi; ekstingsi spesifik atau koefisien ekstingsi] 

    Daya serap molar [Simbol: ] Hasil bagi serapan (A) 

dengan hasil perkalian kadar zat, dinyatakan dalam mol 

per liter, dengan panjang serapan dalam cm. [Catatan: 

Istilah yang dipakai  sebelumnya meliputi indeks 

serapan molar, koefisien ekstingsi molar dan koefisien 

serapan molar.] 

    Untuk sebagian besar sistem yang dipakai  dalam 

spektrofotometri serapan, daya serap suatu zat merupakan 

konstanta yang tidak tergantung pada intensitas radiasi 

datang, panjang sel bagian dalam dan kadar, dengan 

demikian kadar dapat ditetapkan secara fotometri. 

    Hukum Beer tidak menampilkan  adanya pengaruh 

suhu, panjang gelombang atau jenis pelarut. Untuk 

sebagian besar analisa  pengaruh variasi suhu yang 

normal dapat diabaikan. 

    Penyimpangan dari Hukum Beer dapat disebabkan oleh 

variabel kimia atau instrumen. Kegagalan Hukum Beer 

dapat disebabkan oleh perubahan kadar molekul terlarut 

sebagai akibat penggabungan antar molekul terlarut atau 

penggabungan antara molekul terlarut dan molekul 

pelarut, atau disosiasi atau ionisasi. Penyimpangan lain 

dapat disebabkan oleh pengaruh instrumen seperti radiasi 

polikromatis, pengaruh lebar celah atau cahaya yang 

menyimpang. 

- 1587 -

 

 

 

 

 

 

    Bahkan pada suhu tertentu dalam pelarut tertentu, daya 

serap tidak benar-benar konstan. Walaupun demikian 

dalam hal contoh hanya memiliki  satu komponen yang 

menyerap, tidak perlu sistem serapan ini  memenuhi 

Hukum Beer untuk dipakai  dalam analisa kuantitatif. 

Kadar yang tidak diketahui dapat diperoleh dengan 

membandingkan dengan suatu kurva baku yang 

ditetapkan secara eksperimental. 

    Meskipun dalam pengertian yang eksak, Hukum Beer 

tidak berlaku dalam spektrofotometri serapan atom 

sebab  kurang pastinya panjang sel dan kadar, proses 

penyerapan yang terjadi dalam nyala api pada kondisi 

aspirasi yang berulang kembali, pada prinsipnya 

mengikuti Hukum Beer ini . Khususnya logaritma 

negatif dari transmitans atau serapan berbanding lurus 

dengan koefisien absorpsi, jadi berbanding lurus dengan 

banyaknya atom yang menyerap. Atas dasar ini, kurva 

kalibrasi dapat dibuat untuk evaluasi nilai serapan yang 

tidak diketahui dalam arti kadar zat dalam larutan. 

    Spektrum serapan Suatu penampilan dalam bentuk 

grafik dari serapan atau fungsi dari serapan terhadap 

panjang gelombang atau suatu fungsi dari panjang 

gelombang. 

    Transmitan [Simbol: T] Hasil bagi daya radiasi yang 

ditransmisikan oleh contoh dengan daya radiasi yang 

jatuh pada contoh ini . [Catatan Istilah yang 

dipakai  sebelumnya termasuk transmitansi dan 

transmisi.] 

    Intensitas fluoresensi [Simbol: I] Suatu pernyataan 

empiris dari aktivitas fluoresensi, biasanya diberikan 

dalam unit berubah-ubah yang sebanding dengan respon 

detektor. Spektrum emisi fluoresensi merupakan suatu 

penyajian grafik dari distribusi spektrum radiasi yang 

diemisikan oleh suatu zat yang diaktifkan, yang 

menampilkan  intensitas radiasi yang diemisikan sebagai 

ordinat dan panjang gelombang sebagai absis. Spektrum 

eksitasi fluoresensi merupakan penyajian grafik dari 

spektrum aktivasi yang menampilkan  intensitas radiasi 

yang diemisikan oleh zat yang diaktifkan sebagai ordinat 

dan panjang gelombang radiasi yang mengaktifkan 

sebagai absis. Seperti dalam spektrofotometri serapan, 

daerah penting spektrum elektromagnetik yang dicakup 

oleh fluoresensi senyawa organik yaitu  daerah ultra 

violet, cahaya tampak, dan inframerah dekat, yaitu daerah 

dari 250 - 800 nm. sesudah  molekul menyerap radiasi, 

energi dapat hilang sebagai panas atau dibebaskan dalam 

bentuk radiasi dengan panjang gelombang yang sama 

atau lebih panjang dari radiasi yang diserap. Baik serapan 

maupun emisi radiasi keduanya disebabkan oleh transisi 

elektron diantara tingkat energi atau orbital yang berbeda 

dari molekul. ada  penundaan waktu antara serapan 

dan emisi cahaya; interval waktu ini, yang menyatakan 

panjangnya waktu keadaan tereksitasi ini  

berlangsung, telah diukur lamanya lebih kurang 10-9 detik 

sampai  10-8 detik untuk sebagian besar larutan organik 

yang berflouresensi. Umur fluoresensi yang pendek 

ini  membedakan tipe luminesensi dari fosforesensi 

yang umurnya panjang, dari 10-3 detik sampai beberapa 

menit. 

    Turbidansi [Simbol: S] Efek hamburan cahaya dari 

partikel yang tersuspensi. Jumlah zat yang tersuspensi 

dapat diukur dengan mengamati cahaya yang 

ditransmisikan (turbidimetri) atau yang dihamburkan 

(nefelometri). 

    Turbiditas [Simbol: ] Pada pengukuran hamburan 

cahaya, turbiditas merupakan ukuran bagi berkurangnya 

intensitas berkas datang per unit panjang suatu suspensi 

tertentu. 

    Aktivitas hamburan Raman. Sifat molekul (dalam unit 

cm4 per g) yang menentukan intensitas pita Raman yang 

diamati untuk suatu contoh berorientasi acak. Aktivitas 

hamburan ditentukan dari derivatif  kemampuan 

polarisasi molekul terhadap gerak molekul yang 

menimbulkan pita pergeseran Raman. Pada biasanya , 

intensitas pita Raman berbanding lurus dengan kadar 

analit. 

 

pemakaian  Baku Pembanding 

 

Dengan beberapa pengecualian, pengujian dan 

penetapan kadar secara spektrofotometri pada Farmakope 

memerlukan Baku Pembanding FI. Hal ini untuk 

memastikan bahwa pengukuran dilakukan pada kondisi 

yang sama untuk contoh uji dan zat pembanding. Kondisi 

ini  mencakup penetapan panjang gelombang, 

pengaturan lebar celah, penempatan sel dan koreksi sel 

serta aras transmitannya. Perlu dicatat bahwa sel yang 

menampilkan  transmitan yang identik pada panjang 

gelombang tertentu dapat sangat berbeda transmitansinya 

pada panjang gelombang yang lain. Harus ditetapkan dan 

dilakukan koreksi sel yang tepat jika  diperlukan. 

Pernyataan “sediaan yang serupa” dan “larutan yang 

serupa” seperti yang dipakai  dalam pengujian dan 

penetapan kadar secara spektrofotometri, menampilkan  

bahwa bahan pembanding ini  yaitu  Baku 

Pembanding FI, yang disiapkan dan diamati dengan cara 

yang praktis sama dengan yang dipakai  untuk contoh 

uji. Biasanya dalam membuat larutan Baku Pembanding 

yang ditentukan, larutan disiapkan dengan kadar lebih 

kurang (sampai 10%) seperti yang diinginkan dan serapan 

jenis dihitung berdasarkan jumlah tepat yang ditimbang; 

jika tidak dipakai  bahan Baku Pembanding yang telah 

dikeringkan sebelumnya, serapan jenis dihitung terhadap 

zat anhidrat. 

Pernyataan “tetapkan secara bersamaan” dan “ukur 

bersamaan” seperti yang dipakai  dalam pengujian dan 

penetapan kadar secara spektrofotometri, memberi  

petunjuk bahwa serapan larutan zat uji dan larutan zat 

pembanding, yang ditetapkan terhadap blangko, harus 

diukur berturut-turut dengan segera. 

 

PERALATAN 

 

Tersedia beberapa jenis spektrofotometer. Pada 

dasarnya, biasanya  jenis spektrofotometer melewatkan 

energi radiasi monokromatis ke contoh dalam bentuk 

yang sesuai, dan mengukur intensitas dari fraksi yang di 

transmisi, kecuali pada spektrofotometer IR. 

Spektrofotometer Fouirer Transform Infrared (FTIR) 

- 1588 -

 

 

 

 

 

 

memakai  teknik interferometri dimana radiasi 

polikromatis melewati analit ke dalam detektor 

berdasarkan intensitas dan waktu.  Spektrofotometer UV, 

cahaya tampak dan IR dispersif terdiri dari sumber 

energi, alat dispersi (misal prisma atau gratting), celah 

untuk seleksi pita panjang gelombang, sel atau wadah 

untuk zat uji, detektor energi radiasi, dilengkapi dengan 

amplifier dan alat pengukur. Pada spektrofotometer dioda 

array, energi dari sumber melewati zat uji dan lalu  

didispersikan melalui gratting ke dalam beberapa ratus 

dioda peka cahaya yang masing-masing membentuk 

sinyal foton pada rentang panjang gelombang yang kecil, 

sinyal ini  lalu  dikomputerisasi dengan cepat 

pada rentang terpilih yang mempresentasikan spektrum 

lengkap. Sistem FTIR memakai  interferometer 

menggantikan alat dispersi dan komputer digital untuk 

memproses data spektra. Beberapa instrumen 

dioperasikan secara manual, sedangkan yang lainnya 

dioperasikan dengan otomatis dan merekam secara 

berkesinambungan. Alat yang digabungkan dengan 

komputer memiliki  kemampuan untuk menambah dan 

menyimpan spektra menampilkan perbandingan spektra, 

dan menampilkan  perbedaan dengan spektroskopi 

(penyelesaian dengan pemakaian  metode pengurangan 

absorbansi digital).  

    Alat–alat ini  dapat dipakai  pada daerah 

spektrum cahaya tampak; cahaya tampak dan ultra violet 

(UV); cahaya tampak, UV dan inframerah (IR) dekat; dan 

pada daerah IR spektrum. Pemilihan jenis analisa  

spektrofotometri dan alat yang dipakai  tergantung 

pada berbagai faktor seperti komposisi dan jumlah contoh 

uji yang tersedia, derajat akurasi, sensitivitas, dan 

selektifitas yang dikehendaki, dan perlakuan terhadap 

contoh uji.  

    Alat yang dipakai  pada spektrofotometer serapan 

atom memiliki  beberapa kemampuan khusus. Untuk 

tiap elemen yang ditetapkan sumber yang spesifik 

mengemisikan garis spektra untuk diserap harus dipilih. 

Sumber biasanya yaitu  lampu hollow katoda, suatu 

katoda yang dirancang untuk mengemisikan radiasi yang 

dikehendaki pada kondisi tereksitasi. Saat radiasi diserap 

oleh elemen contoh uji, biasanya pada panjang 

gelombang yang sama dengan garis emisinya, elemen 

pada lampu hollow katoda sama dengan elemen yang 

ditetapkan. Alat dilengkapi dengan aspirator untuk 

membawa contoh uji ke dalam nyala, yang biasanya 

dihasilkan dari udara-asetilena, udara-hidrogen atau untuk 

kondisi refraktori, nitrogen oksida-asetilena. Nyala 

berpengaruh pada pemanasan bejana uji. Detektor 

dipakai  untuk membaca sinyal dari bejana uji. 

Gangguan radiasi dari nyala selama pembakaran dapat 

ditiadakan dengan pemakaian  sinyal yang terputus-putus 

dari lampu sumber pada frekuensi yang ditentukan. 

Detektor harus berada pada frekuensi alternatif supaya 

sinyal langsung yang berasal dari nyala diabaikan. Sistem 

deteksi, hanya membaca perubahan sinyal dari sumber 

hollow katoda, yang berbanding langsung dengan jumlah 

atom yang ditetapkan dari contoh uji. Untuk kebutuhan 

pemeriksaan obat, dipersyaratkan alat yang dapat 

membaca unit serapan secara langsung. Alat yang 

membaca persen transmitan, persen serapan atau 

konsentrasi dapat dipakai  jika rumus perhitungan yang 

tertera pada masing-masing monografi disesuaikan 

sesampai  memberi   hasil kuantitatif. Persen serapan 

atau persen transmitan diubah menjadi serapan, A, 

dengan rumus sebagai berikut: 

 

A = 2- log10 (100 - % serapan) 

 

atau 

 

A= 2- log10 (% transmitan) 

 

    Pembacaan alat dengan pengukur meter, pencacah 

digital, perekam atau printer, tergantung dari jenis alat 

yang dipakai . Alat cahaya tunggal atau cahaya ganda 

yang tersedia dipasaran keduanya dapat dipakai .  

    Pengukuran intensitas fluorosensi dapat dilakukan 

dengan suatu fluorometer penyaring sederhana. Alat 

semacam itu terdiri dari sumber radiasi; penyaring 

primer, bejana uji, penyaring sekunder dan sistem deteksi 

fluorosensi. Pada jenis fluorometer ini, detektor 

ditempatkan di atas sebuah sumbu yang membentuk 

sudut 90° dengan berkas eksitasi. Geometri sudut siku ini 

memungkinkan radiasi eksitasi menembus contoh uji 

tanpa mengkontaminasi sinyal luaran yang diterima oleh 

detektor fluorosensi. Akan namun  tidak dapat dihindarkan 

detektor menerima beberapa  radiasi eksitasi sebagai 

akibat sifat menghamburkan yang ada pada larutan itu 

sendiri atau adanya debu atau padatan lainnya. Penyaring 

dipakai  untuk menghilangkan sisa hamburan ini . 

Penyaring utama menyeleksi radiasi dengan panjang 

gelombang pendek yang sanggup mengeksitasi contoh 

uji, sedangkan penyaring kedua biasanya merupakan 

suatu penyaring yang lebih halus  sesampai  melewatkan 

fluoresensi dengan panjang gelombang yang lebih 

panjang namun  menahan hamburan eksitasi. 

    Pada biasanya  fluorometer memakai  tabung-

tabung pengganda cahaya sebagai detektor, tersedia 

banyak tipe dan masing-masing memiliki  sifat khusus 

yaitu daerah spektra dengan kepekaan maksimum, 

keuntungan dan derau elektrik. Cahaya yang diteruskan 

diperkuat dan dibaca pada sebuah meter atau rekorder. 

    Spektrofluorometer berbeda dengan fluorometer 

penyaring, dimana penyaring diganti dengan 

monokromator dari prisma atau gratting. Untuk 

pemakaian  analitikal, spektrofluorometer lebih unggul 

dari fluorometer penyaring dalam pemilihan panjang 

gelombang; fleksibilitas dan kemudahan, dalam hal yang 

sama spektrofotometer lebih unggul dari  fotometer 

penyaring. 

    Banyak tersedia sumber radiasi, lampu merkuri relatif 

stabil dan memancarkan energi terutama pada panjang 

gelombang terpisah. Lampu tungsten memberi  energi 

terus menerus pada daerah cahaya tampak. Lampu xenon 

bertekanan tinggi sering dipakai  pada 

spektrofluorometer sebab  merupakan sumber dengan 

intensitas tinggi yang dapat mengemisikan energi secara 

terus-menerus dari ultra violet sampai inframerah. 

- 1589 -

 

 

 

 

 

 

    Pada spektrofluorometer, monokromator dilengkapi 

dengan celah. Celah yang sempit menghasilkan resolusi 

tinggi dan kemurnian spektra, sedangkan celah yang 

besar mengorbankan hal ini  untuk kepekaan yang 

tinggi. Pemilihan ukuran celah berdasarkan pemisahan 

diantara panjang gelombang eksitasi dan emisi, begitu 

juga tingkat kepekaan yang dibutuhkan. 

Sel contoh yang dipakai  pada pengukuran 

fluorosensi berupa tabung bulat atau persegi panjang 

sama seperti pada pemakaian  spektrofotometri serapan, 

kecuali keempat sisi vertikalnya dipoles. Ukuran contoh 

uji biasanya 2 - 3 ml, namun  beberapa alat dapat 

memakai  sel kecil dengan volume 100 - 300 L atau 

dengan pemegang pipa kapiler yang dapat menampung 

jumlah lebih kecil contoh uji.  

    Alat hamburan cahaya yang tersedia biasanya  terdiri 

dari lampu merkuri, dengan penyaring untuk cahaya hijau 

atau biru kuat, sebuah alat pengatur paparan cahaya, 

seperangkat penyaring netral yang sudah diketahui 

transmitannya, dan pengganda cahaya yang peka yang 

ditempatkan pada lengan yang dapat mengitari sel larutan 

dan dapat diatur pada suatu sudut dari -135° sampai  0° 

sampai  +135° oleh sebuah piringan di luar kotak 

penyimpanan yang kedap cahaya. Sel larutan bentuknya 

bermacam-macam, misalnya persegi untuk mengukur 

hamburan 90°, semioktagonal untuk hamburan 45°, 90° 

dan 135°, dan silindris untuk hamburan pada semua 

sudut. Oleh sebab  penetapan bobot molekul memerlukan 

pengukuran secara tepat perbedaan indeks refraksi 

diantara larutan dan pelarut [(n-no)/C], maka diperlukan 

alat kedua, sebuah refraktometer diferensial, untuk 

mengukur perbedaan yang kecil ini . 

    Spektrometri raman terdiri dari komponen utama 

sebagai berikut: sumber cahaya radiasi monokromatis 

(berbagai sinar laser); optik untuk mengumpulkan 

hamburan cahaya pada contoh uji; monokromator ganda 

untuk mendispersikan hamburan cahaya dan 

menghilangkan intensitas kejadian; sistem penguatan dan 

detektor cahaya yang sesuai. Pengukuran raman 

sederhana pada sebagian besar contoh uji dengan 

mengukur titik lebur memakai  kapiler secara 

langsung. sebab  sumber laser dapat difokuskan secara 

tepat, hanya membutuhkan beberapa mikroliter contoh uji. 

 

procedure  

 

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN 

 

Petunjuk operasional rinci dari spektrofotometer 

diberikan oleh pabrik. Untuk mendapatkan hasil yang 

absah, operator harus memahami keterbatasan, sumber 

kesalahan potensial dan variasi alat. Petunjuk pemakaian  

untuk pemeliharaan, pembersihan, dan kalibrasi alat serta 

teknik penanganan sel serapan harus diikuti sesuai 

petunjuk operasi. Hal-hal berikut ini penting untuk 

diperhatikan. 

Periksa instrumen untuk ketepatan kalibrasi. Jika 

dipakai  sumber radiasi yang berkesinambungan, harus 

diperhatikan panjang gelombang dan skala 

fotometriknya; jika dipakai  sumber garis spektra, yang 

harus diperiksa hanya skala fotometrik. beberapa  sumber 

energi radiasi yang memiliki  garis spektra yang sesuai 

intensitasnya, memiliki  ruang yang cukup pada rentang 

spektra yang dipilih. Sumber spektra kalibrasi tunggal 

untuk UV dan cahaya tampak yang terbaik yaitu  lampu 

merkuri-kuarsa, memakai  panjang gelombang 253,7; 

302,25; 313,16; 334,15;365,48; 404,66 dan 435,83 nm. 

Merkuri-kaca juga dipakai  diatas 300 nm. Panjang 

gelombang 486,13 dan 656,28 nm dapat juga dipakai  

untuk lampu hidrogen. Skala panjang gelombang dapat 

dikalibrasi dengan kaca penyaring yang sesuai, yang 

dipakai  pada pita serapan daerah UV dan cahaya 

tampak. Kaca baku yang mengandung didinium 

(campuran proseodimium dan neodimium) banyak 

dipakai  meskipun kaca yang mengandung holmium 

lebih baik. Larutan baku holmium oksida telah 

menggantikan pemakaian  kaca holmium. Skala panjang 

gelombang spektrofotometer IR dekat dan IR diperiksa 

memakai  pita serapan dari film polistirena, 

karbondioksida, uap air atau gas amonia. 

Untuk memeriksa skala fotometrik dapat dipakai , 

beberapa  penyaring anorganik baku yang sama baiknya 

dengan larutan baku yang diketahui transmitannya seperti 

kalium bikromat. 

Pengukuran serapan kuantitatif biasanya 

memakai  larutan zat pada sel penahan cairan. sebab  

pelarut dan jendela sel keduanya menyerap cahaya, harus 

dilakukan koreksi pada pengukuran serapan. Sel 

pembanding untuk spektrofotometer UV dan cahaya 

tampak yang tidak memerlukan sel koreksi tersedia di 

pasaran. Pada spektrofotometer IR, koreksi untuk 

perbedaan sel harus dilakukan. Pada beberapa masalah , 

sepasang sel diisi dengan pelarut yang dipilih dan 

ditentukan perbedaan serapannya pada panjang 

gelombang yang dipilih. Sel yang dipakai  untuk 

larutan uji yaitu  yang menampilkan  serapan lebih besar 

dan pengukuran serapan harus dikoreksi dengan 

mengurangkan perbedaan sel.  

Pada FTIR yang terkomputerisasi koreksi tidak 

diperlukan sebab  dapat dipakai  sel yang sama untuk 

blangko dan larutan uji. namun , harus dipastikan bahwa 

transmisi sel konstan. 

Perbandingan contoh uji dengan baku pembanding 

memakai  puncak serapan spektra sangat baik untuk 

zat yang dikehendaki. Penetapan kadar memakai  

spektrofotometri biasanya memakai  panjang 

gelombang untuk puncak serapan spektra zat yang diuji. 

Spektrofotometer yang berbeda menampilkan  perbedaan 

yang kecil pada puncak panjang gelombang yang nyata. 

Untuk hasil yang baik membutuhkan pembandingan pada 

panjang gelombang serapan maksimum. Jika perbedaan 

lebih dari ±1 nm dari panjang gelombang yang tertera 

pada monografi, maka perlu dilakukan rekalibrasi.  

 

Larutan uji 

 

Untuk penetapan memakai  spektrofotometer UV 

atau cahaya tampak, biasanya   contoh uji dilarutkan ke 

dalam suatu pelarut. Jika tidak dinyatakan lain dalam 

- 1590 -

 

 

 

 

 

 

monografi, penetapan dilakukan pada suhu ruang 

memakai  panjang lumen 1 cm. Sebagian besar 

pelarut sesuai untuk rentang ini, termasuk air, alkohol, 

kloroform, hidrokarbon rantai pendek, eter dan pelarut 

asam dan basa kuat. Harus diperhatikan agar pelarut yang 

dipakai  bebas dari kontaminan yang memberi  

serapan pada daerah spektra yang dipakai . Biasanya 

disarankan memakai  pelarut metanol atau alkohol 

bebas air, atau alkohol yang didenaturasi dengan 

penambahan metanol namun  tidak mengandung benzena 

atau cemaran pengganggu lainnya. Pelarut dengan 

kualitas khusus untuk spektrofotometri yang terjamin 

bebas kontaminasi banyak tersedia dipasaran dari 

berbagai pabrik. Beberapa pelarut organik kualitas analisa 

lain mungkin mengandung cemaran dalam jumlah kecil 

yang mennyerap kuat pada daerah UV. Lot baru dari 

pelarut ini harus di periksa dan pemakaian  lot yang sama 

pelarut ini  untuk penyiapan larutan uji dan larutan 

baku serta blangko harus dilakukan secara hati-hati. 

Tidak ada pelarut dengan ketebalan yang cukup 

transparan secara sempurna pada semua daerah spektra 

IR dekat dan spektra IR. Karbon tetraklorida (ketebalan    

5 mm) praktis transparan sampai  6 m (1666 cm-1). 

Karbon disulfida (ketebalan 1 mm) sesuai sebagai pelarut 

sampai  40 m (250 cm-1) dengan pengecualian pada 

daerah 4,2 m sampai 5,0 m (2381 cm-1 sampai 2000 

cm-1) dan 5,5 m sampai 7,5 m (1819 cm-1 sampai 1333 

cm-1), dimana karbon disulfida memiliki  serapan yang 

kuat. Pelarut lain memiliki  daerah transparan yang 

relatif sempit. Untuk spektrofotometri IR, penambahan 

kualifikasi untuk pelarut yang sesuai yaitu  harus tidak 

memberi  pengaruh pada zat, biasanya dipakai  

natrium klorida sebagai sel. Contoh uji disiapkan dengan 

mendispersikan serbuk halus zat padat contoh pada 

minyak mineral atau dengan mencampur homogen 

sebelumnya dengan garam halida alkali yang telah 

dikeringkan sebelumnya (biasanya dipakai  kalium 

bromida). Campuran dengan garam halida alkali 

ditetapkan langsung atau dengan cakram atau pelet 

transparan dengan cara mengempa campuran pada 

cetakan. Kondisi pengeringan untuk kalium bromida 

yaitu  105º dengan vakum selama 12 jam, walaupun 

tersedia kalium bromida yang tidak membutuhkan 

pengeringan. Mikroskopi inframerah atau dispersi minyak 

mineral lebih disukai bila ketidakproporsionalan antara 

halida alkali dan contoh uji. Contoh uji untuk mikroskopi 

inframerah disiapkan dengan ketipisan yang tepat, dan 

untuk dispersi dalam minyak mineral zat uji 

disuspensikan sebagai lapisan tipis. Untuk spektrometri 

raman, banyak pelarut yang sesuai, dan sel kaca zat uji 

yang normal (tidak berfluoresensi) dapat dipakai . 

Daerah spektra IR elektromagnetik 0,8 - 400 m. Dari 

800 - 2500 nm (0,8 - 2,5 m) biasanya  dianggap sebagai 

daerah IR dekat, 2,5 sampai 25 m (4000 - 400 cm-1) 

pada daerah IR tengah, dan 25 sampai 400 m biasanya  

dianggap sebagai daerah IR jauh. Jika tidak dinyatakan 

lain pada monografi, daerah 3800 sampai 650 cm-1       

(2,6 - 15 m) dipakai  untuk memastikan pemenuhan 

spesifikasi monografi serapan IR.  

    Jika nilai panjang gelombang IR diberikan pada 

masing-masing monografi, huruf s,m,w menampilkan  

serapan kuat, serapan sedang dan serapan lemah, sh 

yaitu  pundak, bd yaitu  pita, dan v yaitu  banyak. Nilai 

bervariasi dari 0,1 m atau 10 cm-1, tergantung pada jenis 

alat yang dipakai . Polimorfisme memberi  

peningkatan variasi pada spektra IR dari beberapa  

senyawa dalam bentuk padat. Pada pengujian dengan 

serapan IR, jika ada  perbedaan antara spektra IR dari 

analit dengan baku, larutkan beberapa  bagian yang sama 

zat uji dan baku ke dalam beberapa  volume yang sama 

pelarut yang sesuai, uapkan larutan sampai kering pada 

wadah yang serupa dengan kondisi yang identik, dan 

ulangi pengujian memakai  residu yang diperoleh. 

    Spektroskopi IR dekat saat ini sangat disukai sebab  

pengujian yang mudah. Zat uji dianalisa  dalam bentuk 

serbuk atau dengan teknik reflektansi memakai  

sedikit atau tanpa perlakuan. Pemenuhan spesifikasi 

laboratorium dapat ditentukan dengan membandingkan 

spektra dengan spektra sebelumnya yang diperoleh dari 

baku pembanding. Beberapa bahan obat menampilkan  

daya serap yang rendah pada daerah spektra ini yang 

dapat menimbulkan radiasi IR dekat yang berpenetrasi ke 

dalam zat uji lebih dalam dari pada radiasi ultra violet, 

cahaya tampak dan IR. Spektrofotometri IR dekat dapat 

dipakai  untuk mengamati modifikasi matriks, dan 

dengan kalibrasi yang baik dapat dipakai  untuk 

analisa  kuantitatif. 

    Pada spektrofotometri serapan atom, sifat pelarut dan 

konsentrasi zat padat harus menjadi pertimbangan 

khusus. Pelarut yang ideal yaitu  yang memberi 

gangguan minimal baik pada serapan maupun emisi dan 

menghasilkan atom netral pada nyala. Jika ada  

perbedaan yang menonjol  antara tegangan permukaan 

atau viskositas dari larutan uji dan larutan baku, larutan 

diaspirasi atau diatomisasi pada kecepatan yang berbeda 

yang menyebabkan perbedaan yang menonjol  dari sinyal 

yang dihasilkan. Konsentrasi asam dari larutan juga 

berpengaruh pada proses penyerapan. Pelarut yang 

dipakai  pada penyiapan zat uji dan baku harus sama 

atau sebisa mungkin serupa dan larutan hasil harus dapat 

dengan mudah diaspirasi melalui tabung zat uji dari 

pembakar aspirator. sebab  zat yang tidak larut dalam 

larutan memberi  peningkatan gangguan. Kandungan 

total zat padat yang tidak larut pada semua larutan 

sedapat mungkin dibawah 2%. 

 

Perhitungan 

 

pemakaian  spektrofotometri serapan dalam 

penetapan kadar dan pengujian umum mempersyaratkan 

pemakaian  baku pembanding. Beberapa pengukuran, 

terutama pada penetapan kadar, rumus yang ada 

dipakai  untuk menghitung hasil yang diinginkan. 

Bilangan konstanta biasanya termasuk dalam rumus. 

Penurunan rumus berikut menampilkan  pendekatan 

logika pada penetapan konstanta yang ada  pada 

rumus penetapan kadar yang tertera pada beberapa 

monografi. 

- 1591 -

 

 

 

 

 

 

Hubungan hukum Beer absah untuk larutan baku (S) 

dan larutan uji (U) 

 

(1) ss abCA =  

 

(2) uu abCA =  

 

As yaitu  serapan larutan baku, Cs yaitu  konsentrasi 

larutan baku, Au yaitu  serapan larutan uji dan Cu yaitu  

konsentrasi larutan uji. Jika Cs dan Cu ditunjukkan dengan 

unit yang sama dan serapan dari kedua larutan diukur 

memakai  sel pembanding memiliki  dimensi yang 

sama, daya serap, a dan ketebalan sel, b,  sama, maka 

kedua rumus dapat digabung, untuk menetapkan Cu  

 

(3) 

s

u

su A

ACC =  

 

Jumlah contoh uji bentuk padat yang dipakai  

untuk analisa  biasanya dinyatakan dalam mg. Petunjuk 

pengenceran diberikan pada penetapan kadar dan 

konsentrasi enceran larutan yang dipakai  untuk 

pengukuran serapan, biasanya dinyatakan dalam g per 

ml. Jumlah dalam mg contoh uji dari senyawa obat atau 

bentuk sediaan padat untuk analisa , mengikuti volume 

(Vu) dalam L, konsentrasi (Cu) yang didapat dari jumlah 

zat uji yang terkandung dalam bobot (Wu) dalam mg dari 

senyawa obat [Catatan Cu dinyatakan dalam g per ml 

atau mg per L] 

(4) uuu CVW =  

 

Bentuk rumus yang ditunjukkan pada penetapan kadar 

dalam monografi zat padat dapat diturunkan dengan 

mengganti Cu pada rumus (3) ke dalam rumus (4). Pada 

rangkuman dipakai  rumus (4) dengan pertimbangan 

keperluan konversi beberapa unit untuk mencapai 

kesamaan pada rumus (5), Lakukan perhitungan faktor 

konstanta (Vu) sampai  diperoleh rumus akhir 

 

(5) 

s

u

suu A

ACVW =  

 

    Penurunan yang sama dipakai  pada rumus yang 

tertera pada monografi untuk zat cair yang penetapan 

kadarnya memakai  spektrofotometri serapan. Untuk 

sediaan cair, hasil perhitungan biasanya  dinyatakan 

dalam jumlah mg bahan obat tiap ml sediaan. Jadi perlu 

untuk memasukkan dalam rumus tambahan persyaratan 

volume (V) dalam ml larutan uji yang dipakai . 

    Penetapan kadar pada daerah sinar tampak biasanya 

untuk membandingkan kesesuaian serapan Larutan uji 

dan Larutan baku yang mengandung beberapa  BPFI yang 

lebih kurang sama. Pada keadaan tertentu, dibolehkan 

tidak memakai  baku pembanding. Hal ini dapat 

dilakukan jika penetapan kadar dengan spektrofotometri 

dipakai  untuk analisa rutin dan tersedia kurva baku, 

yang dibuat dari BPFI sebelumnya dan jika penetapan 

kadar memenuhi hukum Beer dalam rentang antara 75% 

sampai 125% konsentrasi akhir yang dipakai  untuk 

penetapan kadar. Dalam hal ini, serapan yang didapat 

pada penetapan kadar dapat diinterpolasikan pada kurva 

baku dan hasil penetapan kadar dihitung dari kurva baku. 

Kurva baku harus selalu dikonfirmasi secara teratur, 

dan dibuat baru pada pemakaian  spektrofotometer baru 

atau pereaksi dengan lot baru. 

Penetapan kadar secara spektrofotometri lebih baik 

dilakukan dengan penyiapan langsung dan memakai  

kurva baku. Jika penetapan kadar dilakukan tidak rutin, 

jangan pakailah  kurva baku namun  memakai  

perbandingan langsung  dengan baku pembanding yang 

jumlahnya lebih kurang sama dengan zat uji dan 

diperlakukan sama. 

  

SPEKTROFOTOMETRI FLUORESENSI 

 

Pengukuran dengan fluoresensi merupakan teknik 

analisa  yang berguna. Fluoresensi yaitu  emisi cahaya 

dari senyawa dalam keadaan tereksitasi yang dicapai 

dengan menyerap energi radiasi. Senyawa ini  

disebut fluoresen jika dapat berfluoresensi. Beberapa 

senyawa dapat ditetapkan dengan procedure  fluoresensi 

inheren atau dengan membuat derivat fluoresensi yang 

sesuai.  

Contoh uji yang disiapkan untuk spektrofotometri 

fluoresensi biasanya memiliki  konsentrasi 1 per 10 

sampai 1 per 100 dari yang dipakai  pada 

spektrofotometri serapan, dengan alasan berikut. Pada 

pemakaian  analitik, sebaiknya fluoresensi berbanding 

lurus dengan konsentrasi, namun  jika konsentrasi contoh 

terlalu pekat, bagian yang menonjol  pada cahaya yang 

datang diserap oleh zat uji dekat permukaan sel, dan  

cahaya yang menuju pusat dapat tereduksi. Pada kondisi 

ini, contoh dapat bertindak sebagai penyaring. 

Spektrofotometri fluoresensi merupakan teknik dengan 

sensitifitas tinggi, dan konsentrasi yang sering dipakai  

antara 10-5 - 10-7 M. Jika perlu buat kurva kerja antara 

intensitas fluoresensi dengan konsentrasi dalam hubungan 

yang linier. Lakukan koreksi  memakai  larutan 

blangko pada semua pengukuran. 

    Pengukuran fluoresensi sensitif terhadap debu dan 

partikel padat lain pada contoh uji. Beberapa pengotor 

mengurangi intensitas eksitasi dan memberi  kesalahan 

pembacaan yang lebih tinggi sebab  terjadi refleksi ganda 

pada sel contoh uji. Partikel padat dapat dihilangkan 

dengan sentrifugasi, dapat juga dipakai  penyaringan 

tapi beberapa kertas saring mengandung pengotor 

berfluoresensi. 

    Pengaturan suhu sering menjadi penting pada 

spektrofotometri fluoresensi. Untuk beberapa senyawa, 

efisiensi fluoresensi dapat berkurang 1% - 2% tiap derajat 

peningkatan suhu. Pada beberapa masalah , jika presisi 

maksimum diinginkan, diperlukan pengendalian suhu 

pada sel contoh. Untuk analisa  rutin, cukup dengan 

membuat pengukuran yang cukup cepat sesampai  contoh 

uji tidak mengalami peningkatan suhu sebab  paparan 

sumber cahaya. Beberapa senyawa fluoresensi sensitif 

- 1592 -

 

 

 

 

 

 

terhadap cahaya. Paparan pada fluorometer, 

menyebabkan senyawa ini  mengalami degradasi 

menjadi produk yang lebih  atau kurang befluoresensi. 

Efek ini  dapat dideteksi dengan mengamati respon 

detektor berhubungan dengan waktu, dan dapat dikurangi 

dengan atenuasi sumber cahaya dengan penyaring atau 

tabir. 

    Perubahan pelarut dapat dengan jelas mempengaruhi 

intensitas dan distribusi spektra fluoresensi. Tidak 

dianjurkan untuk mengganti spesifikasi pelarut yang telah 

ditetapkan pada metoda tanpa penelitian pendahuluan. 

Beberapa senyawa berfluoresensi dalam pelarut organik 

namun  tidak berfluoresensi dalam air. Beberapa pelarut 

harus dicoba untuk mengetahui senyawa berfluoresensi 

atau tidak dalam pelarut ini  sebelum diputuskan 

untuk dipakai . Pada beberapa pelarut organik, 

intensitas fluoresensi meningkat dengan berkurangnya 

oksigen terlarut, yang memiliki  efek pemadaman yang 

kuat. Oksigen dihilangkan dengan mengalirkan gas iner 

seperti nitrogen atau helium pada contoh uji.  

    Perbandingan intensitas fluoresensi contoh uji dengan 

intensitas fluoresensi zat baku yang diperoleh pada 

pengaturan alat yang sama memberi  ukuran 

semikuantitatif bagi kekuatan fluoresensi. Sering kali 

sebagai baku pembanding dipakai  larutan kuinin dalam 

asam sulfat 0,1 N atau fluoresein dalam natrium 

hidroksida 0,1 N dengan kadar tertentu. 

 

HAMBURAN CAHAYA 

 

    Kekeruhan dapat diukur dengan fotometer penyaring 

fotoelektrik standar atau spektrofotometer, lebih disukai 

dengan iluminasi di daerah biru dari spektrum. 

Pengukuran Nefelometer memerlukan alat dengan fotosel 

yang ditempatkan sedemikian sampai  dapat menerima 

cahaya yang dihamburkan, bukan cahaya yang 

ditransmisikan; geometri ini juga dipakai  dalam 

fluorometer, sesampai  pada biasanya  dengan memilih 

penyaring yang sesuai, fluorometer dapat dipakai sebagai 

nefelometer.  

    Turbidimetri perbandingan mengkombinasikan 

teknologi Nefelometri 90° dan Turbidimetri; yang berisi 

fotosel yang menerima dan mengukur hamburan cahaya 

pada sudut 90° dari contoh dan juga menerima dan 

mengukur hamburan cahaya yang diteruskan di depan 

contoh; juga mengukur cahaya yang ditransmisikan 

secara langsung melalui contoh. 

Linieritas dicapai dengan menghitung perbandingan 

pengukuran hamburan cahaya sudut 90° terhadap jumlah 

pengukuran hamburan cahaya sebelumnya dan 

pengukuran cahaya yang ditransmisikan. 

Keuntungan memakai  sistem Turbidimetri 

perbandingan yaitu  pengukuran cahaya yang 

menyimpang dapat diabaikan. 

Dalam praktek, disarankan agar dipastikan bahwa 

terjadinya pengendapan partikel yang diukur dapat 

diabaikan. Hal ini biasanya dilakukan dengan 

memasukkan suatu koloida pelindung ke dalam medium 

cairan suspensi. Hasil diintepretasikan dengan cara 

membandingkan pembacaan ini  dengan pembacaan 

yang diperoleh pada kondisi yang tepat sama dari bahan 

tersuspensi yang diketahui kadarnya. 

    Turbidimetri atau Nefelometri dapat dipakai  untuk 

mengukur endapan yang terbentuk sebab  interaksi 

larutan pereaksi yang sangat encer atau bahan partikulat 

lainnya, seperti suspensi sel bakteri. Untuk memperoleh 

hasil yang konsisten, semua variabel harus dikontrol 

dengan teliti. jika  kontrol semacam itu 

dimungkinkan, suspensi yang sangat encer dapat diukur. 

    Contoh terlarut dilarutkan dalam pelarut pada berbagai 

kadar yang berbeda yang diketahui dengan tepat, pilihan 

kadar tergantung pada bobot molekul dari zat terlarut dan 

berkisar dari 1% untuk bobot molekul = 10.000 sampai  

0,01% untuk bobot molekul = 1.000.000. Setiap larutan 

harus dibersihkan dengan sangat teliti sebelum 

pengukuran dengan cara penyaringan berulang-ulang 

melalui penyaring yang halus. Sebuah partikel debu 

dalam larutan melemahkan intensitas cahaya terhambur 

yang diukur. Kriteria untuk larutan yang jernih yaitu  

telah dicapai minimum perbandingan intensitas hamburan 

pada 45°/135°. 

Kekeruhan dan indeks refraksi larutan dapat diukur. 

Dari persamaan umum hamburan cahaya 90° dibuat 

grafik HC/  terhadap C dan diekstrapolasikan sampai 

pengenceran tak tersampai  dan bobot molekul rata-rata, 

M, dihitung dari titik perpotongan 1/M. 

 

PERBANDINGAN VISUAL 

 

Jika warna atau kekeruhan dibandingkan secara 

langsung, tabung pembanding warna yang dipakai , 

diameter dalam dan semua bahan yang dipakai  harus 

sesuai. Untuk pembanding warna, tabung harus dapat 

dilihat dari bagian atas pada latar belakang putih dengan 

sumber cahaya berasal dari dasar tabung. Untuk 

pembanding kekeruhan, tabung harus dapat dilihat secara 

horisontal dengan latar belakang gelap dan sumber 

cahaya langsung dari sisi tabung. 

      Pada penetapan uji batas yang memakai  

pembanding warna dalam dua wadah yang serupa (misal 

tabung pembanding – padanan warna), dapat dipakai  

alat yang sesuai dari pada mata telanjang. 

 

 

SPEKTROMETRI MASSA <1201> 

 

    Spektrometer massa dapat dipakai  untuk mengukur 

perbandingan massa ion terhadap muatan ion dan untuk 

mempelajari proses ionisasi. Selain itu, juga 

dimungkinkan untuk mempelajari reaksi ion dalam tahap  

gas seperti proses dekomposisi unimolekuler dan reaksi 

ion molekul. 

    Spektrometer massa yaitu  suatu instrumen yang 

menghasilkan berkasion dari suatu zat uji, memilih ion 

ini  menjadi spektrum sesuai dengan perbandingan 

massa terhadap muatan (m/z) dan merekam kelimpahan 

relatif tiap jenis ion yang ada. biasanya  ion positif yang 

dipelajari, sebab  ion negatif yang dihasilkan dari sumber 

tumbukan elektron (TE) biasanya  sedikit. Dengan 

- 1593 -

 

 

 

 

 

 

diperkenalkannya teknik ionisasi kimia (IK) dan 

tembakan atom cepat (TAC) yang keduanya dapat 

menghasilkan ion negatif yang banyak, maka perhatian 

terhadap analisa  ion negatif meningkat. 

    Secara umum, spektrometer massa terdiri dari tiga 

komponen utama seperti yang ditunjukkan pada gambar 

di bawah: Sumber ion untuk menghasilkan ion berbentuk 

gas dari zat uji; penganalisa  untuk memisahkan ion 

menjadi komponen massa yang khas sesuai dengan 

perbandingan massa terhadap muatan dari ion yang ada; 

dan sistem detektor untuk merekam kelimpahan relatif 

atau intensitas tiap jenis ion yang dipisahkan. Selain itu, 

sistem pemasukan contoh diperlukan untuk memasukkan 

zat uji pada sumber ion sambil tetap mempertahankan 

persyaratan hampa udara yang tinggi (setara 10-6 – 10-8 

torr). Seperti yang ditunjukkan pada gambar, kebanyakan 

instrumen dilengkapi suatu komputer untuk memudahkan 

penanganan beberapa  besar data yang dihasilkan.  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  

 

    Penganalisa  Penganalisa  massa memisahkan massa 

yang berbeda dalam contoh yang terionisasi, hal ini 

memungkinkan penetapan massa dan akhirnya 

kelimpahan atau intensitas relatif tiap jenis ion dapat 

ditentukan. Empat dari beberapa metode yang umum 

dipakai  yaitu  (1) kuadruprol (2) penganalisa  

magnetik, penganalisa , (3) penganalisa  waktu tempuh 

dan (4) penganalisa  alihragaman Fourier. Penganalisa  

elektrostatik sering dipakai  bersamaan dengan 

penganalisa  massa lainnya. 

    Pada metode kuadruprol, pemisahan massa dapat 

terjadi dalam suatu instrumen yang terdiri dari 4 batang 

koaksial, idealnya tiap batang memiliki  potongan 

melintang hiperbolik, namun  dalam praktek batang sirkuler 

yang umum dipakai . Dua batang yang berlawanan 

memiliki  potensial listrik yang tetap (U), dua lainnya 

memiliki  potensial bolak balik frekuensi radio (V, ). 

Di bawah pengaruh medan listrik ini, semua ion (kecuali 

satu massa tertentu) dalam berkas ion dibelokkan ke arah 

sisi dan lenyap; massa terpilih (yang ditetapkan dengan 

cara mengatur U,V, ) dibiarkan melewati batang-batang. 

Oleh sebab  semua nilai m/z lainnya ditolak kecuali satu 

yang terpilih, maka kadang-kadang penganalisa  disebut 

penyaring massa. Teori menyatakan bahwa massa ion 

yang tinggi memerlukan waktu yang lebih lama untuk 

melewati penganalisa , akibatnya memiliki  lebih 

banyak kesempatan untuk fragmentasi maupun 

bertumbukan dengan molekul gas tersisa, kepekaan 

berkurang dengan meningkatnya massa: fenomena ini 

disebut diskriminasi massa dan merupakan sifat dasar 

dari penganalisa  kuadoprol. 

    Dengan adanya medan magnetik yang tegak lurus 

terhadap gerakan berkas ion positif, tiap ion mengalami 

suatu gaya pada sudut 90° (siku) terhadap arah gerak 

maupun arah medan magnet dan sebab  itu berkas ion 

tadi dibelikkan. Gerakan ini  dinyatakan oleh 

persamaan: 

 

 

 

m yaitu  massa dalam satuan massa atom; z yaitu  

jumlah muatan listrik; H yaitu  kekuatan medan magnet 

dalam Gauss; r yaitu  jari-jari lintasan ion dalam cm; dan 

V yaitu  tegangan akselerasi. Spektrum massa dihasilkan 

dengan merubah kekuatan medan magnet dan mendeteksi 

ion yang melewati celah keluar pada saat difokuskan. 

    Dalam penganalisa  waktu tempuh, pemisahan ion  

dengan massa yang berbeda berdasarkan pada pemberian 

energi yang sama kepada semua ion. Oleh sebab  itu ion 

dengan massa yang berbeda, memiliki  kecepatan yang 

berbeda. Jika ion melewati jarak tertentu, waktu tempuh 

jarak ini  akan bervariasi sesuai dengan massanya.  

Massa yang lebih ringan bergerak lebih cepat dan 

mencapai detektor dalam jangka waktu yang lebih 

pendek. Waktu tempuh diberikan oleh rumus : 

 

z

mkft =)(  

 

t (f) yaitu  waktu tempuh dalam detik; m dan z yaitu  

sama dengan yang telah diuraikan sebelumnya. Oleh 

sebab  itu, waktu tempuh berbagai ion yaitu  sebanding 

dengan akar kuadrat dari perbandingan massa terhadap 

muatan ion.  

    Spektrometer massa alihragaman Fourier (SMAF) 

yaitu  teknik yang didasarkan pada gerakan siklotron ion 

dalam medan magnet yang beragam. Dalam medan 

magnet dengan kerapatan B, ion dipaksa bergerak dalam 

orbit yang sirkuler (siklotron). Frekuensi sudut, , dari 

gerakan siklotron diberikan oleh persamaan : 

 

m

Bz ×

=  

 

Dalam spektrometer massa resonansi siklotron, orbit 

siklotron dapat diperluas dengan menempatkan ion pada 

medan listrik bolak-balik. Jika frekuensi dari pembangkit 

sinyal sesuai dengan frekuensi siklotron, ion dipercepat 

secara teratur mencapai radius yang makin lama makin 

besar sampai  terjadi suatu gerakan koheren (dari beberapa  

ion) sesuai dengan beberapa  energi kinetik yang 

bermakna. sesudah  eksitasi dihentikan, ion siklotronik 

menaikkan arus bolak-balik tertentu pada elektrode-

elektrode yang lalu  diperkuat. analisa  frekuensi 

terhadap sinyal penerima menghasilkan massa dari ion 

yang terlibat dengan ketepatan tinggi. Oleh sebab  itu, 

alihragaman Fourier dari sinyal yang waktunya hanya 

Penganalisa  

Detektor 

Komputer 

Sistem Pemasukan 

Contoh 

Sumber Ion

- 1594 -

 

 

 

 

 

 

sebentar menghasilkan spektrum frekuensi untuk 

komputasi  spektrum massa.  

    Teknik ionisasi Ion positif dapat dihasilkan dengan 

melewatkan berkas elektron, melalui gas pada tekanan 

lebih kurang 10-4 - 10-6 mmHg.  Dapat juga dipakai  

tekanan yang berbeda dengan tekanan diatas, namun  

rentang tekanan ini  yaitu  yang paling umum. 

Energi berkas elektron biasanya  terkendali. Jika energi 

berkas elektron lebih besar dari potensial ionisasi gas, 

elektron dapat menyebabkan ionisasi dan/atau 

fragmentasi molekul gas yang ditunjukkan sebagai 

berikut : 

 

e- + M  M+· + 2e- 

 

    Sumber jenis ini disebut sumber tumbukan elektron 

(TE). Elektron biasanya  diemisikan dari filamen 

tungsten atau rhenium yang dipanaskan. 

    Ion yang dibentuk dalam bejana ionisasi dipercepat 

melalui celah keluar dari sumber menuju daerah 

penganalisa  oleh suatu medan penolakan/penarikan yang 

sebagian ditetapkan oleh penetrasi medan melalui celah 

keluar sumber dan sebagian lagi oleh potensial kecil yang 

diberikan pada lempeng penolak ion dalam bejana 

ionisasi. Ion selanjutnya dipercepat oleh medan yang jauh 

lebih besar antara bejana ionisasi dan celah keluar 

sumber, celah terakhir berada pada potensial dasar.  

    Konversi suatu spektrometer massa menjadi modus ion 

negatif yaitu  mudah, dan alat modern dirancang untuk 

melaksanakan procedure  itu secara otomatik pada 

pemilihan parameter tunggal. Secara teoritis, semua yang 

diperlukan yaitu  membalikkan arah semua tegangan dan 

medan percobaan. Ion negatif juga dibentuk dalam 

berbagai proses ionisasi di atas, sedangkan pemasukan 

contoh dengan penampang melintang penangkapan 

elektron yang tinggi menghasilkan pembentukan ion 

negatif yang berlimpah. sebab  itu, seringkali dibuat 

turunan multi-halida dari senyawa uji. 

    Spektrum massa ion negatif telah berhasil dipakai  

dalam analisa  pestisida sebab  strukturnya sesuai dengan 

teknik ini. 

    Dalam sumber ionisasi medan (IM) ion terbentuk 

dalam medan elektrostastik kuat yang terbentuk pada 

ujung kawat elektrode yang dialiri tegangan tinggi. Ion 

yang terbentuk dari molekul yang berada pada ujung 

kawat hampir semua yaitu  ion induk. Sumber tidak 

dipakai  secara luas namun  sangat bermanfaat untuk 

mempelajari molekul yang sangat tidak stabil atau 

campuran yang sangat kompleks dan dalam mempelajari  

reaksi permukaan. 

    Desorpsi medan (DM) dapat dianggap sebagai 

perluasan ionisasi medan, perbedaan utamanya yaitu  

bahwa contoh dilapiskan pada ujung pengemisi ion 

medan dan ionisasi terjadi dari tahap  padat. Teknik ini 

memerlukan pengalaman untuk memperoleh hasil yang 

dapat dipercaya. Spektrum massa yang terutama  terdiri 

dari ion molekular dapat direkam dari senyawa yang 

sangat tidak mudah menguap dan tidak stabil terhadap 

panas. 

    Ionisasi kimia (IK) yaitu  teknik ionisasi sekunder 

yang populer, dan kebanyakan instrumen baru dilengkapi 

dengan fasilitas ini.  

    Dalam ionisasi kimia, gas pereaksi pada tekanan lebih 

kurang 0,1 sampai 10 torr dimasukkan pada sumber dan 

teronisasi. Pada tekanan ini, terjadi reaksi molekul-ion 

dan terjadi reaksi lebih lanjut ion gas pereaksi primer. 

Gas pereaksi yang paling umum dipakai  yaitu  

metana, isobutana, dan amonia. Reaksi yang khas untuk 

metana ditunjukkan oleh persamaan berikut ini : 

 

    CH4 + e                   CH4

+ •  +  CH3

+ •  +  CH2

+ • 

 

    CH4

+ •  +  CH4    CH5

+  +  CH3• 

 

    CH3

+  +  CH4        C2H5

+  +  H2 

 

CH5

+ merupakan asam kuat Bronsted dan dapat 

memindahkan proton kepada kebanyakan senyawa 

organik sebagai berikut : 

 

CH5

+ + M  MH+ + CH4 

 

    Dengan metana, ion molekul terprotonasi (MH+) yang 

terbentuk mula-mula dapat memiliki  energi yang 

cukup untuk terionisasi lebih lanjut. 

    Dengan metode tembakan atom cepat (TAC) 

memakai  berkas atom netral yang cepat untuk 

menembaki contoh, sebab  itu persyaratan pertama teknik 

ini yaitu  berkas atom yang bergerak cepat, diarahkan 

dengan tepat pada contoh sasaran, yang dilarutkan dalam 

matriks cair yang tidak menguap. Hal ini relatif mudah 

dan metode untuk menghasilkan berkas atom ini  

telah dikembangkan dengan baik. Penembak ion 

dipakai  untuk menghasilkan berkas ion xenon yang 

mengalami pertukaran muatan dalam sel penumbuk 

dengan gas xenon cepat yang diperlukan. Prosesnya 

disimpulkan pada persamaan berikut: 

 

Xe  Xe+ + e  

 

Xe+ + Xe  Xe + Xe+ 

 

Tanda panah di bawah menampilkan  bahwa partikel 

bergerak cepat. 

    sebab  teknik tembakan atom cepat (TAC) yaitu  

teknik analisa  permukaan, penyiapan contoh dalam 

rangka mengoptimalkan kondisi permukaan yaitu  sangat 

penting. Jika contoh dilapiskan pada ‘probe’ melalui 

penguapan larutan, berkas ion contoh yang dihasilkan 

sering tidak tetap. Sering dihasilkan ion antara. 

Kecenderungan