tertera pada Logam berat <371>, encerkan dengan air
sampai 50 ml, dan campur: warna yang dihasilkan dalam
waktu 10 menit, pada tabung yang berisi ekstrak Air
murni botol uji tidak melebihi dari tabung yang berisi
Larutan timbal baku, kedua tabung dilihat secara
vertikal pada permukaan putih (1 bpj dalam ekstrak).
JUMLAH TEREFTALOIL Lakukan penetapan
serapan ekstrak Etanol 50 % atau Etanol 25 % dalam sel
1-cm pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
kurang 244 nm seperti tertera pada Spektrofotometri dan
Hamburan Cahaya <1191>, pakailah Media ektraksi
sebagai blangko: serapan ekstrak tidak lebih dari 0,150,
setara dengan tidak lebih dari 1 bpj jumlah tereftaloil.
Lakukan penetapan serapan ekstrak n-heptan dalam
sel 1-cm pada panjang gelombang serapan maksimum
lebih kurang 240 nm seperti tertera pada
Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>,
pakailah Media ekstraksi n-heptan sebagai blangko:
serapan ekstrak tidak lebih dari 0,150, setara dengan
tidak lebih dari 1 bpj jumlah tereftaloil.
ETILEN GLIKOL
Larutan asam periodat Larutkan 125 mg asam
periodat P dalam 10 ml air.
Asam sulfat encer Ke dalam 50 ml air tambahkan
50 ml asam sulfat P secara perlahan dan dengan
pengadukan tetap dan biarkan dingin sampai suhu ruang.
Larutan natrium bisulfit Larutkan 0,1 g natrium
bisulfit P dalam 10 ml air. pakailah larutan dalam waktu
7 hari.
Larutan dinatrium kromotropat Larutkan 100 mg
dinatrium kromotropat P dalam 100 ml asam sulfat P.
Lindungi larutan dari cahaya dan pakailah dalam waktu
7 hari.
Larutan baku Timbang saksama beberapa etilen
glikol, larutkan dalam air dan encerkan secara kuantitatif
dan jika perlu bertahap, sampai kadar lebih kurang 1 μg
per ml.
Larutan uji pakailah ekstrak Air murni.
procedure Pipet 1 ml Larutan baku ke dalam labu
tentukur 10-ml. Pipet 1 ml Larutan uji ke dalam labu
tentukur ke dua. Pipet 1 ml Media ekstraksi Air murni ke
dalam labu tentukur 10-ml ke tiga. Ke dalam masing-
masing labu tentukur, tambahkan 100 μl Larutan asam
periodat, goyang sampai bercampur dan diamkan selama
60 menit. Tambahkan 1,0 ml Larutan natrium bisulfit ke
dalam masing-masing labu tentukur, dan campur.
Tambahkan 100 μl Larutan dinatrium kromotropat ke
dalam masing-masing labu tentukur dan campur.
[Catatan Semua larutan harus dianalisa dalam waktu 1
jam sesudah penambahan Larutan dinatrium
kromotropat.] Tambahkan secara hati-hati 6 ml Asam
sulfat encer ke dalam masing-masing labu tentukur,
campur dan biarkan larutan dingin sampai suhu ruang.
[Perhatian Pengenceran asam sulfat menghasilkan
panas dan dapat menyebabkan larutan mendidih.
Perhatikan penambahan larutan harus secara hati-hati.
Timbulnya gas sulfur dioksida harus diperhatikan.
Disarankan pakailah lemari asam.] Encerkan masing-
masing larutan dengan Asam sulfat encer sampai tanda.
Tetapkan secara berurutan serapan Larutan baku dan
Larutan uji dalam sel 1-cm pada panjang gelombang
serapan maksium lebih kurang 575 nm seperti tertera
pada Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>,
pakailah Media ekstraksi Air murni sebagai blangko:
serapan Larutan uji tidak lebih besar dari Larutan baku,
setara dengan tidak lebih dari 1 bpj etilen glikol.
METODE UJI
Pantulan Ganda Internal
Alat pakailah spektrofotometer inframerah yang
mampu mengkoreksi spektrum blangko dan dilengkapi
dengan alat tambahan pantulan ganda internal dan
lempeng pantulan internal KRS-5. Hablur KRS-5
dengan tebal 2 mm memiliki sudut 45° yang
menghasilkan jumlah pantulan yang cukup.
Penyiapan contoh Potong dua lempeng bagian datar
yang mewakili ketebalan rata-rata dinding wadah, dan
potong bila perlu untuk memperoleh bagian yang sesuai
untuk dipasang dalam alat tambahan pantulan ganda
internal. Lakukan hati-hati untuk menghindari goresan
permukaan, usap dengan kertas kering atau jika perlu,
bersihkan dengan dengan kain lembut yang dibasahi
metanol P, dan biarkan kering. Pasang dengan erat
- 1626 -
contoh pada kedua sisi lempeng pantulan internal KRS-
5, pastikan bahwa kontak permukaan cukup. Sebelum
memasang contoh pada lempeng, dapat dikempa
menjadi lapis film tipis dan merata, dengan pemaparan
pada suhu lebih kurang 177° dengan tekanan tinggi
(15.000 psi atau lebih).
procedure Letakkan contoh yang telah dipasang dalam
alat tambahan pantulan ganda internal, dan letakkan
rakitan dalam berkas contoh spektrofotometer
inframerah. Atur kedudukan di dalam perlengkapan
untuk membiarkan transmisi cahaya maksimum dari
berkas pembanding yang tidak diatenuasi (Untuk
instrumen berkas ganda, sesudah selesai melakukan
penyesuaian dalam perlengkapan, lemahkan berkas
pembanding untuk memberi defleksi pantulan skala
penuh selama penatahan contoh). Tetapkan spektrum
inframerah dari 3500 - 600 cm-1 untuk polietilen dan
polipropilen dan dari 4000 - 400 cm-1 untuk PET dan
PETG.
analisa Termal
procedure Timbang lebih kurang 12 mg potongan
contoh dan letakkan dalam piring contoh uji. [Catatan
Dekatkan kontak antara piring dan termokopel, untuk
hasil yang reprodusibel.] Tetapkan termogram di bawah
aliran nitrogen, pakailah kondisi pemanasan dan
pendinginan seperti yang ditetapkan untuk tipe resin dan
pakailah alat yang mampu melakukan penetapan seperti
tertera pada analisa Termal <741>.
Untuk polietilen Lakukan penetapan termogram di
bawah aliran nitrogen pada suhu antara 40° dan 200°
dengan kecepatan pemanasan antara 2° dan 10° per
menit diikuti pendinginan dengan kecepatan antara 2°
dan 10° per menit sampai suhu 40°.
Untuk polipropilen Lakukan penetapan termogram
di bawah aliran nitrogen pada rentang suhu antara suhu
ruang sampai 30° di atas titik leleh. Pertahankan suhu
selama 10 menit, lalu dinginkan sampai 50° di
bawah suhu penghabluran puncak pada kecepatan 10° -
20° per menit.
Untuk polietilen tereftalat Lakukan pemanasan
contoh dari suhu ruang sampai 280° pada kecepatan
pemanasan lebih kurang 20° per menit. Pertahankan
suhu contoh pada 280° selama 1 menit. Secara cepat
dinginkan contoh sampai suhu ruang, dan panaskan
kembali sampai suhu 280° dengan kecepatan pemanasan
lebih kurang 5° per menit.
Untuk polietilen tereftalat G Lakukan pemanasan
contoh dari suhu ruang sampai 120° pada kecepatan
pemanasan lebih kurang 20° per menit. Pertahankan
suhu contoh pada 120° selama 1 menit, dinginkan
dengan cepat sampai suhu ruang dan panaskan kembali
sampai 120° pada kecepatan pemanasan lebih kurang 10°
per menit.
Uji Biologi
Uji biologi in vitro dilakukan menurut procedure
seperti tertera pada Uji Reaktivitas secara Biologi, In
Vitro <241>. Komponen-komponen yang memenuhi
persyaratan uji in vitro tidak perlu menjalani uji lanjutan.
Tidak dilakukan pengujian terhadap jenis plastik. Bahan-
bahan yang tidak memenuhi persyaratan uji in vitro tidak
sesuai untuk wadah sediaan obat.
Jika dipakai plastik dan polimer lain yang harus
memenuhi syarat Uji Reaktivitas Biologi, In Vitro <241>,
lakukan pengujian in vivo khusus pada Uji Klasifikasi
Plastik dalam Uji Reaktivitas Biologi, In Vivo <251>.
Uji Fisikokimia
Uji berikut, dirancang untuk menetapkan sifat fisika
dan kimia plastik dan ekstraknya, berdasarkan pada
ekstraksi bahan plastik, perlu ditetapkan jumlah plastik
yang akan dipakai . Juga luas permukaan plastik harus
cukup untuk diekstraksi pada suhu yang ditentukan.
Parameter uji
Media ekstraksi Kecuali dinyatakan lain pakailah Air
murni (seperti tertera pada monografi) sebagai Media
Ekstraksi, pertahankan pada suhu 70° selama ekstraksi
Larutan uji.
Blangko pakailah Air murni .
Alat pakailah tangas air dan Wadah Ekstraksi seperti
tertera pada Uji Reaktivitas secara Biologi, In Vivo
<251>. [Catatan Wadah dan peralatan tidak perlu
steril.]
Larutan uji Dari contoh plastik homogen jumlah luas
permukaan setara dengan 120 cm2 (kedua sisi
permukaan digabungkan), pakailah untuk tiap 20,0 ml
Media Ekstraksi, dan dipotong menjadi bentuk pita
dengan lebar lebih kurang 3 mm dan panjang lebih
kurang 5 cm. Masukkan ke dalam gelas ukur 250 ml
terbuat dari kaca Tipe I, bersumbat kaca dan tambahkan
lebih kurang 150 ml Air murni. Kocok lebih kurang
30 detik, buang cairan dan ulangi pencucian.
Ekstrak Larutan Uji Masukkan Larutan uji ke dalam
labu yang sesuai, dan tambahkan beberapa Media
ekstraksi yang dibutuhkan. Ekstraksi dengan pemanasan
dalam tangas air pada suhu yang ditetapkan untuk Media
ekstraksi selama 24 jam. Dinginkan, namun tidak di
bawah 20°. Pipet 20 ml ekstrak ke dalam wadah yang
sesuai. [Catatan pakailah bagian ini dalam uji untuk
Kapasitas Dapar.] Enaptuangkan dengan segera sisa
ekstrak ke dalam labu yang sesuai dan segel.
Residu tidak menguap Pipet 50 ml Ekstrak Larutan
Uji ke dalam krus yang sudah ditara (lebih baik krus
leburan silika yang sudah dicuci dengan asam), dan
uapkan bahan mudah menguap di atas tangas uap.
Dengan cara yang sama uapkan 50,0 ml Blangko dalam
krus ke dua. [Catatan Jika diperkirakan residu
berminyak, amati krus secara berulang selama periode
penguapan dan pengeringan, dan kurangi pemanasan
jika minyak cenderung merambat sepanjang dinding
- 1627 -
krus.] Keringkan pada suhu 105° selama 1 jam:
perbedaan antara jumlah yang diperoleh dari Ekstrak
Larutan Uji dan Blangko tidak lebih dari 15 mg.
Sisa pemijaran <301> [Catatan Uji ini tidak
diperlukan jika Residu Tidak Menguap tidak lebih dari
5 mg]. Lakukan penetapan terhadap residu yang
diperoleh dari Ekstrak Larutan Uji dan Blangko pada
Residu Tidak Menguap. Jika perlu, tambahkan asam
sulfat P volume sama ke dalam masing-masing krus:
perbedaan antara jumlah residu pada pemijaran yang
diperoleh dari Ekstrak Larutan Uji dan Blangko tidak
lebih dari 5 mg.
Logam Berat Tidak lebih dari 1 bpj dalam ekstrak.
Pipet 20 ml Ekstrak Larutan Uji, saring jika perlu, ke
dalam satu dari dua tabung pembanding warna 50 ml
yang sesuai. Atur pH sampai antara 3,0 dan 4,0 dengan
penambahan asam asetat 1 N atau amonium hidroksida 6
N, pakailah kertas pH, encerkan dengan air sampai lebih
kurang 35 ml, dan campur.
Pipet 2 ml Larutan timbal baku seperti tertera pada
Logam berat <371> ke dalam tabung pembanding warna
kedua, dan tambahkan 20 ml Blangko. Atur pH sampai
antara 3,0 dan 4,0 dengan penambahan asam asetat
glasial 1 N atau amonium hidroksida 6 N, pakailah
kertas pH, encerkan dengan air sampai lebih kurang
35 ml, dan campur. Ke dalam masing-masing tabung
tambahkan 1,2 ml tiosetamida LP dan 2 ml dapar asetat
pH 3,5 seperti tertera pada Logam berat <371>,
encerkan dengan air sampai 50 ml, dan campur: warna
coklat yang dihasilkan dalam waktu 10 menit dalam
tabung yang berisi Ekstrak Larutan Uji tidak melebihi
dari tabung yang berisi Larutan timbal baku diamati
vertikal pada permukaan putih.
Kapasitas Dapar Kumpulkan 20 ml Ekstrak Larutan
Uji, titrasi dengan asam klorida 0,010 N LV atau natrium
hidroksida 0,010 N LV tergantung keperluan. Titik akhir
diamati secara potensiometrik sampai pH 7,0. Lakukan
penetapan 20,0 ml Blangko dengan cara yang sama: jika
diperlukan pentiter yang sama untuk uji dan blangko,
maka perbedaan antara dua volume tidak lebih dari
10,0 ml dan jika asam diperlukan untuk uji atau untuk
blangko diperlukan alkali, jumlah kedua volume yang
dibutuhkan tidak lebih dari 10,0 ml.
UJI KINERJA WADAH <1281>
Tujuan dari lampiran ini yaitu menyediakan standar
untuk sifat-sifat fungsi/kegunaan wadah plastik dan
komponen-komponennya yang biasa dipakai untuk
kemasan produk yang diatur dengan regulasi
(farmasetik, produk biologik, suplemen dan alat).
Definisi yang dipakai pada lampiran ini tersedia
dalam Perlindungan, Wadah, Penyimpanan dan
Penandaan yang tertera pada Ketentuan Umum. Uji ini
dimaksudkan untuk menetapkan permeabilitas
kelembaban dan transmisi cahaya melalui wadah plastik
yang dipakai . Bagian Wadah Satuan Ganda untuk
Kapsul dan Tablet dipakai untuk wadah satuan ganda.
Bagian Wadah Satuan Tunggal dan Wadah Dosis-
Satuan untuk Kapsul dan Tablet dipakai untuk wadah
satuan tunggal dan dosis satuan. Bagian Wadah Satuan
Ganda untuk Kapsul dan Tablet (Tanpa Penutup)
dipakai untuk wadah polietilen atau polipropilen yang
tidak bertutup. Wadah Satuan Ganda dan Satuan
Tunggal untuk Cairan dipakai untuk wadah satuan
tunggal dan ganda.
Suatu wadah yang dimaksudkan untuk memberi
perlindungan dari cahaya atau sebagai wadah yang
resisten terhadap cahaya, memenuhi persyaratan untuk
Transmisi Cahaya, seperti perlindungan atau resistensi
yang merupakan sifat spesifik dari bahan wadah,
termasuk bahan pelapis yang dipakai . Suatu wadah
yang jernih, tidak berwarna atau tembus cahaya yang
dibuat resisten cahaya dengan memakai pelapis
yang tidak tembus cahaya seperti tertera pada Ketentuan
Umum dibebaskan dari persyaratan untuk Transmisi
Cahaya. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan “wadah”
yaitu seluruh sistem yang biasanya terdiri dari wadah
itu sendiri, pelapis (jika dipakai ), penutup pada
wadah satuan ganda dan penutup/blister pada wadah
dosis satuan.
PERMEASI KELEMBAPAN
Wadah Satuan Ganda untuk
Kapsul dan Tablet
Desikan Tempatkan beberapa kalsium klorida
anhidrat P berukuran 4 - 8 mesh dalam wadah dangkal,
hati-hati agar serbuk halus tidak keluar; lakukan
pegeringan pada suhu 110º selama 1 jam dan dinginkan
dalam desikator.
procedure Pilih 12 wadah dengan ukuran dan tipe
seragam, bersihkan permukaan segel dengan kain bebas
serat, tutup dan buka setiap wadah 30 kali. Tutup rapat
dengan cara sama setiap kali wadah ditutup. Tutup
penutup sekrup wadah dengan tenaga putaran dalam
rentang kerapatan yang tertera pada Tabel 1. Tambahkan
Desikan ke dalam 10 wadah uji. Isi setiap wadah sampai
mencapai 13 mm dari tutup jika volume wadah 20 ml
atau lebih; atau isi setiap wadah sampai 2/3 kapasitas
jika volume wadah kurang dari 20 ml. Jika kedalaman
wadah lebih dari 63 mm, tempatkan pengisi atau
pengatur jarak inert pada dasar wadah untuk
memperkecil bobot total wadah dan Desikan; tebal
lapisan Desikan dalam wadah tidak kurang dari 5 cm.
Tutup wadah segera sesudah penambahan Desikan
dengan tenaga putaran yang tertera dalam Tabel 1, pada
waktu menutup sekrup wadah. Pada masing-masing dari
2 wadah sisa yang diperlakukan sebagai kontrol,
tambahkan beberapa manik kaca secukupnya, untuk
memperoleh bobot lebih kurang setara dengan setiap
wadah uji, tutup dengan tenaga putaran yang tertera
dalam Tabel 1, pada waktu menutup sekrup wadah.
Catat bobot masing-masing wadah yang telah disiapkan
dengan ketelitian mendekati 0,1 mg, jika volume wadah
- 1628 -
kurang dari 20 ml; ketelitian mendekati 1 mg, jika
volume wadah 20 ml atau lebih namun kurang dari
200 ml; atau ketelitian mendekati 10 mg, jika volume
wadah 200 ml atau lebih; dan simpan pada kelembapan
relatif 75±3% dan pada suhu 23º±2º. [Catatan Larutan
jenuh dari 35 g natrium klorida P untuk setiap 100 ml
air diletakkan pada dasar desikator; dapat
mempertahankan kelembapan yang telah ditentukan:
untuk mempertahankan kondisi ini dapat dipakai
cara lain.] sesudah 336±1 jam (14 hari), catat bobot
setiap wadah dengan cara yang sama. Isi penuh 5 wadah
kosong, dengan ukuran dan tipe yang sama seperti
wadah yang akan diuji, dengan air atau padatan yang
bersifat mengalir bebas, tidak dapat dikempa seperti
manik kaca yang halus dan padat, sampai tinggi yang
ditunjukkan oleh permukaan penutup jika penutup ada
pada tempatnya. Pindahkan setiap isi ke dalam gelas
ukur; tentukan volume wadah rata-rata dalam ml. Hitung
laju permeabilitas kelembaban dalam mg per hari per
liter, dengan rumus:
V14
1000 [(TF – TI) – (CF – CI)]
V yaitu volume wadah dalam ml; (TF – TI) yaitu
perbedaan antara bobot akhir dan bobot awal setiap
wadah uji dalam mg; dan (CF – CI) yaitu perbedaan
rata-rata antara bobot akhir dan bobot awal dari dua
wadah kontrol dalam mg.
Pada wadah yang dipakai untuk obat yang
diberikan berdasarkan resep, wadah yang diuji
dinyatakan tertutup rapat jika tidak lebih 1 dari 10
wadah uji memiliki permeabilitas kelembapan
melebihi 100 mg per hari per liter dan tidak satupun
melebihi 200 mg per hari per liter.
Pada wadah yang dipakai untuk obat yang
diberikan berdasarkan resep, wadah yang diuji
dinyatakan tertutup baik jika tidak lebih 1 dari 10 wadah
uji memiliki permeabilitas kelembapan melebihi 2000
mg per hari per liter, dan tidak satupun melebihi 3000
mg per hari per liter.
Tabel 1
Torsi yang dipakai untuk Wadah Tipe Tutup Ulir
Diameter
Penutup a
(mm)
Rentang Kerapatan yang disarankan
dengan Tenaga Putaran secara Manual
(“inch –pounds”)
8
10
13
15
18
20
22
24
28
30
33
5
6
8
5-9
7-10
8-12
9-14
10-18
12-21
13-23
15-25
Diameter
Penutup a
(mm)
Rentang Kerapatan yang disarankan
dengan Tenaga Putaran secara Manual
(“inch –pounds”)
38
43
48
53
58
63
66
70
83
86
89
100
110
120
132
17-26
17-27
19-30
21-36
23-40
25-43
26-45
28-50
32-65
40-65
40-70
45-70
45-70
55-95
60-95
a Untuk pentutup dengan diameter diantara yang tertera
pada Tabel, pakailah tenaga putaran yang ditetapkan
untuk diameter yang lebih besar
Wadah Satuan Ganda untuk Kapsul dan Tablet
(Tanpa Penutup)
Wadah Polietilen Pastikan wadah dengan segel
kedap air yang diperoleh dari botol bersegel panas
dengan lembar alumunium berlapis polietilen atau segel
yang sesuai1). Uji wadah seperti yang dinyatakan dalam
Wadah Satuan Ganda untuk Kapsul dan Tablet: Wadah
polietilen berat jenis tinggi yang diuji memenuhi
persyaratan jika tidak lebih 1 dari 10 wadah uji
memiliki permeabilitas kelembaban melebihi 10 mg
per hari per liter, dan tidak satupun melebihi 25 mg per
hari per liter. Wadah polietilen berat jenis rendah yang
diuji memenuhi persyaratan jika tidak lebih 1 dari 10
wadah uji memiliki permeabilitas kelembaban
melebihi 20 mg per hari per liter dan tidak satupun
melebihi 30 mg per hari per liter.
Wadah Polipropilen Pastikan wadah dengan segel
kedap air yang diperoleh dari botol bersegel panas
dengan lembar alumunium berlapis polietilen atau segel
yang sesuai. Uji wadah seperti yang dinyatakan dalam
Wadah Satuan Ganda untuk Kapsul dan Tablet: Wadah
memenuhi persyaratan jika tidak lebih 1 dari 10 wadah
uji memiliki permeabilitas kelembaban melebihi
15 mg per hari per liter, dan tidak satupun melebihi
25 mg per hari per liter.
Wadah Satuan Tunggal dan
Wadah Dosis Satuan untuk Kapsul dan Tablet
Untuk dapat mencantumkan keterangan yang
berkaitan dengan pengemasan yang sesuai untuk tipe
produk tertentu, dibuat procedure dan klasifikasi berikut
untuk mengevaluasi sifat permeasi kelembaban wadah
satuan tunggal dan wadah dosis satuan. Sesungguhnya
- 1629 -
peralatan dan cara pengoperasian dapat mempengaruhi
terbentuknya atau tertutupnya permeasi kelembaban dari
suatu wadah, sifat spesifik permeasi lembab dari sistem
pengemasan yang dipakai harus ditentukan.
Desikan Keringkan beberapa pelet desikan pada suhu
110º selama 1 jam sebelum dipakai . pakailah pelet
yang masing-masing bobotnya lebih kurang 400 mg dan
berdiameter lebih kurang 8 mm. [Catatan Jika perlu
ukuran wadah dosis satuan dibatasi, pelet yang masing-
masing bobotnya kurang dari 400 mg dan berdiameter
kurang dari 8 mm dapat dipakai .]
procedure
Metode I Segel tidak kurang dari 10 wadah dosis-
satuan yang berisi 1 pelet per wadah dan segel 10 wadah
dosis-satuan kosong sebagai kontrol. pakailah pinset
atau tang untuk memegang wadah tersegel. Beri nomor
wadah dan catat bobot masing-masing sampai mg yang
terdekat. Timbang wadah kontrol sebagai satu satuan
dan bagi bobot total dengan jumlah wadah kontrol untuk
memperoleh bobot rata-rata wadah kosong. Simpan
semua wadah pada kelembaban relatif 75±3% dan suhu
23°±2º. [Catatan Larutan jenuh dari 35 g natrium
klorida P untuk setiap 100 ml air diletakkan pada dasar
desikator; dapat mempertahankan kelembaban yang
telah ditentukan: untuk mempertahankan kondisi ini
dapat dipakai cara lain.] sesudah interval 24 jam atau
kelipatannya (seperti tertera pada Hasil), pindahkan
wadah dari bejana dan biarkan terjadi kesetimbangan
selama 15 - 60 menit di ruang penimbangan. Catat
kembali bobot setiap wadah dan gabungan kontrol
dengan cara sama.
1)Suatu lapisan yang sesuai untuk segel, berupa lapisan polietilen
wadah tidak kurang dari 0,025 mm (0,001 inci), dengan lapisan
tambahan bahan pendukung. Suatu segel yang sesuai dapat diperoleh
juga dari pemakaian lempeng kaca dan suatu segel memakai
malam yang mengandung 60% malam bentuk amorf halus dan 40%
malam parafin bentuk hablur halus.
[Catatan Jika pelet menampilkan perubahan warna
menjadi merah muda selama pengerjaan atau jika bobot
pelet naik melebihi 10%, hentikan pengujian dan anggap
penetapan terdahulu sebagai hasil yang valid.]
Kembalikan wadah ke dalam bejana lembab. Hitung laju
permeasi kelembaban dalam mg per hari dari tiap wadah
yang dipakai dengan rumus:
N
1 [(WF – WI) – (CF – CI)]
N yaitu jumlah hari sampai akhir periode pengujian
(dimulai sesudah 24 jam pertama periode
kesetimbangan); (WF – WI) yaitu perbedaan antara
bobot akhir dan bobot awal setiap wadah uji dalam mg;
dan (CF – CI) yaitu perbedaan rata-rata antara bobot
akhir dan bobot awal wadah kontrol dalam mg, data
dihitung sampai dua angka dibelakang koma. [Catatan
Jika permeasi kurang dari 5 mg per hari dan jika
kontrol diamati mencapai keadaan setimbang dalam 7
hari, permeasi individu dapat ditentukan lebih saksama
pada hari ke 7 memakai bobot wadah uji dan
wadah kontrol, berturut-turut sebagai WI dan CI dalam
perhitungan. Dalam hal ini, suatu interval uji yang
sesuai untuk Kelas A (seperti tertera pada Hasil), tidak
akan kurang dari 28 hari mulai hari ke 7 periode
kesetimbangan awal (total 35 hari).]
Metode II pakailah procedure ini untuk kemasan
berbentuk lempeng pipih dengan menggabungkan
beberapa wadah dosis satuan yang disegel terpisah atau
blister. Segel beberapa kemasan secukupnya, tidak
kurang dari 4 kemasan dan total tidak kurang dari
10 wadah dosis satuan atau blister, masukkan 1 pelet
dalam tiap satuan wadah uji. Segel beberapa kemasan
kosong, setiap kemasan mengandung wadah dosis satuan
atau blister dengan jumlah sama seperti pada kemasan
uji, sebagai kontrol. Simpan semua wadah pada
kelembaban relatif 75±3% dan suhu 23º±2º. [Catatan
Larutan jenuh dari 35 g natrium klorida P untuk setiap
100 ml air diletakkan pada dasar desikator; dapat
mempertahankan kelembaban yang telah ditentukan:
untuk mempertahankan kondisi ini dapat dipakai
cara lain.] sesudah interval 24 jam atau kelipatannya
(seperti tertera pada Hasil), pindahkan kemasan dari
bejana dan biarkan terjadi kesetimbangan selama lebih
kurang 45 menit. Catat bobot masing-masing kemasan
dan kembalikan ke dalam bejana. Timbang kemasan
kontrol sebagai suatu satuan, dan bagi bobot total
dengan jumlah kemasan kontrol untuk memperoleh
bobot kemasan kosong rata-rata. [Catatan Jika pelet
menampilkan perubahan warna menjadi merah muda
selama pengerjaan atau jika bobot pelet naik melebihi
10%, hentikan pengujian dan anggap penetapan
terdahulu sebagai hasil yang valid.] Hitung laju
permeasi kelembaban rata-rata, dalam mg per hari untuk
tiap wadah dosis-satuan atau blister dalam setiap
kemasan yang dipakai dengan rumus:
NX
1 [(WF – WI) – (CF – CI)]
N yaitu jumlah hari sampai akhir periode pengujian
(dimulai sesudah 24 jam pertama dari periode
kesetimbangan); X yaitu jumlah unit segel yang
terpisah per kemasan; (WF – WI) yaitu perbedaan antara
bobot akhir dan bobot awal setiap kemasan uji dalam
mg; dan (CF – CI) yaitu perbedaan rata-rata antara
bobot akhir dan bobot awal kemasan kontrol dalam mg,
laju dihitung sampai dua angka dibelakang koma.
Hasil Wadah dosis satuan tunggal yang diuji menurut
Metode I dinyatakan sebagai Kelas A jika tidak lebih
1 dari 10 wadah uji memiliki laju permeabilitas
kelembaban lebih dari 0,5 mg per hari dan tidak satupun
lebih dari 1 mg per hari; dinyatakan sebagai Kelas B jika
tidak lebih 1 dari 10 wadah uji melebihi 5 mg per hari
dan tidak satupun lebih dari 10 mg per hari; dinyatakan
sebagai Kelas C jika tidak lebih 1 dari 10 wadah uji
- 1630 -
melebihi 20 mg per hari dan tidak satupun lebih dari
40 mg per hari; dinyatakan sebagai Kelas D jika wadah
tidak memenuhi persyaratan laju permeasi kelembaban.
Kemasan yang diuji pada Metode II dinyatakan
sebagai Kelas A jika tidak satupun kemasan uji
memiliki rata-rata laju permeabilitas kelembaban
blister melebihi 0,5 mg per hari; dinyatakan sebagai
Kelas B jika tidak satupun kemasan uji melebihi 5 mg
per hari; dinyatakan sebagai Kelas C jika tidak satupun
kemasan uji melebihi 20 mg per hari; dinyatakan sebagai
Kelas D jika kemasan uji tidak memenuhi persyaratan
rata-rata laju permeabilitas kelembaban blister.
Dengan pemakaian Desikan seperti ini di atas,
seperti yang dinyatakan pada Metode I dan Metode II,
sesudah setiap 24 jam, wadah uji dan wadah kontrol atau
kemasan ditimbang; dan interval uji yang sesuai untuk
penimbangan akhir WF dan CF yaitu 24 jam untuk
Kelas D; 48 jam untuk Kelas C; 7 hari untuk Kelas B;
dan tidak kurang dari 28 hari untuk Kelas A.
Wadah Satuan Ganda dan
Wadah Dosis Satuan untuk Cairan
Standar dan uji yang diberikan dalam bagian ini untuk
mengukur kegunaan dan kinerja dari wadah plastik yang
biasa dipakai untuk kemasan sediaan berbasis air
melalui pengukuran kehilangan bobot cairan air sebagai
persen kandungan. Uji ini dapat juga dipakai untuk
menampilkan kinerja atau fungsi yang dapat
diperbandingkan. [Catatan Dari keseluruhan procedure
yang diikuti, tentukan bobot masing-masing wadah-
sistem penutup (botol, jika dipakai segel sebelah
dalam dan penutup) berturut-turut sebagai bobot tara
dan bobot isi dengan ketelitian mendekati 0,1 mg jika
kapasitas botol kurang dari 200 ml; ketelitian mendekati
1 mg jika kapasitas botol 200 ml atau lebih namun
kurang dari 1000 ml; atau ketelitian mendekati 10 mg
jika kapasitas botol 1000 ml atau lebih.]
procedure Pilih 12 botol dengan ukuran dan tipe
seragam, bersihkan permukaan segel dengan kain bebas
serat. Pastikan setiap botol dengan 1 penutup ulir (jika
dipakai ) atau penutup. Beri nomor setiap wadah-
sistem penutup dan catat bobot tara.
Buka penutup dan isi 10 botol dengan air sampai
penuh dengan memakai pipet. Isi 2 wadah yang lain
dengan manik-manik gelas dengan bobot setara dengan
wadah yang diisi air. Pastikan botol dengan segel dan
pakailah penutup. Jika memakai penutup sekrup,
pakailah tenaga putaran dalam rentang kerapatan yang
tertera pada Tabel 1. Simpan semua wadah bersegel
pada suhu 25°±2º dan kelembaban relatif 40±2%.
sesudah 336±1 jam (14 hari), catat bobot masing-masing
wadah. Hitung laju permeasi uap air, dalam persen
kehilangan bobot air per tahun untuk setiap botol yang
dipakai dengan rumus:
( ) ( ) ( )
( ) 365
14
100
1
141141 x
WW
WCWCWWWW
Ti
TiTi
W1i yaitu bobot awal masing-masing wadah; WT yaitu
bobot tara; W14i yaitu bobot masing-masing wadah
pada hari ke 14; dan (WC1 - WC14) yaitu bobot rata-rata
perubahan kontrol dari awal sampai hari ke-14. Wadah
yang diuji memenuhi persyaratan wadah tertutup rapat
jika tidak lebih 1 dari 10 wadah uji, kehilangan bobot air
melebihi 2,5% per tahun dan tidak satupun melebihi
5,0% per tahun.
UJI TRANSMISI CAHAYA
Alat pakailah spektrofotometer dengan sensitivitas
dan akurasi yang sesuai untuk pengukuran beberapa
cahaya yang ditransmisikan oleh kaca atau bahan kaca
tembus cahaya yang dipakai untuk wadah farmasetik.
Selain itu, spektrofotometer mampu mengukur dan
merekam difusi cahaya yang ditransmisikan sama baik
dengan sinar paralel.
procedure Pilih bagian yang mewakili ketebalan rata-
rata. Potong 2 atau lebih secara sirkular bagian wadah
dan buat garis untuk memberi tanda bagian dari
ukuran yang tepat untuk tempat spesimen dalam
spektrofotometer. Cuci dan keringkan setiap spesimen,
jaga agar permukaan tidak tergores. Jika spesimen
terlalu kecil untuk menutupi tempat spesimen yang
terbuka, tutup bagian yang tidak tertutup dengan kertas
tidak tembus cahaya atau pita penutup, hal ini
memberi panjang spesimen yang lebih besar dari
celah spektrofotometer. Segera sebelum ditempatkan
pada tempat spesimen, usap spesimen dengan kertas
lensa. Tempatkan spesimen dengan bantuan malam atau
alat lain yang tepat, jaga agar sidik jari yang tertinggal
atau tanda lain pada permukaan tidak terlewati oleh jalan
cahaya. Tempatkan bagian dalam spektrofotometer
dengan aksis silindris yang paralel terhadap bidang celah
dan lebih kurang di pusat celah. Jika ditempatkan
dengan baik, berkas cahaya yang sampai ke permukaan,
hanya sedikit (minimum) yang dipantulkan.
Ukur berturut-turut transmitan bagian ini dengan
pembanding terhadap udara dalam daerah spektra yang
diinginkan dengan pembacaan instrumen atau pada
interval lebih kurang 20 nm dengan instrumen manual
dalam rentang antara 290 dan 450 nm.
Batas Transmisi cahaya yang diamati tidak lebih dari
batas yang tertera pada Tabel 2 untuk wadah
pemakaian parenteral.
Tabel 2
Batas untuk Kelas Plastik I sampai VI
Ukuran
Nominal
(ml)
Persentase Maksimum Transmisi
Cahaya pada berbagai Panjang
Gelombang antara 290 dan 450 nm
Wadah yang
ditutup dengan
pemanasan
Wadah dengan
penutup segel
1
2
50
45
25
20
- 1631 -
5
10
20
50
40
35
30
15
15
13
12
10
[Catatan Tiap wadah berukuran diantara ukuran yang
tertera pada Tabel menampilkan transmisi yang tidak
lebih besar dari transmisi wadah berukuran lebih besar
berikutnya. Untuk wadah lebih besar dari 50 ml,
pakailah batas untuk 50 ml.]
Transmisi cahaya yang diamati pada wadah plastik
untuk pemberian oral dan topikal, tidak lebih dari 10%
pada berbagai panjang gelombang dalam rentang antara
290 dan 450 nm.
WARNA DAN AKROMISITAS <1291>
Metode 1
Definisi Warna dalam hal ini didefinisikan sebagai
persepsi atau respon subjektif seorang pengamat
terhadap rangsangan objektif energi sinar pada spektrum
cahaya tampak pada panjang gelombang 400 - 700 nm.
Warna yang tampak jelas merupakan fungsi dari tiga
variabel, yaitu sifat spektrum benda, serapan dan
refleksi; sifat spektrum sumber iluminasi dan sifat visual
dari pengamat.
Dua benda disebut memiliki warna sepadan untuk
iluminasi tertentu bila seorang pengamat tidak dapat
membedakan perbedaan warna ini . Bila sepasang
benda menampilkan warna yang sepadan terhadap satu
sumber iluminasi dan tidak dengan yang lain, keduanya
merupakan pasangan metamerik. Warna yang sepadan
dari dua benda terjadi untuk semua sumber iluminasi
bila spektrum serapan dan reflektans dari dua benda
ini sama.
Akromisitas atau ketidakberwarnaan yaitu suatu
skala warna transmisi cahaya yang ekstrim. Hal itu
berarti tidak ada warna, dan oleh sebab itu spektrum
cahaya tampak benda ini kurang memberi
serapan. Untuk tujuan praktis, bila pengamat
menyatakan sedikit atau tidak sama sekali terjadi
penyerapan dalam spektrum cahaya tampak.
Sifat-sifat warna sebab sensasi warna dapat bersifat
subjektif dan objektif, warna tidak dapat digambarkan
hanya dalam batasan-batasan spektrofotometrik saja.
Oleh sebab itu sifat-sifat umum suatu warna tidak dapat
dikaitkan langsung dengan terminologi spektrum.
Tiga sifat yang umum dipakai untuk
mengidentifikasi suatu warna yaitu (1) Warna atau
kualitas yang membedakan satu golongan warna dari
lainnya seperti merah, kuning, biru hijau dan warna-
warna diantaranya, (2) Nilai atau kualitas yang
membedakan warna gelap terhadap terang, (3) Intensitas
warna, atau kualitas yang membedakan warna kuat
terhadap yang lemah atau sejauh mana suatu warna
berbeda dari nilai yang sama.
Ketiga sifat warna dapat dipakai untuk menetapkan
ruang warna tiga dimensi berdasarkan koordinatnya.
Ruang warna yang dipilih yaitu ruang warna dengan
keseragaman secara visual, bila jarak geometrik antara
dua warna dalam ruang warna merupakan ukuran
langsung jarak warnanya. Koordinat silindris sering
merupakan pilihan yang sesuai.
Titik-titik di sepanjang aksis panjang menampilkan
nilai dari gelap ke terang atau dari hitam ke putih,
memiliki warna yang tidak dapat ditetapkan dan tanpa
intensitas warna. Dengan memakai perpotongan
garis tegak lurus terhadap aksis nilai, warna ditetapkan
berdasarkan sudut sepanjang aksis panjang dan intensitas
warna ditetapkan berdasarkan jarak aksis panjang.
Merah, kuning, hijau, biru, ungu dan warna-warna
diantaranya diperoleh dari perbedaan sudutnya. Warna
sepanjang radius dari perpotongan memiliki warna yang
sama, namun intensitas akan meningkat dengan
bertambahnya jarak. Contoh: air tidak berwarna atau
jernih memiliki warna yang tidak dapat ditetapkan, nilai
tinggi dan tanpa intensitas warna. Bila suatu zat
berwarna yang larut ditambahkan, air menjadi berwarna.
Lebih banyak ditambahkan, warna menjadi lebih gelap,
lebih kuat, lebih tua, dengan demikian intensitas warna
biasanya bertambah dan nilainya berkurang. Jika zat
yang larut berwarna netral, yaitu abu-abu, nilai akan
berkurang, tidak ada peningkatan intensitas warna yang
teramati dan warna tetap tidak dapat ditetapkan.
Pengukuran secara spektroskopik dapat dikonversikan
menjadi pengukuran ketiga sifat warna. Hasil
spektroskopik ketiga cahaya atau stimulus terpilih diberi
bobot oleh ketiga fungsi distribusi sampai menghasilkan
nilai tristimulus X, Y, Z seperti tertera pada Pengukuran
Warna dengan Instrumen <1341>. Fungsi distribusi
ditetapkan berdasarkan percobaan perbandingan warna
dengan subyek manusia.
Nilai tristimulus bukan merupakan koordinat dalam
ruang warna dengan keseragaman secara visual; namun
beberapa transformasi telah diusulkan sebagai
pendekatan bentuk keseragaman, diantaranya seperti
tertera pada Pengukuran Warna dengan Instrumen
<1341>. Nilai ini sering merupakan fungsi nilai Y
saja. Untuk memperoleh keseragaman dalam sub ruang
warna dan intensitas, belum memuaskan. Secara praktis
hal ini berarti bahwa dalam membandingkan warna
secara visual dari dua benda yang warnanya berbeda
secara berarti, sulit memutuskan intensitas warna mana
yang lebih tinggi. Dengan demikian yaitu penting
membandingkan warna baku terhadap contoh sedekat
mungkin, terutama untuk sifat-sifat warna dan intensitas
warna.
Penetapan warna dan baku Pengertian warna dan
kesepadanan warna tergantung pada kondisi-kondisi
pandangan dan iluminasi. Penetapan harus memakai
iluminasi baur dan seragam pada kondisi yang dapat
mengurangi bayangan dan reflektans non spektral
sampai tingkat minimum. Permukaan serbuk harus
dihaluskan dengan tekanan ringan sesampai diperoleh
permukaan yang datar bebas dari ketidakteraturan.
- 1632 -
Cairan harus dibandingkan dalam tabung pembanding
warna yang sepadan, dengan latar belakang putih. Jika
hasil yang diperoleh bervariasi menurut iluminasinya,
hasil yang diperoleh dari cahaya alam atau cahaya
buatan pada siang hari dianggap yang benar. Selain
penetapan secara visual dapat dipakai metode
peralatan yang sesuai.
Baku warna harus sedekat mungkin terhadap warna
bahan uji untuk penetapan kuantitatif perbedaan warna.
Baku untuk bahan tidak tembus cahaya tersedia secara
komersial. Larutan padanan untuk membandingkan
warna-warna cairan dapat dibuat menurut Tabel berikut.
Untuk membuat larutan padanan yang diperlukan, pipet
beberapa volume larutan uji kolorimetri (seperti tertera
pada Larutan Kolorimetri (LK)) dan air ke dalam salah
satu tabung pembanding, campur. Buat pembanding
sesuai dengan yang tertera pada masing-masing
monografi dibawah kondisi pengamatan. Larutan
padanan atau campuran larutan kolorimetri lain, dapat
dipakai dengan kadar sangat rendah untuk mengukur
deviasi akromisitas.
Tabel 1 Larutan Padanan Metode 1
Larutan
padanan
Bagian
Kobalt(II)
klorida
LK
Bagian
Besi (III)
klorida
LK
Bagian
Tembaga
(II)sulfat
LK
Bagian
Air
A 0,1 0,4 0,1 4,4
B 0,3 0,9 0,3 3,5
C 0,1 0,6 0,1 4,2
D 0,3 0,6 0,4 3,7
E 0,4 1,2 0,3 3,1
F 0,3 1,2 0,0 3,5
G 0,5 1,2 0,2 3,1
H 0,2 1,5 0,0 3,3
I 0,4 2,2 0,1 2,3
J 0,4 3,5 0,1 1,0
K 0,5 4,5 0,0 0,0
L 0,8 3,8 0,1 0,3
M 0,1 2,0 0,1 2,8
N 0,0 4,9 0,1 0,0
O 0,1 4,8 0,1 0,0
P 0,2 0,4 0,1 4,3
Q 0,2 0,3 0,1 4,4
R 0,3 0,4 0,2 4,1
S 0,2 0,1 0,0 4,7
T 0,5 0,5 0,4 3,6
Metode II
Definisi Larutan dinyatakan tidak berwarna jika
memiliki penampilan seperti air atau pelarut atau
warnanya tidak lebih kuat dari Larutan padanan U9.
Penetapan warna pakailah tabung yang sama, tidak
berwarna, tembus pandang, kaca netral, dengan diameter
luar 12 mm, bandingkan 2,0 ml dari larutan yang diuji
dengan 2,0 ml air atau pelarut atau Larutan padanan
(Tabel Larutan Padanan Induk Metode II dan Metode
III, Larutan padanan U, Larutan Padanan V, Larutan
padanan W, Larutan padanan X, Larutan padanan Y)
yang dinyatakan dalam monografi. Bandingkan warna
dalam cahaya baur dengan mengamati secara horisontal
terhadap latar belakang putih.
Penyimpanan Simpan Larutan padanan dalam tabung
yang disegel, tidak berwarna, transparan, kaca netral
dengan diameter luar 12 mm dan terlindung cahaya.
Metode III
Definisi Larutan dinyatakan tidak berwarna jika
memiliki penampilan seperti air atau pelarut atau
warnanya tidak lebih kuat dari Larutan padanan U9.
Penetapan warna pakailah tabung yang sama, tidak
berwarna, tembus pandang, kaca netral, dengan alas
datar dan diameter dalam 15 - 25 mm, bandingkan
40 mm lapisan larutan yang diuji dengan 40 ml lapisan
air atau pelarut atau Larutan padanan. (Tabel Larutan
Padanan Induk Metode II dan Metode III, Larutan
Padanan U, Larutan Padanan V, Larutan padanan W,
Larutan Padanan X, Larutan Padanan Y) yang
dinyatakan dalam monografi. Bandingkan kolom cairan
dalam cahaya baur dengan mengamati dari atas terhadap
latar belakang putih.
Penyimpanan Buat Larutan padanan segera sebelum
dipakai dari Larutan padanan induk.
Tabel Larutan Padanan Induk Metode II
dan Metode IIII
Larutan
padanan
Induk
Kobalt(II)
klorida
LK
(ml)
Besi (III)
klorida
LK
(ml)
Tembaga
(II) sulfat
LK
(ml)
Asam
klorida
1% b/v
(ml)
U 30 30 24 16
V 10 24 4 62
W 6 24 0 70
X 2 96 2 0
Y 20 10 0 70
Tabel Larutan Padanan U
Larutan
padanan
Larutan padanan
induk U
(ml)
Asam klorida
1% b/v
(ml)
U1 75,0 25,0
U2 50,0 50,0
U3 37,5 62,5
U4 25,0 75,0
U5 12,5 87,5
U6 5,0 95,0
U7 2,5 97,5
U8 1,5 98,5
U9 1,0 99,0
- 1633 -
Tabel Larutan Padanan V
Larutan
padanan
Larutan padanan
induk V
(ml)
Asam klorida
1% b/v
(ml)
V1 100,0 0
V2 75,0 25,0
V3 50,0 50,0
V4 25,0 75,0
V5 12,5 87,5
V6 5,0 95,0
V7 2,5 97,5
Tabel Larutan Padanan W
Larutan
padanan
Larutan padanan
induk W
(ml )
Asam klorida
1% b/v
(ml )
W1 100,0 0
W2 75,0 25,0
W3 50,0 50,0
W4 25,0 75,0
W5 12,5 87,5
W6 5,0 95,0
W7 2,5 97,5
Tabel Larutan Padanan X
Larutan
padanan
Larutan padanan
induk X
(ml )
Asam klorida
1% b/v
(ml )
X1 25,0 75,0
X2 15,0 85,0
X3 8,5 91,5
X4 5,0 95,0
X5 3,0 97,0
X6 1,5 98,5
X7 0,75 99,25
Tabel Larutan Padanan Y
Larutan
padanan
Larutan padanan
induk Y
(ml)
Asam klorida
1% b/v
(ml)
Y1 100,0 0
Y2 75,0 25,0
Y3 50,0 50,0
Y4 37,5 62,5
Y5 25,0 75,0
Y6 12,5 87,5
Y7 5,0 95,0
ZAT LARUT DALAM AIR <1301>
pakailah Metode I kecuali dinyatakan lain pada
monografi
Metode I
Didihkan 7 g zat dengan 700 ml air selama 30 menit
sambil sering diaduk dan tambahkan air yang hilang
sebab penguapan. Enaptuangkan cairan ke dalam gelas
piala, tekan hati-hati sisa air yang tertinggal pada bahan
dengan batang pengaduk, campur larutan dan saring
ekstrak selagi panas. Uapkan 400 ml dan keringkan
residu sampai bobot tetap pada suhu 100° - 105°.
Metode II
Keringkan 5 g zat sampai bobot tetap pada suhu 105°
dan tetapkan kehilangan bobot. Tambahkan 400 ml air,
panaskan perlahan dan didihkan selama 1 menit,
dinginkan dengan penambahan lebih kurang 400 ml air
dan enaptuangkan cairan melalui penyaring dengan
ukuran lubang 106 μm, peras bahan dengan tangan
untuk menghilangkan cairan sebanyak mungkin;
kembalikan bahan ke dalam wadah dan ulangi pencucian
lima kali, tiap kali dengan 400 ml air dengan cara yang
sama. Masukkan bahan dan benang atau serat yang
terlepas dari penyaring ke dalam gelas piala, tambahkan
larutan diastase 0,5%, panaskan dan pertahankan suhu
pada 70° atau jika bahan mengandung wol pada suhu
45° - 50°, sampai bebas pati. Enaptuangkan cairan
melalui penyaringan, kembalikan serat atau benang yang
terlepas yang tertahan pada penyaring kepada bahan di
dalam wadah, ulangi pencucian dengan air mendidih dan
kembalikan lagi serat atau benang yang terlepas pada
bahan. Keringkan bahan dan tetapkan kehilangan bobot.
Untuk krep katun, dikurangkan dari kehilangan bobot
3% dari bobot contoh akhir yang telah dikeringkan; jika
bahan berwarna, dikurangkan 1%; untuk pembalut krep,
dikurangkan 2%.
Hitung persentase zat larut dalam air terhadap bahan
yang dikeringkan sampai bobot tetap pada suhu 105°.
ZAT LARUT DALAM ETER <1311>
Masukkan 5 g ke dalam alat Soxhlet, ekstraksi dengan
eter P selama 4 jam, atur alat sedemikian rupa sesampai
laju tidak kurang dari 4 ekstraksi per jam. Uapkan
ekstrak eter dan keringkan residu sampai bobot tetap
pada suhu 100° - 105°, kecuali dinyatakan lain dalam
monografi.
INDIKATOR BIOLOGIK UNTUK
STERILISASI <1321>
Indikator biologik secara luas didefinisikan sebagai
produk terkarakteristik dari mikroba spesifik yang
resisten terhadap proses sterilisasi tertentu. Beberapa
mikroorganisme yang secara luas dikenal sesuai sebagai
indikator biologik yaitu bakteri pembentuk spora yang
secara nyata lebih resisten dibandingkan mikroflora
- 1634 -
normal, kecuali dengan proses radiasi ionisasi.Indikator
biologik dipakai untuk:
• membantu kualifikasi kinerja alat sterilisasi, dalam
pengembangan dan penetapan proses sterilisasi yang
tervalidasi untuk bahan tertentu.
• proses yang menghasilkan produk steril dalam wadah
atau kemasan akhir, juga untuk sterilisasi peralatan,
bahan, dan komponen kemasan yang dipakai pada
proses aseptik.
• memantau siklus sterilisasi yang pernah dilakukan
dan revalidasi proses sterilisasi secara berkala.
• mengevaluasi kemampuan proses dekontaminasi
isolator atau lingkungan ruang bersih.
Prinsip dan persyaratan untuk aplikasi ini dijelaskan
dalam Sterilisasi dan Jaminan Sterilitas Bahan
Kompendia <1361>.
JENIS INDIKATOR BIOLOGIK
ada sedikitnya tiga jenis indikator. Masing-
masing jenis indikator mengandung satu jenis spesies
mikroba yang telah diketahui resistensi sterilisasinya
terhadap cara sterilisasi. Beberapa indikator biologik
dapat juga mengandung dua spesies yang berbeda dan
jumlah mikroba.
Salah satu bentuk indikator biologik termasuk spora
yang ditambahkan pada suatu pembawa (kertas saring
berbentuk cakram atau strip; kaca, plastik atau bahan
lain) dan dikemas sedemikian rupa agar dapat
mempertahankan integritas dan viabilitas pembawa yang
diinokulasi.
Pembawa dan kemasan primer harus tidak
mengandung kontaminan (fisik, kimia atau mikroba)
yang akan berdampak pada kinerja atau stabilitas
karakteristik dari indikator biologik. Pembawa dan
kemasan primer harus tidak terdegradasi oleh proses
sterilisasi tertentu, yang akan mempengaruhi kinerja
indikator biologik. Pembawa harus tidak terpengaruh
selama transportasi dalam kemasan primer dan sekunder
serta penanganan pada saat pemakaian . Desain
pembawa dan kemasan primer harus meminimalkan
kehilangan inokula asli pada waktu transportasi,
penanganan, dan penyimpanan selama belum
kedaluwarsa.
Bentuk lain dari indikator biologik yaitu suspensi
spora yang diinokulasi pada atau ke dalam unit yang
mewakili bets yang disterilkan. Hal ini menampilkan
sediaan yang diinokulasi; akan namun dapat dipakai
simulasi sediaan yang diinokulasi, jika tidak praktis
untuk menginokulasi sediaan sebenarnya. Simulasi
sediaan yaitu sediaan yang dibuat dengan satu atau
beberapa perbedaan dari sediaan yang sebenarnya, namun
kinerjanya sama seperti sediaan bila memakai
kondisi uji dan proses sterilisasi yang sebenarnya.
Suspensi spora dengan nilai D yang telah diketahui
dipakai untuk menginokulasi sediaan sebenarnya atau
sediaan simulasi. jika dipakai sediaan simulasi
yang diinokulasi, maka harus dibuktikan bahwa itu tidak
akan menurunkan resistensi sterilisasi dari indikator
biologik. Desain fisik sediaan sebenarnya atau sediaan
simulasi dapat mempengaruhi resistensi suspensi spora
yang diinokulasikan pada atau ke dalam sediaan. Pada
masalah sediaan cair yang diinokulasi, sering disarankan
untuk menetapkan kedua nilai D dan z dari mikroba
indikator biologik spesifik pada sediaan cair tertentu.
Bila perlu hendaknya ditentukan populasi, nilai D, nilai z
dan titik akhir waktu kematian yang dipakai pada
sediaan sebenarnya atau sediaan simulasi yang
diinokulasi.
Bentuk ketiga dari indikator biologik yaitu indikator
“self-contained”. Indikator biologik “self-contained”
didesain sesampai kemasan primer yang ditujukan untuk
inkubasi sesudah proses sterilisasi, mengandung media
pertumbuhan untuk menumbuhkan kembali mikroba
yang terpapar. Bentuk indikator biologik bersama
dengan media pertumbuhan “self-contained” dapat
dianggap satu sistem. Pada masalah indikator biologik
“self-contained”, seluruh sistem memberi resistensi
terhadap proses sterilisasi.
jika indikator biologik yaitu strip atau cakram
kertas pada kemasan “self-contained” yang mengandung
media kultur, bentuk kemasannya seharusnya dapat
dipenetrasi oleh agen pensteril. Untuk memberi “time
lag” agar agen pensteril mencapai mikroba yang
terkandung dalam sistem, nilai D, proses titik akhir
waktu kematian dan waktu bertahan hidup pada sistem
harus dikarakterisasi, dan hal ini tidak hanya berlaku
untuk strip kertas pada unit “self-contained”. sesudah
proses sterilisasi, strip atau cakram spora dicelupkan ke
dalam media “self-contained”, sesampai memungkinkan
kontak media dengan kultur.
Indikator biologik “self-contained” juga dapat terdiri
dari suspensi spora pada medianya sendiri, dan
seringkali juga mengandung pewarna yang dapat
menampilkan pertumbuhan positif atau negatif sesudah
inkubasi. Resistensi sistem “self-contained” tergantung
pada penetrasi dari agen pensteril ke dalam kemasan.
Penetrasi dapat dikontrol oleh industri melalui berbagai
desain dan komposisi dari bentuk kemasan, ampul atau
wadah. Ampul yang mengandung indikator biologik
“self-contained” dapat langsung diinkubasi sesudah
terpapar proses sterilisasi. Seluruh sistem lalu
diinkubasi di bawah kondisi tertentu. Ada atau tidaknya
pertumbuhan spora yang diberi perlakuan ditetapkan
secara visual (dengan mengamati perubahan warna
tertentu dari indikator yang dimasukkan dalam media
atau dengan kekeruhan) atau dengan pengamatan
mikroskopik dari media yang diinokulasi.
Karakteristik dari resistensi sistem self-contained juga
harus sesuai dengan etiket dan monografi indikator
biologik yang relevan. Sistem indikator biologik “self-
contained” harus tidak terpengaruh selama transportasi
dalam kemasan sekunder dan penanganan pada saat
pemakaian tanpa rusak. Desain indikator biologik “self-
contained” hendaknya sedemikian rupa sesampai
meminimalkan kehilangan inokula mikroba asli selama
transportasi dan penanganan. Selama atau sesudah
proses sterilisasi, bahan yang dipakai dalam sistem
- 1635 -
“self-contained” harus tidak menyisakan atau
mengeluarkan zat yang dapat menghambat pertumbuhan
beberapa kecil mikroba indikator yang bertahan hidup
pada kondisi pertumbuhan. Tahapan yang tepat harus
dilakukan untuk membuktikan bahwa media untuk
rekoveri dapat mempertahankan sifat yang mendukung
pertumbuhan sesudah terpapar proses sterilisasi.
Penyiapan
Seluruh kegiatan yang berhubungan dengan
penyiapan indikator biologik dikendalikan dengan
sistem manuscript mutu. Ketertelusuran dipelihara untuk
semua bahan dan komponen yang tergabung dalam atau
yang masuk kontak langsung dengan suspensi mikroba,
pembawa yang diinokulasi atau indikator biologik.
Penyiapan stok suspensi spora mikroba tertentu yang
dipakai sebagai indikator biologik memerlukan
pengembangan procedure yang sesuai meliputi
perbanyakan biakan, pemanenan, pemurnian, dan
pemeliharaan suspensi spora. Stok suspensi harus
mengandung terutama spora dorman (tidak
bergerminasi) yang disimpan dalam cairan tidak
bernutrisi.
Produk akhir (suspensi mikroba, pembawa
terinokulasi atau indikator biologik) yang disediakan
oleh industri harus tidak mengandung mikroba selain
mikroba uji, dalam jumlah yang cukup
untukmempengaruhi produk. Sistem untuk
meminimalkan keberadaan mikroba selain mikroba
indikator biologik dalam produk harus divalidasi,
dipantau dan dicatat.
Pemilihan Proses Sterilisasi Spesifik
Pemilihan indikator biologik memerlukan
pengetahuan resistensi sistem indikator biologik
terhadap proses sterilisasi spesifik. Harus dibuktikan
bahwa sistem indikator biologik memberi suatu
ketahanan terhadap proses sterilisasi yang melebihi
ketahanan mikroba alami yang ada dalam atau pada
produk.
pemakaian indikator biologik yang efektif untuk
pengembangan siklus, proses dan validasi produk dan
pemantauan produksi rutin dari sebuah proses sterilisasi
membutuhkan pengetahuan yang menyeluruh atas
produk yang akan disterilisasi dan komponennya (bahan
dan kemasan). Hanya indikator biologik yang dikenal
secara luas yang disebutkan dalam monografi indikator
biologik yang dapat dipakai pada pengembangan atau
validasi proses sterilisasi. Hal ini menjamin bahwa
indikator biologik yang dipilih memberi ketahanan
yang lebih besar terhadap proses sterilisasi dibandingkan
jumlah mikroba dalam atau pada produk. Beberapa
Pemakai mungkin membutuhkan indikator biologik
dengan karakteristik yang berbeda dari yang beredar luas
secara komersial. Pada masalah seperti ini, Pemakai dapat
menumbuhkan kultur spora sendiri dalam penyiapan
indikator biologik buatan sendiri untuk dipakai
sendiri. Pada masalah seperti itu, Pemakai sangat
disarankan untuk memakai mikroba yang telah
dinyatakan pada literatur ilmiah sebagai mikroba
indikator dan Pemakai harus memiliki kemampuan
menentukan nilai D dan z untuk indikator biologik
buatan sendiri. Jika indikator biologik disiapkan sendiri,
Pemakai harus mengkonfirmasi populasi, kemurnian
dan masa hidup indikator biologik ini untuk
menjamin validitas setiap uji yang memakai
indikator biologik buatan sendiri. Jika dipakai bentuk
proses sterilisasi berdasarkan bioburden, data
perbandingan resistensi antara indikator biologik
terhadap bioburden sangat penting. Diperlukan juga
penghitungan bioburden yang terkandung dalam bahan
yang akan disterilkan. Proses ini harus menghasilkan
kematian secara biologi terverifikasi yang mamadai
untuk mencapai suatu kemungkinan diperolehnya unit
nonsteril kurang dari satu dalam sejuta.
Sebagai alternatif, metode “overkill” dapat dipakai
dalam desain proses sterilisasi. Pada masalah ini, asumsi
khusus dibuat berdasarkan asumsi resistensi yang
dipakai dalam menetapkan persyaratan proses
sterilisasi. Secara umum, semua proses “overkill”
berdasarkan asumsi bahwa “bioburden” setara dengan
satu juta mikro badan yang memiliki resistensi tinggi
sesampai untuk mencapai persyaratan probabilitas dari
unit nonsteril yaitu kurang dari satu dalam satu juta,
minimum diperlukan proses 12 D. Proses 12 D
didefinisikan sebagai proses yang memberi kematian
yang cukup untuk menghasilkan penurunan 12 log, yaitu
setara dengan 12 kali nilai D terhadap mikroba dengan
resistensi yang lebih tinggi dibandingkan resistensi rata-
rata “bioburden”. sebab “bioburden” diasumsikan
sebagai satu juta, pada praktek sesungguhnya proses
“overkill” akan menghasilkan probabilitas nonsteril lebih
kecil dari 10-6. Rancangan dan evaluasi proses “overkill”
dapat berbeda tergantung proses sterilisasi dalam
pengujian. pemakaian rancangan “overkill” dan
pendekatan validasi dapat meminimalkan atau
meniadakan kebutuhan identifikasi dan perhitungan
“bioburden”.
Panas basah Untuk sterilisasi panas basah, spora dari
strain Bacillus stearothermophilus tersedia secara
komersil sebagai indikator biologik dan sering
dipakai . Mikroba pembentuk spora lain yang tahan
pemanasan seperti Clostridium sporogenes, Bacillus
subtilis, dan Bacillus coagulans juga telah dipakai
dalam pengembangan dan validasi proses sterilisasi
panas basah.
Panas kering Untuk sterilisasi panas kering, spora
Bacillus subtilis spp. dapat dipakai untuk validasi
proses. Selama validasi proses sterilisasi panas kering,
pengkajian depirogenasi endotoksin biasanya dilakukan
sebagai pengganti dari pengkajian inaktifasi mikroba
selama penentuan siklus sterilisasi sebab kecepatan
inaktifasi endotoksin ini lebih lambat dibandingkan
kecepatan inaktifasi spora Bacillus subtilis. Pada praktek
penurunan titer endotoksin oleh 3 log atau lebih akan
- 1636 -
berakibat dalam proses yang juga mencapai probabilitas
unit nonsteril lebih rendah dari 10-6.
Radiasi ionisasi Spora Bacillus pumilus telah
dipakai untuk memantau proses sterilisasi
memakai radiasi ionisasi, akan namun hal ini tidak
praktis. Metode pengaturan dosis radiasi yang tidak
memakai indikator biologik telah dipakai secara
luas untuk melakukan proses radiasi. Disamping itu
“bioburden” mikroba tertentu dapat menampilkan
resistensi yang lebih besar terhadap radiasi dibandingkan
Bacillus pumilus
Etilen oksida Untuk sterilisasi etilen oksida, biasa
dipakai spora sub spesies Bacillus subtilis (Bacillus
subtilis var. niger). Sistem indikator biologik yang sama
pada biasanya dipakai jika etilen oksida 100%
atau etilen oksida yang berbeda dan sistem pembawa gas
dipakai sebagai pensteril.
Hidrogen Peroksida tahap Uap (“Vapor Phase
Hydrogen Peroxide”/VPHP) Proses ini telah
menampilkan sebagai pensteril atau dekontaminan
permukaan yang efektif. VPHP mampu mencapai
sterilisasi (probabilitas nonsteril kurang dari satu dalam
satu juta) jika kondisi proses tertentu dan target yang
disterilisasi disusun dengan memadai. VPHP juga biasa
dipakai sebagai agen dekontaminan permukaaan pada
perlakuan uji sterilitas, wadah bahan biologi atau kimia,
isolator pabrik dan ruang steril.
Dekontaminasi permukaan yaitu sebuah proses yang
berbeda dari sterilisasi yang mengandung bahan yang
bersentuhan dengan produk, wadah sistem tertutup atau
produk. Proses ini dirancang untuk memberi lingkungan
yang bebas dari mikroba yang dapat terdeteksi atau yang
dapat hidup kembali. Akan namun pada masalah
dekontaminasi, nilai penurunan spora 3 sampai 4 log
memadai sebab sasarannya yaitu lebih kepada
dekontaminasi dibanding sterilisasi.
Bacillus stearothermophilus paling banyak dipakai
sebagai indikator biologik untuk validasi VPHP.
Mikroba lain yang dapat dipakai sebagai indikator
biologik dalam proses VPHP yaitu spora dari Bacillus
subtilis dan Clostridium sporogenes. Mikroba lain dapat
dipertimbangkan jika respons terhadap VPHP sama
dengan mikroba yang disebutkan di atas.
Spora dapat diinokulasi pada permukaan berbagai
sistem yang kedap air seperti permukaan kaca, logam
atau plastik. Permukaan dengan daya serap tinggi seperti
substrat fiber atau substrat lain yang dapat menyerap
VPHP atau lembab dapat memberi pengaruh merugikan
terhadap kadar VPHP untuk inaktifasi mikroba yang
diinokulasi. Substrat kertas tidak dipakai sebab
VPHP akan mendegradasi bahan yang mengandung
selulosa.
Karakteristik yang mewakili indikator biologik yang
tersedia secara komersil tertera pada Tabel 1.
Indikator biologik juga dapat dikemas secara individu
dalam sebuah kemasan primer terbungkus secara
memadai yang tidak berpengaruh merugikan pada
kinerja indikator dan dapat ditembus oleh VPHP. Bahan
serat poliolefin telah terbukti sesuai sebagai pengemas
indikator biologik yang dimaksudkan untuk pemakaian
dalam evaluasi proses VPHP. Bahan yang sudah
dikemas dapat mempermudah penanganan laboratorium
untuk indikator biologik sesudah paparan VPHP.
pemakaian bahan pengemas
.Tabel 1 Karakteristik Spesifik Sistem Indikator Biologik Komersil
Cara sterilisasi Contoh dari nilai
D khas (menit)
Rentang nilai D untuk seleksi
indikator biologik yang sesuai
(menit)
Batas untuk resistensi yang sesuai
(bergantung pada nilai Dtertentu [menit])
Waktu bertahan hidup Waktu kematian
Pemanasan
keringa
1,9 Min. 1,0 Min. 4,0 10,0
160° Maks. 3,0 Maks. 14,0 32,0
Etilen Oksidab
600 mg /L 3,5 Min. 2,5 Min. 10,0 25,0
54° Maks. 5,8 Maks. 27,0 68,0
60% RH%
Panas basahc
121° 1,9 Min. 1,5 Min. 4,5 13,5
Maks. 3,0 Maks. 14,0 32,0
a Untuk 1,0 x 106 sampai dengan 5,0 x 106 spora per pembawa
b Untuk 1,0 x 106 sampai dengan 5,0 x 107 spora per pembawa
c Untuk 1,0 x 106 sampai dengan 5,0 x 108 spora per pembawa
- 1637 -
indikator biologik VPHP harus diperiksa secara cermat
untuk memastikan bahwa, sesudah pemaparan VPHP,
hidrogen peroksida tidak tersisa pada bahan kemasan,
yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba selama
tahap pemulihan. Nilai D mikroba akan dipengaruhi oleh
adanya efek laju inaktivasi relatif daribahan pengemas
indikator biologik dan adanya potensi sisa VPHP. Jika
dipakai indikator biologik (pembawa terinokulasi)
tanpa kemasan primer, perlu diperhatikan teknik aseptik
yang benar.
EVALUASI KINERJA
Tanggung Jawab Produsen
Karakteristik kinerja dari indikator biologik yang
diberikan pada Pemakai merupakan tanggung jawab
produsen. Produsen hendaknya menyediakan sertifikat
analisa untuk setiap lot indikator biologik yang
membuktikan keabsahan pernyataan kinerja indikator
biologik yang tertulis pada etiket kemasan atau
dimasukkan dalam kemasan. Produsen hendaknya
menjelaskan proses sterilisasi indikator biologik yang
akan dipakai untuk evaluasi. Karakterisasi dari setiap
jenis indikator biologik yang menjadi dasar untuk
pernyataan pada etiket, harus dilakukan oleh produsen
memakai alat khusus dan terstandar pada kondisi
yang ditetapkan secara tepat. 1Produsen juga hendaknya
memberi informasi mengenai nilai D, metode
penentuan nilai D, jumlah mikroba dan stabilitas
ketahanan indikator biologik sebelum waktu kedaluwarsa
yang tertera pada etiket. Kondisi penyimpanan yang
optimum hendaknya ditetapkan oleh produsen, termasuk
suhu, kelembaban relatif dan persyaratan lainnya untuk
penyimpanan terkendali. Data yang diperoleh dari
berbagai uji kinerja yang diperlukan hendaknya ditulis
dalam sisipan kemasan atau pada etiket kemasan
indikator biologik. Produsen hendaknya memberi
petunjuk pemakaian , termasuk media dan kondisi yang
dipakai untuk pemulihan mikroba sesudah