Jumat, 06 Desember 2024

farmakope 126


 tertera pada  Logam berat <371>, encerkan dengan air 

sampai  50 ml, dan campur: warna yang dihasilkan dalam 

waktu 10 menit, pada tabung yang berisi ekstrak Air 

murni botol uji tidak melebihi dari tabung yang berisi 

Larutan timbal baku, kedua tabung dilihat secara 

vertikal pada permukaan putih (1 bpj dalam ekstrak). 

    JUMLAH TEREFTALOIL Lakukan penetapan 

serapan ekstrak Etanol 50 % atau Etanol 25 % dalam sel 

1-cm pada panjang gelombang serapan maksimum lebih 

kurang 244 nm seperti tertera pada Spektrofotometri dan 

Hamburan Cahaya <1191>, pakailah  Media ektraksi 

sebagai blangko: serapan ekstrak tidak lebih dari 0,150, 

setara dengan tidak lebih dari 1 bpj jumlah tereftaloil. 

    Lakukan penetapan serapan ekstrak n-heptan dalam 

sel 1-cm pada panjang gelombang serapan maksimum 

lebih kurang 240 nm seperti tertera pada 

Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>, 

pakailah  Media ekstraksi n-heptan sebagai blangko: 

serapan ekstrak tidak lebih dari 0,150, setara dengan 

tidak lebih dari 1 bpj jumlah tereftaloil. 

    ETILEN GLIKOL  

    Larutan asam periodat  Larutkan 125 mg asam 

periodat P dalam 10 ml air. 

    Asam sulfat encer Ke dalam 50 ml air tambahkan     

50 ml asam sulfat P secara perlahan dan dengan 

pengadukan tetap dan biarkan dingin sampai suhu ruang. 

    Larutan natrium bisulfit  Larutkan 0,1 g natrium 

bisulfit P dalam 10 ml air. pakailah  larutan dalam waktu 

7 hari. 

    Larutan dinatrium kromotropat Larutkan 100 mg 

dinatrium kromotropat P dalam 100 ml asam sulfat P. 

Lindungi larutan dari cahaya dan pakailah  dalam waktu 

7 hari. 

    Larutan baku Timbang saksama beberapa  etilen 

glikol, larutkan dalam air dan encerkan secara kuantitatif 

dan jika perlu bertahap, sampai  kadar lebih kurang 1 μg 

per ml. 

    Larutan uji  pakailah  ekstrak Air murni. 

    procedure  Pipet 1 ml Larutan baku ke dalam labu 

tentukur 10-ml. Pipet 1 ml Larutan uji ke dalam labu 

tentukur ke dua. Pipet 1 ml Media ekstraksi Air murni ke 

dalam labu tentukur 10-ml ke tiga. Ke dalam masing-

masing labu tentukur, tambahkan 100 μl Larutan asam 

periodat, goyang sampai  bercampur dan diamkan selama 

60 menit. Tambahkan 1,0 ml Larutan natrium bisulfit ke 

dalam masing-masing labu tentukur, dan campur. 

Tambahkan 100 μl Larutan dinatrium kromotropat ke 

dalam masing-masing labu tentukur dan campur. 

[Catatan Semua larutan harus dianalisa  dalam waktu 1 

jam sesudah  penambahan Larutan dinatrium 

kromotropat.] Tambahkan secara hati-hati 6 ml Asam 

sulfat encer ke dalam masing-masing labu tentukur, 

campur dan biarkan larutan dingin sampai suhu ruang. 

[Perhatian Pengenceran asam sulfat menghasilkan 

panas dan dapat menyebabkan larutan mendidih. 

Perhatikan penambahan larutan harus secara hati-hati. 

Timbulnya gas sulfur dioksida harus diperhatikan. 

Disarankan pakailah  lemari asam.] Encerkan masing-

masing larutan dengan Asam sulfat encer sampai tanda. 

Tetapkan secara berurutan serapan Larutan baku dan 

Larutan uji dalam sel 1-cm pada panjang gelombang 

serapan maksium lebih kurang 575 nm seperti tertera 

pada Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>, 

pakailah  Media ekstraksi Air murni sebagai blangko: 

serapan Larutan uji tidak lebih besar dari Larutan baku, 

setara dengan tidak lebih dari 1 bpj etilen glikol. 

 

METODE UJI 

 

Pantulan Ganda Internal  

 

    Alat pakailah  spektrofotometer inframerah yang 

mampu mengkoreksi spektrum blangko dan dilengkapi 

dengan alat tambahan pantulan ganda internal dan 

lempeng pantulan internal KRS-5. Hablur KRS-5 

dengan tebal 2 mm memiliki  sudut 45° yang 

menghasilkan jumlah pantulan yang cukup. 

 

    Penyiapan contoh Potong dua lempeng bagian datar 

yang mewakili ketebalan rata-rata dinding wadah, dan 

potong bila perlu untuk memperoleh bagian yang sesuai 

untuk dipasang dalam alat tambahan pantulan ganda 

internal. Lakukan hati-hati untuk menghindari goresan 

permukaan, usap dengan kertas kering atau jika perlu, 

bersihkan dengan dengan kain lembut yang dibasahi 

metanol P, dan biarkan kering. Pasang dengan erat 

- 1626 -

 

 

 

 

 

 

contoh pada kedua sisi lempeng pantulan internal KRS-

5, pastikan bahwa kontak permukaan cukup. Sebelum 

memasang contoh pada lempeng, dapat dikempa 

menjadi lapis film tipis dan merata, dengan pemaparan 

pada suhu lebih kurang 177° dengan tekanan tinggi 

(15.000 psi atau lebih). 

 

    procedure  Letakkan contoh yang telah dipasang dalam 

alat tambahan pantulan ganda internal, dan letakkan 

rakitan dalam berkas contoh spektrofotometer 

inframerah. Atur kedudukan di dalam perlengkapan 

untuk membiarkan transmisi cahaya maksimum dari 

berkas pembanding yang tidak diatenuasi (Untuk 

instrumen berkas ganda, sesudah  selesai melakukan 

penyesuaian dalam perlengkapan, lemahkan berkas  

pembanding untuk memberi  defleksi pantulan skala 

penuh selama penatahan contoh). Tetapkan spektrum 

inframerah dari 3500 - 600 cm-1 untuk polietilen dan 

polipropilen dan dari 4000 - 400 cm-1 untuk PET dan 

PETG. 

 

analisa  Termal 

 

    procedure  Timbang lebih kurang 12 mg potongan 

contoh dan letakkan dalam piring contoh uji. [Catatan 

Dekatkan kontak antara piring dan termokopel, untuk 

hasil yang reprodusibel.] Tetapkan termogram di bawah 

aliran nitrogen, pakailah  kondisi pemanasan dan 

pendinginan seperti yang ditetapkan untuk tipe resin dan 

pakailah  alat yang mampu melakukan  penetapan seperti 

tertera  pada analisa  Termal <741>. 

 

    Untuk polietilen Lakukan penetapan termogram di 

bawah aliran nitrogen pada suhu antara 40° dan 200° 

dengan kecepatan pemanasan antara 2° dan 10° per 

menit diikuti pendinginan dengan kecepatan antara 2° 

dan 10° per menit sampai  suhu 40°. 

 

    Untuk polipropilen Lakukan penetapan termogram 

di bawah aliran nitrogen pada rentang suhu antara suhu 

ruang sampai  30° di atas titik leleh. Pertahankan suhu 

selama 10 menit, lalu  dinginkan sampai  50° di 

bawah suhu penghabluran puncak pada kecepatan 10° - 

20° per menit. 

 

    Untuk polietilen tereftalat Lakukan pemanasan 

contoh dari suhu ruang sampai  280° pada kecepatan 

pemanasan lebih kurang 20° per menit. Pertahankan 

suhu contoh pada 280° selama 1 menit. Secara cepat 

dinginkan contoh sampai suhu ruang, dan panaskan 

kembali sampai  suhu 280° dengan kecepatan pemanasan 

lebih kurang 5° per menit. 

 

    Untuk polietilen tereftalat G Lakukan pemanasan 

contoh dari suhu ruang sampai  120° pada kecepatan 

pemanasan lebih kurang 20° per menit. Pertahankan 

suhu contoh pada 120° selama 1 menit, dinginkan 

dengan cepat sampai  suhu ruang dan panaskan kembali 

sampai  120° pada kecepatan pemanasan lebih kurang 10° 

per menit. 

Uji Biologi 

 

    Uji biologi in vitro dilakukan menurut procedure  

seperti tertera pada Uji Reaktivitas secara Biologi, In 

Vitro <241>. Komponen-komponen yang memenuhi 

persyaratan uji in vitro tidak perlu menjalani uji lanjutan. 

Tidak dilakukan pengujian terhadap jenis plastik. Bahan-

bahan yang tidak memenuhi persyaratan uji in vitro tidak 

sesuai untuk wadah sediaan obat. 

    Jika dipakai  plastik dan polimer lain yang harus 

memenuhi syarat Uji Reaktivitas Biologi, In Vitro <241>, 

lakukan pengujian in vivo khusus pada Uji Klasifikasi 

Plastik dalam Uji Reaktivitas Biologi, In Vivo <251>. 

 

Uji Fisikokimia 

 

    Uji berikut, dirancang untuk menetapkan sifat fisika 

dan kimia plastik dan ekstraknya, berdasarkan pada 

ekstraksi bahan plastik, perlu ditetapkan jumlah plastik 

yang akan dipakai . Juga luas permukaan plastik harus 

cukup untuk diekstraksi pada suhu yang ditentukan. 

 

    Parameter uji 

    Media ekstraksi  Kecuali dinyatakan lain pakailah  Air 

murni (seperti tertera pada monografi) sebagai Media 

Ekstraksi, pertahankan pada suhu 70° selama ekstraksi 

Larutan uji. 

    Blangko  pakailah  Air murni . 

    Alat pakailah  tangas air dan Wadah Ekstraksi seperti 

tertera pada Uji Reaktivitas secara Biologi, In Vivo 

<251>. [Catatan Wadah dan peralatan tidak perlu 

steril.] 

    Larutan uji Dari contoh plastik homogen jumlah luas 

permukaan setara dengan 120 cm2 (kedua sisi 

permukaan digabungkan), pakailah  untuk tiap 20,0 ml 

Media Ekstraksi, dan dipotong menjadi bentuk pita 

dengan lebar lebih kurang 3 mm dan panjang lebih 

kurang 5 cm. Masukkan ke dalam gelas ukur 250 ml 

terbuat dari kaca Tipe I, bersumbat kaca dan tambahkan 

lebih kurang 150 ml Air  murni. Kocok lebih kurang    

30 detik, buang cairan dan ulangi pencucian. 

    Ekstrak Larutan Uji Masukkan Larutan uji ke dalam 

labu yang sesuai, dan tambahkan beberapa  Media 

ekstraksi yang dibutuhkan. Ekstraksi dengan pemanasan 

dalam tangas air pada suhu yang ditetapkan untuk Media 

ekstraksi selama 24 jam. Dinginkan, namun  tidak di 

bawah 20°. Pipet 20 ml ekstrak ke dalam wadah yang 

sesuai. [Catatan pakailah  bagian ini dalam uji untuk 

Kapasitas Dapar.] Enaptuangkan dengan segera sisa 

ekstrak ke dalam labu yang sesuai dan segel. 

 

    Residu tidak menguap Pipet 50 ml Ekstrak Larutan 

Uji  ke dalam krus yang sudah ditara (lebih baik krus 

leburan silika yang sudah dicuci dengan asam), dan 

uapkan bahan mudah menguap di atas tangas uap. 

Dengan cara yang sama uapkan 50,0 ml Blangko dalam 

krus ke dua. [Catatan Jika diperkirakan residu 

berminyak, amati krus secara berulang selama periode 

penguapan dan pengeringan, dan kurangi pemanasan 

jika minyak cenderung merambat sepanjang dinding 

- 1627 -

 

 

 

 

 

 

krus.] Keringkan pada suhu 105° selama 1 jam: 

perbedaan antara jumlah yang diperoleh dari Ekstrak 

Larutan Uji dan Blangko tidak lebih dari 15 mg. 

 

    Sisa pemijaran <301> [Catatan Uji ini tidak 

diperlukan jika Residu Tidak Menguap tidak lebih dari  

5 mg]. Lakukan penetapan terhadap  residu yang 

diperoleh dari Ekstrak Larutan Uji dan Blangko pada 

Residu Tidak Menguap. Jika perlu, tambahkan asam 

sulfat P volume sama ke dalam masing-masing krus: 

perbedaan antara jumlah residu pada pemijaran yang 

diperoleh dari Ekstrak Larutan Uji  dan Blangko tidak 

lebih dari 5 mg. 

 

    Logam Berat Tidak lebih dari 1 bpj dalam ekstrak. 

Pipet 20 ml Ekstrak Larutan Uji, saring jika perlu, ke 

dalam satu dari dua tabung pembanding warna 50 ml 

yang sesuai. Atur pH sampai  antara 3,0 dan 4,0 dengan 

penambahan asam asetat 1 N atau amonium hidroksida 6 

N, pakailah  kertas pH, encerkan dengan air sampai  lebih 

kurang 35 ml, dan campur. 

    Pipet 2 ml Larutan timbal baku seperti tertera pada 

Logam berat <371> ke dalam tabung pembanding warna 

kedua, dan tambahkan 20 ml Blangko. Atur pH sampai  

antara 3,0 dan 4,0 dengan penambahan asam asetat 

glasial 1 N atau amonium hidroksida 6 N, pakailah  

kertas pH, encerkan dengan air sampai  lebih kurang     

35 ml, dan campur. Ke dalam masing-masing tabung 

tambahkan 1,2 ml tiosetamida LP dan 2 ml dapar asetat 

pH 3,5 seperti tertera pada Logam berat <371>, 

encerkan dengan air sampai  50 ml, dan campur: warna 

coklat yang dihasilkan dalam waktu 10 menit dalam 

tabung yang berisi Ekstrak Larutan Uji  tidak melebihi 

dari tabung yang berisi Larutan timbal baku diamati 

vertikal pada permukaan putih. 

  

    Kapasitas Dapar Kumpulkan 20 ml Ekstrak Larutan 

Uji, titrasi dengan asam klorida 0,010 N LV atau natrium 

hidroksida 0,010 N LV tergantung keperluan. Titik akhir 

diamati secara potensiometrik sampai  pH 7,0. Lakukan 

penetapan 20,0 ml Blangko dengan cara yang sama: jika 

diperlukan pentiter yang sama untuk uji dan blangko, 

maka perbedaan antara dua volume tidak lebih dari   

10,0 ml dan jika asam diperlukan untuk uji atau untuk 

blangko diperlukan alkali, jumlah kedua volume yang 

dibutuhkan tidak lebih dari 10,0 ml. 

 

 

UJI KINERJA WADAH <1281> 

 

    Tujuan dari lampiran ini yaitu  menyediakan standar 

untuk sifat-sifat fungsi/kegunaan wadah plastik dan 

komponen-komponennya yang biasa dipakai  untuk 

kemasan produk yang diatur dengan regulasi 

(farmasetik, produk biologik, suplemen dan alat). 

Definisi yang dipakai  pada lampiran ini tersedia 

dalam Perlindungan, Wadah, Penyimpanan dan 

Penandaan yang tertera pada Ketentuan Umum. Uji ini 

dimaksudkan untuk menetapkan permeabilitas 

kelembaban dan transmisi cahaya melalui wadah plastik 

yang dipakai . Bagian Wadah Satuan Ganda untuk 

Kapsul dan Tablet dipakai  untuk wadah satuan ganda. 

Bagian Wadah Satuan Tunggal dan Wadah Dosis-

Satuan untuk Kapsul dan Tablet dipakai  untuk wadah 

satuan tunggal dan dosis satuan. Bagian Wadah Satuan 

Ganda untuk Kapsul dan Tablet (Tanpa Penutup) 

dipakai  untuk wadah polietilen atau polipropilen yang 

tidak bertutup. Wadah Satuan Ganda dan Satuan 

Tunggal untuk Cairan dipakai  untuk wadah satuan 

tunggal dan ganda.  

    Suatu wadah yang dimaksudkan untuk memberi  

perlindungan dari cahaya atau sebagai wadah yang 

resisten terhadap cahaya, memenuhi persyaratan untuk 

Transmisi Cahaya, seperti perlindungan atau resistensi 

yang merupakan sifat spesifik dari bahan wadah, 

termasuk bahan pelapis yang dipakai . Suatu wadah 

yang jernih, tidak berwarna atau tembus cahaya yang 

dibuat resisten cahaya dengan memakai  pelapis 

yang tidak tembus cahaya seperti tertera pada Ketentuan 

Umum dibebaskan dari persyaratan untuk Transmisi 

Cahaya. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan “wadah” 

yaitu  seluruh sistem yang biasanya terdiri dari wadah 

itu sendiri, pelapis (jika dipakai ), penutup pada 

wadah satuan ganda dan penutup/blister pada wadah 

dosis satuan.  

 

PERMEASI KELEMBAPAN 

Wadah Satuan Ganda untuk 

Kapsul dan Tablet 

 

    Desikan Tempatkan beberapa  kalsium klorida 

anhidrat P berukuran 4 - 8 mesh dalam wadah dangkal, 

hati-hati agar serbuk halus tidak keluar; lakukan 

pegeringan pada suhu 110º selama 1 jam dan dinginkan 

dalam desikator. 

 

    procedure  Pilih 12 wadah dengan ukuran dan tipe 

seragam, bersihkan permukaan segel dengan kain bebas 

serat, tutup dan buka setiap wadah 30 kali. Tutup rapat 

dengan cara sama setiap kali wadah ditutup. Tutup 

penutup sekrup wadah dengan tenaga putaran dalam 

rentang kerapatan yang tertera pada Tabel 1. Tambahkan 

Desikan ke dalam 10 wadah uji. Isi setiap wadah sampai  

mencapai 13 mm dari tutup jika volume wadah 20 ml 

atau lebih; atau isi setiap wadah sampai  2/3 kapasitas 

jika volume wadah kurang dari 20 ml. Jika kedalaman 

wadah lebih dari 63 mm, tempatkan pengisi atau 

pengatur jarak inert pada dasar wadah untuk 

memperkecil bobot total wadah dan Desikan; tebal 

lapisan Desikan dalam wadah tidak kurang dari 5 cm. 

Tutup wadah segera sesudah  penambahan Desikan 

dengan tenaga putaran yang tertera dalam Tabel 1, pada 

waktu menutup sekrup wadah. Pada masing-masing dari 

2 wadah sisa yang diperlakukan sebagai kontrol, 

tambahkan beberapa  manik kaca secukupnya, untuk 

memperoleh bobot lebih kurang setara dengan setiap 

wadah uji, tutup dengan tenaga putaran yang tertera 

dalam Tabel 1, pada waktu menutup sekrup wadah. 

Catat bobot masing-masing wadah yang telah disiapkan 

dengan ketelitian mendekati 0,1 mg, jika volume wadah 

- 1628 -

 

 

 

 

 

 

kurang dari 20 ml; ketelitian mendekati 1 mg, jika 

volume wadah 20 ml atau lebih namun  kurang dari       

200 ml; atau ketelitian mendekati 10 mg, jika volume 

wadah 200 ml atau lebih; dan simpan pada kelembapan 

relatif 75±3% dan pada suhu 23º±2º. [Catatan Larutan 

jenuh dari 35 g natrium klorida P untuk setiap 100 ml 

air diletakkan pada dasar desikator; dapat 

mempertahankan kelembapan yang telah ditentukan: 

untuk mempertahankan kondisi ini dapat dipakai  

cara lain.] sesudah  336±1 jam (14 hari), catat bobot 

setiap wadah dengan cara yang sama. Isi penuh 5 wadah 

kosong, dengan ukuran dan tipe yang sama seperti 

wadah yang akan diuji, dengan air atau padatan yang 

bersifat mengalir bebas, tidak dapat dikempa seperti 

manik kaca yang halus dan padat, sampai  tinggi yang 

ditunjukkan oleh permukaan penutup jika penutup ada 

pada tempatnya. Pindahkan setiap isi ke dalam gelas 

ukur; tentukan volume wadah rata-rata dalam ml. Hitung 

laju permeabilitas kelembaban dalam mg per hari per 

liter, dengan rumus: 

 

V14

1000  [(TF – TI) – (CF – CI)] 

 

V yaitu  volume wadah dalam ml; (TF – TI) yaitu  

perbedaan antara bobot akhir dan bobot awal setiap 

wadah uji dalam mg; dan (CF – CI) yaitu  perbedaan 

rata-rata antara bobot akhir dan bobot awal dari dua 

wadah kontrol dalam mg.  

    Pada wadah yang dipakai  untuk obat yang 

diberikan berdasarkan resep, wadah yang diuji 

dinyatakan tertutup rapat jika tidak lebih 1 dari 10 

wadah uji memiliki  permeabilitas kelembapan 

melebihi 100 mg per hari per liter dan tidak satupun 

melebihi 200 mg per hari per liter.  

    Pada wadah yang dipakai  untuk obat yang 

diberikan berdasarkan resep, wadah yang diuji 

dinyatakan tertutup baik jika tidak lebih 1 dari 10 wadah 

uji memiliki  permeabilitas kelembapan melebihi 2000 

mg per hari per liter, dan tidak satupun melebihi 3000 

mg per hari per liter.  

 

Tabel 1 

Torsi yang dipakai  untuk Wadah Tipe Tutup Ulir 

 

Diameter 

Penutup a 

(mm) 

Rentang Kerapatan yang disarankan 

dengan Tenaga Putaran secara Manual 

(“inch –pounds”) 

10 

13 

15 

18 

20 

22 

24 

28 

30 

33 

5-9 

7-10 

8-12 

9-14 

10-18 

12-21 

13-23 

15-25 

Diameter 

Penutup a 

(mm) 

Rentang Kerapatan yang disarankan 

dengan Tenaga Putaran secara Manual 

(“inch –pounds”) 

38 

43 

48 

53 

58 

63 

66 

70 

83 

86 

89 

100 

110 

120 

132 

17-26 

17-27 

19-30 

21-36 

23-40 

25-43 

26-45 

28-50 

32-65 

40-65 

40-70 

45-70 

45-70 

55-95 

60-95 

a Untuk pentutup dengan diameter diantara yang tertera 

pada Tabel, pakailah  tenaga putaran yang ditetapkan 

untuk diameter yang lebih besar  

 

 

Wadah Satuan Ganda untuk Kapsul dan Tablet 

(Tanpa Penutup) 

 

    Wadah Polietilen Pastikan wadah dengan segel 

kedap air yang diperoleh dari botol bersegel panas 

dengan lembar alumunium berlapis polietilen atau segel 

yang sesuai1). Uji wadah seperti yang dinyatakan dalam 

Wadah Satuan Ganda untuk Kapsul dan Tablet: Wadah 

polietilen berat jenis tinggi yang diuji memenuhi 

persyaratan jika tidak lebih 1 dari 10 wadah uji 

memiliki  permeabilitas kelembaban melebihi 10 mg 

per hari per liter, dan tidak satupun melebihi 25 mg per 

hari per liter. Wadah polietilen berat jenis rendah yang 

diuji memenuhi persyaratan jika tidak lebih 1 dari 10 

wadah uji memiliki  permeabilitas kelembaban 

melebihi 20 mg per hari per liter dan tidak satupun 

melebihi 30 mg per hari per liter.  

 

    Wadah Polipropilen Pastikan wadah dengan segel 

kedap air yang diperoleh dari botol bersegel panas 

dengan lembar alumunium berlapis polietilen atau segel 

yang sesuai. Uji wadah seperti yang dinyatakan dalam 

Wadah Satuan Ganda untuk Kapsul dan Tablet: Wadah 

memenuhi persyaratan jika tidak lebih 1 dari 10 wadah 

uji memiliki  permeabilitas kelembaban melebihi       

15 mg per hari per liter, dan tidak satupun melebihi      

25 mg per hari per liter.  

 

Wadah Satuan Tunggal dan  

Wadah Dosis Satuan untuk Kapsul dan Tablet 

 

    Untuk dapat mencantumkan keterangan yang 

berkaitan dengan pengemasan yang sesuai untuk tipe 

produk tertentu, dibuat procedure  dan klasifikasi berikut 

untuk mengevaluasi sifat permeasi kelembaban wadah 

satuan tunggal dan wadah dosis satuan. Sesungguhnya 

- 1629 -

 

 

 

 

 

 

peralatan dan cara pengoperasian dapat mempengaruhi 

terbentuknya atau tertutupnya permeasi kelembaban dari 

suatu wadah, sifat spesifik permeasi lembab dari sistem 

pengemasan yang dipakai  harus ditentukan. 

 

    Desikan Keringkan beberapa  pelet desikan pada suhu 

110º selama 1 jam sebelum dipakai . pakailah  pelet 

yang masing-masing bobotnya lebih kurang 400 mg dan 

berdiameter lebih kurang 8 mm. [Catatan Jika perlu 

ukuran wadah dosis satuan dibatasi, pelet yang masing-

masing bobotnya kurang dari 400 mg dan berdiameter 

kurang dari 8 mm dapat dipakai .] 

 

    procedure  

    Metode I Segel tidak kurang dari 10 wadah dosis-

satuan yang berisi 1 pelet per wadah dan segel 10 wadah 

dosis-satuan kosong sebagai kontrol. pakailah  pinset 

atau tang untuk memegang wadah tersegel. Beri nomor 

wadah dan catat bobot masing-masing sampai  mg yang 

terdekat. Timbang wadah kontrol sebagai satu satuan 

dan bagi bobot total dengan jumlah wadah kontrol untuk 

memperoleh bobot rata-rata wadah kosong. Simpan 

semua wadah pada kelembaban relatif 75±3% dan suhu 

23°±2º. [Catatan Larutan jenuh dari 35 g natrium 

klorida P untuk setiap 100 ml air diletakkan pada dasar 

desikator; dapat mempertahankan kelembaban yang 

telah ditentukan: untuk mempertahankan kondisi ini 

dapat dipakai  cara lain.] sesudah  interval 24 jam atau 

kelipatannya (seperti tertera pada Hasil), pindahkan 

wadah dari bejana dan biarkan terjadi kesetimbangan 

selama 15 - 60 menit di ruang penimbangan. Catat 

kembali bobot setiap wadah dan gabungan kontrol 

dengan cara sama. 

 

 

1)Suatu lapisan yang sesuai untuk segel, berupa lapisan polietilen 

wadah tidak kurang dari 0,025 mm (0,001 inci), dengan lapisan 

tambahan bahan pendukung. Suatu segel yang sesuai dapat diperoleh 

juga dari pemakaian  lempeng kaca dan suatu segel memakai  

malam yang mengandung 60% malam bentuk amorf halus dan 40% 

malam parafin bentuk hablur halus. 

 

    [Catatan Jika pelet menampilkan  perubahan warna 

menjadi merah muda selama pengerjaan atau jika bobot 

pelet naik melebihi 10%, hentikan pengujian dan anggap 

penetapan terdahulu sebagai hasil yang valid.] 

Kembalikan wadah ke dalam bejana lembab. Hitung laju 

permeasi kelembaban dalam mg per hari dari tiap wadah 

yang dipakai  dengan rumus:  

 

N

1  [(WF – WI) – (CF – CI)] 

 

N yaitu  jumlah hari sampai  akhir periode pengujian 

(dimulai sesudah  24 jam pertama periode 

kesetimbangan); (WF – WI) yaitu  perbedaan antara 

bobot akhir dan bobot awal setiap wadah uji dalam mg; 

dan (CF – CI) yaitu  perbedaan rata-rata antara bobot 

akhir dan bobot awal wadah kontrol dalam mg, data 

dihitung sampai  dua angka dibelakang koma. [Catatan  

Jika permeasi kurang dari 5 mg per hari dan jika 

kontrol diamati mencapai keadaan setimbang dalam 7 

hari, permeasi individu dapat ditentukan lebih saksama 

pada hari ke 7 memakai  bobot wadah uji dan 

wadah kontrol, berturut-turut sebagai WI dan CI dalam 

perhitungan. Dalam hal ini, suatu interval uji yang 

sesuai untuk Kelas A (seperti tertera pada Hasil), tidak 

akan kurang dari 28 hari mulai hari ke 7 periode 

kesetimbangan awal (total 35 hari).] 

    Metode II  pakailah  procedure  ini untuk kemasan 

berbentuk lempeng pipih dengan menggabungkan 

beberapa  wadah dosis satuan yang disegel terpisah atau 

blister. Segel beberapa  kemasan secukupnya, tidak 

kurang dari 4 kemasan dan total tidak kurang dari          

10 wadah dosis satuan atau blister, masukkan 1 pelet 

dalam tiap satuan wadah uji. Segel beberapa  kemasan 

kosong, setiap kemasan mengandung wadah dosis satuan 

atau blister dengan jumlah sama seperti pada kemasan 

uji, sebagai kontrol. Simpan semua wadah pada 

kelembaban relatif 75±3% dan suhu 23º±2º. [Catatan 

Larutan jenuh dari 35 g natrium klorida P untuk setiap 

100 ml air diletakkan pada dasar desikator; dapat 

mempertahankan kelembaban yang telah ditentukan: 

untuk mempertahankan kondisi ini dapat dipakai  

cara lain.] sesudah  interval 24 jam atau kelipatannya 

(seperti tertera pada Hasil), pindahkan kemasan dari 

bejana dan biarkan terjadi kesetimbangan selama lebih 

kurang 45 menit. Catat bobot masing-masing kemasan 

dan kembalikan ke dalam bejana. Timbang kemasan 

kontrol sebagai suatu satuan, dan bagi bobot total 

dengan jumlah kemasan kontrol untuk memperoleh 

bobot kemasan kosong rata-rata. [Catatan  Jika pelet 

menampilkan  perubahan warna menjadi merah muda 

selama pengerjaan atau jika bobot pelet naik melebihi 

10%, hentikan pengujian dan anggap penetapan 

terdahulu sebagai hasil yang valid.] Hitung laju 

permeasi kelembaban rata-rata, dalam mg per hari untuk 

tiap wadah dosis-satuan atau blister dalam setiap 

kemasan yang dipakai  dengan rumus: 

 

NX

1  [(WF – WI) – (CF – CI)] 

 

N yaitu  jumlah hari sampai  akhir periode pengujian 

(dimulai sesudah  24 jam pertama dari periode 

kesetimbangan); X yaitu  jumlah unit segel yang 

terpisah per kemasan; (WF – WI) yaitu  perbedaan antara 

bobot akhir dan bobot awal setiap kemasan uji dalam 

mg; dan (CF – CI) yaitu  perbedaan rata-rata antara 

bobot akhir dan bobot awal kemasan kontrol dalam mg, 

laju dihitung sampai  dua angka dibelakang koma. 

 

    Hasil Wadah dosis satuan tunggal yang diuji menurut 

Metode I dinyatakan sebagai Kelas A jika tidak lebih      

1 dari 10 wadah uji memiliki  laju permeabilitas 

kelembaban lebih dari 0,5 mg per hari dan tidak satupun 

lebih dari 1 mg per hari; dinyatakan sebagai Kelas B jika 

tidak lebih 1 dari 10 wadah uji melebihi 5 mg per hari 

dan tidak satupun lebih dari 10 mg per hari; dinyatakan 

sebagai Kelas C jika tidak lebih 1 dari 10 wadah uji 

- 1630 -

 

 

 

 

 

 

melebihi 20 mg per hari dan tidak satupun lebih dari     

40 mg per hari; dinyatakan sebagai Kelas D jika wadah 

tidak memenuhi persyaratan laju permeasi kelembaban. 

    Kemasan yang diuji pada Metode II dinyatakan 

sebagai Kelas A jika tidak satupun kemasan uji 

memiliki  rata-rata laju permeabilitas kelembaban 

blister melebihi 0,5 mg per hari; dinyatakan sebagai 

Kelas B jika tidak satupun kemasan uji melebihi 5 mg 

per hari; dinyatakan sebagai Kelas C jika tidak satupun 

kemasan uji melebihi 20 mg per hari; dinyatakan sebagai 

Kelas D jika kemasan uji tidak memenuhi persyaratan 

rata-rata laju permeabilitas kelembaban blister. 

    Dengan pemakaian  Desikan seperti ini  di atas, 

seperti yang dinyatakan pada Metode I dan Metode II, 

sesudah  setiap 24 jam, wadah uji dan wadah kontrol atau 

kemasan ditimbang; dan interval uji yang sesuai untuk 

penimbangan akhir WF dan CF yaitu  24 jam untuk 

Kelas D; 48 jam untuk Kelas C; 7 hari untuk Kelas B; 

dan tidak kurang dari 28 hari untuk Kelas A. 

 

Wadah Satuan Ganda dan  

Wadah Dosis Satuan untuk Cairan 

 

    Standar dan uji yang diberikan dalam bagian ini untuk 

mengukur kegunaan dan kinerja dari wadah plastik yang 

biasa dipakai  untuk kemasan sediaan berbasis air 

melalui pengukuran kehilangan bobot cairan air sebagai 

persen kandungan. Uji ini dapat juga dipakai  untuk 

menampilkan  kinerja atau fungsi yang dapat 

diperbandingkan. [Catatan Dari keseluruhan procedure  

yang diikuti, tentukan bobot masing-masing wadah-

sistem penutup (botol, jika dipakai  segel sebelah 

dalam dan penutup) berturut-turut sebagai bobot tara 

dan bobot isi dengan ketelitian mendekati 0,1 mg jika 

kapasitas botol kurang dari 200 ml; ketelitian mendekati 

1 mg jika kapasitas botol 200 ml atau lebih namun  

kurang dari 1000 ml; atau ketelitian mendekati 10 mg 

jika kapasitas  botol 1000 ml atau lebih.] 

    

    procedure  Pilih 12 botol dengan ukuran dan tipe 

seragam, bersihkan permukaan segel dengan kain bebas 

serat. Pastikan setiap botol dengan 1 penutup ulir (jika 

dipakai ) atau penutup. Beri nomor setiap wadah-

sistem penutup dan catat bobot tara. 

    Buka penutup dan isi 10 botol dengan air sampai 

penuh dengan memakai  pipet. Isi 2 wadah yang lain 

dengan manik-manik gelas dengan bobot setara dengan 

wadah yang diisi air. Pastikan botol dengan segel dan 

pakailah  penutup. Jika memakai  penutup sekrup, 

pakailah  tenaga putaran dalam rentang kerapatan yang 

tertera pada Tabel 1. Simpan semua wadah bersegel 

pada suhu 25°±2º dan kelembaban relatif 40±2%.  

sesudah  336±1 jam (14 hari), catat bobot masing-masing 

wadah. Hitung laju permeasi uap air, dalam persen 

kehilangan bobot air per tahun untuk setiap botol yang 

dipakai  dengan rumus: 

 

( ) ( ) ( )

( ) 365

14

100

1

141141 x

WW

WCWCWWWW

Ti

TiTi   

W1i yaitu  bobot awal masing-masing wadah; WT yaitu  

bobot tara; W14i yaitu  bobot masing-masing wadah 

pada hari ke 14; dan (WC1 - WC14) yaitu  bobot rata-rata 

perubahan kontrol dari awal sampai hari ke-14. Wadah 

yang diuji memenuhi persyaratan wadah tertutup rapat 

jika tidak lebih 1 dari 10 wadah uji, kehilangan bobot air 

melebihi 2,5% per tahun dan tidak satupun melebihi 

5,0% per tahun.  

 

UJI TRANSMISI CAHAYA 

 

    Alat pakailah  spektrofotometer dengan sensitivitas 

dan akurasi yang sesuai untuk pengukuran beberapa  

cahaya yang ditransmisikan oleh kaca atau bahan kaca 

tembus cahaya yang dipakai  untuk wadah farmasetik. 

Selain itu, spektrofotometer mampu mengukur dan 

merekam difusi cahaya yang ditransmisikan sama baik 

dengan sinar paralel.  

 

    procedure  Pilih bagian yang mewakili ketebalan rata-

rata. Potong 2 atau lebih secara sirkular bagian wadah 

dan buat garis untuk memberi  tanda bagian dari 

ukuran yang tepat untuk tempat spesimen dalam 

spektrofotometer. Cuci dan keringkan setiap spesimen, 

jaga agar permukaan tidak tergores. Jika spesimen 

terlalu kecil untuk menutupi tempat spesimen yang 

terbuka, tutup bagian yang tidak tertutup dengan kertas 

tidak tembus cahaya atau pita penutup, hal ini 

memberi  panjang spesimen yang lebih besar dari 

celah spektrofotometer. Segera sebelum ditempatkan 

pada tempat spesimen, usap spesimen dengan kertas 

lensa. Tempatkan spesimen dengan bantuan malam atau 

alat lain yang tepat, jaga agar sidik jari yang tertinggal 

atau tanda lain pada permukaan tidak terlewati oleh jalan 

cahaya. Tempatkan bagian dalam spektrofotometer 

dengan aksis silindris yang paralel terhadap bidang celah 

dan lebih kurang di pusat celah. Jika ditempatkan 

dengan baik, berkas cahaya yang sampai ke permukaan, 

hanya sedikit (minimum) yang dipantulkan.  

    Ukur berturut-turut transmitan bagian ini  dengan 

pembanding terhadap udara dalam daerah spektra yang 

diinginkan dengan pembacaan instrumen atau pada 

interval lebih kurang 20 nm dengan instrumen manual 

dalam rentang antara 290 dan 450 nm. 

 

    Batas Transmisi cahaya yang diamati tidak lebih dari 

batas yang tertera pada Tabel 2 untuk wadah 

pemakaian  parenteral. 

 

Tabel 2 

Batas untuk Kelas Plastik I sampai VI 

 

Ukuran 

Nominal 

(ml) 

Persentase Maksimum Transmisi 

Cahaya pada berbagai Panjang 

Gelombang antara 290 dan 450 nm 

Wadah yang 

ditutup dengan 

pemanasan 

Wadah dengan 

penutup segel 

50 

45 

25 

20 

- 1631 -

 

 

 

 

 

 

10 

20 

50 

40 

35 

30 

15 

15 

13 

12 

10 

[Catatan Tiap wadah berukuran diantara ukuran yang 

tertera pada Tabel menampilkan  transmisi yang tidak 

lebih besar dari transmisi wadah berukuran lebih besar 

berikutnya. Untuk wadah lebih besar dari 50 ml, 

pakailah  batas untuk 50 ml.] 

 

    Transmisi cahaya yang diamati pada wadah plastik 

untuk pemberian oral dan topikal, tidak lebih dari 10% 

pada berbagai panjang gelombang dalam rentang antara 

290 dan 450 nm. 

 

 

WARNA DAN AKROMISITAS <1291> 

 

Metode 1 

 

    Definisi Warna dalam hal ini didefinisikan sebagai 

persepsi atau respon subjektif seorang pengamat 

terhadap rangsangan objektif energi sinar pada spektrum 

cahaya tampak pada panjang gelombang 400 - 700 nm. 

Warna yang tampak jelas merupakan fungsi dari tiga 

variabel, yaitu sifat spektrum benda, serapan dan 

refleksi; sifat spektrum sumber iluminasi dan sifat visual 

dari pengamat. 

    Dua benda disebut memiliki warna sepadan untuk 

iluminasi tertentu bila seorang pengamat tidak dapat 

membedakan perbedaan warna ini . Bila sepasang 

benda menampilkan  warna yang sepadan terhadap satu 

sumber iluminasi dan tidak dengan yang lain, keduanya 

merupakan pasangan metamerik. Warna yang sepadan 

dari dua benda terjadi untuk semua sumber iluminasi 

bila spektrum serapan dan reflektans dari dua benda 

ini  sama. 

    Akromisitas atau ketidakberwarnaan yaitu  suatu 

skala warna transmisi cahaya yang ekstrim. Hal itu 

berarti tidak ada warna, dan oleh sebab  itu spektrum 

cahaya tampak benda ini  kurang memberi  

serapan. Untuk tujuan praktis, bila pengamat 

menyatakan sedikit atau tidak sama sekali terjadi 

penyerapan dalam spektrum cahaya tampak. 

     

Sifat-sifat warna sebab  sensasi warna dapat bersifat 

subjektif dan objektif, warna tidak dapat digambarkan 

hanya dalam batasan-batasan spektrofotometrik saja. 

Oleh sebab  itu sifat-sifat umum suatu warna tidak dapat 

dikaitkan langsung dengan terminologi spektrum. 

    Tiga sifat yang umum dipakai  untuk 

mengidentifikasi suatu warna yaitu  (1) Warna atau 

kualitas yang membedakan satu golongan warna dari 

lainnya seperti merah, kuning, biru hijau dan warna-

warna diantaranya, (2) Nilai atau kualitas yang 

membedakan warna gelap terhadap terang, (3) Intensitas 

warna, atau kualitas yang membedakan warna kuat 

terhadap yang lemah atau sejauh mana suatu warna 

berbeda dari nilai yang sama. 

    Ketiga sifat warna dapat dipakai  untuk menetapkan 

ruang warna tiga dimensi berdasarkan koordinatnya. 

Ruang warna yang dipilih yaitu  ruang warna dengan 

keseragaman secara visual, bila jarak geometrik antara 

dua warna dalam ruang warna merupakan ukuran 

langsung jarak warnanya. Koordinat silindris sering 

merupakan pilihan yang sesuai.  

    Titik-titik di sepanjang aksis panjang menampilkan  

nilai dari gelap ke terang atau dari hitam ke putih, 

memiliki warna yang tidak dapat ditetapkan dan tanpa 

intensitas warna. Dengan memakai  perpotongan 

garis tegak lurus terhadap aksis nilai, warna ditetapkan 

berdasarkan sudut sepanjang aksis panjang dan intensitas 

warna ditetapkan berdasarkan jarak aksis panjang. 

Merah, kuning, hijau, biru, ungu dan warna-warna 

diantaranya diperoleh dari perbedaan sudutnya. Warna 

sepanjang radius dari perpotongan memiliki warna yang 

sama, namun  intensitas akan meningkat dengan 

bertambahnya jarak. Contoh: air tidak berwarna atau 

jernih memiliki warna yang tidak dapat ditetapkan, nilai 

tinggi dan tanpa intensitas warna. Bila suatu zat 

berwarna yang larut ditambahkan, air menjadi berwarna. 

Lebih banyak ditambahkan, warna menjadi lebih gelap, 

lebih kuat, lebih tua, dengan demikian intensitas warna 

biasanya  bertambah dan nilainya berkurang. Jika zat 

yang larut berwarna netral, yaitu abu-abu, nilai akan 

berkurang, tidak ada peningkatan intensitas warna yang 

teramati dan warna tetap tidak dapat ditetapkan. 

    Pengukuran secara spektroskopik dapat dikonversikan 

menjadi pengukuran ketiga sifat warna. Hasil 

spektroskopik ketiga cahaya atau stimulus terpilih diberi 

bobot oleh ketiga fungsi distribusi sampai  menghasilkan 

nilai tristimulus X, Y, Z seperti tertera pada Pengukuran 

Warna dengan Instrumen <1341>. Fungsi distribusi 

ditetapkan berdasarkan percobaan perbandingan warna 

dengan subyek manusia. 

    Nilai tristimulus bukan merupakan koordinat dalam 

ruang warna dengan keseragaman secara visual; namun 

beberapa transformasi telah diusulkan sebagai 

pendekatan bentuk keseragaman, diantaranya seperti 

tertera pada Pengukuran Warna dengan Instrumen 

<1341>. Nilai ini  sering merupakan fungsi nilai Y 

saja. Untuk memperoleh keseragaman dalam sub ruang 

warna dan intensitas, belum memuaskan. Secara praktis 

hal ini berarti bahwa dalam membandingkan warna 

secara visual dari dua benda yang warnanya berbeda 

secara berarti, sulit memutuskan intensitas warna mana 

yang lebih tinggi. Dengan demikian yaitu  penting 

membandingkan warna baku terhadap contoh sedekat 

mungkin, terutama untuk sifat-sifat warna dan intensitas 

warna. 

 

    Penetapan warna dan baku Pengertian warna dan 

kesepadanan warna tergantung pada kondisi-kondisi 

pandangan dan iluminasi. Penetapan harus memakai  

iluminasi baur dan seragam pada kondisi yang dapat 

mengurangi bayangan dan reflektans non spektral 

sampai tingkat minimum. Permukaan serbuk harus 

dihaluskan dengan tekanan ringan sesampai  diperoleh 

permukaan yang datar bebas dari ketidakteraturan. 

- 1632 -

 

 

 

 

 

 

Cairan harus dibandingkan dalam tabung pembanding 

warna yang sepadan, dengan latar belakang putih. Jika 

hasil yang diperoleh bervariasi menurut iluminasinya, 

hasil yang diperoleh dari cahaya alam atau cahaya 

buatan pada siang hari dianggap yang benar. Selain 

penetapan secara visual dapat dipakai  metode 

peralatan yang sesuai. 

    Baku warna harus sedekat mungkin terhadap warna 

bahan uji untuk penetapan kuantitatif perbedaan warna. 

Baku untuk bahan tidak tembus cahaya tersedia secara 

komersial. Larutan padanan untuk membandingkan 

warna-warna cairan dapat dibuat menurut Tabel berikut. 

Untuk membuat larutan padanan yang diperlukan, pipet 

beberapa  volume larutan uji kolorimetri (seperti tertera 

pada Larutan Kolorimetri (LK)) dan air ke dalam salah 

satu tabung pembanding, campur. Buat pembanding 

sesuai dengan yang tertera pada masing-masing 

monografi dibawah kondisi pengamatan. Larutan 

padanan atau campuran larutan  kolorimetri lain, dapat 

dipakai  dengan kadar sangat rendah untuk mengukur 

deviasi akromisitas. 

 

Tabel 1 Larutan Padanan Metode 1 

 

Larutan 

padanan 

Bagian 

Kobalt(II) 

klorida 

LK 

Bagian 

Besi (III) 

klorida 

LK 

Bagian  

Tembaga 

(II)sulfat 

LK 

Bagian 

Air 

A 0,1 0,4 0,1 4,4 

B 0,3 0,9 0,3 3,5 

C 0,1 0,6 0,1 4,2 

D 0,3 0,6 0,4 3,7 

E 0,4 1,2 0,3 3,1 

F 0,3 1,2 0,0 3,5 

G 0,5 1,2 0,2 3,1 

H 0,2 1,5 0,0 3,3 

I 0,4 2,2 0,1 2,3 

J 0,4 3,5 0,1 1,0 

K 0,5 4,5 0,0 0,0 

L 0,8 3,8 0,1 0,3 

M 0,1 2,0 0,1 2,8 

N 0,0 4,9 0,1 0,0 

O 0,1 4,8 0,1 0,0 

P 0,2 0,4 0,1 4,3 

Q 0,2 0,3 0,1 4,4 

R 0,3 0,4 0,2 4,1 

S 0,2 0,1 0,0 4,7 

T 0,5 0,5 0,4 3,6 

 

Metode II 

 

Definisi Larutan dinyatakan tidak berwarna jika 

memiliki  penampilan seperti air atau pelarut atau 

warnanya tidak lebih kuat dari Larutan padanan U9. 

 

Penetapan warna pakailah  tabung yang sama, tidak 

berwarna, tembus pandang, kaca netral, dengan diameter 

luar 12 mm, bandingkan 2,0 ml dari larutan yang diuji 

dengan 2,0 ml air atau pelarut atau Larutan padanan 

(Tabel Larutan Padanan Induk Metode II dan Metode 

III, Larutan padanan U, Larutan Padanan V, Larutan 

padanan W, Larutan padanan X, Larutan padanan Y) 

yang dinyatakan dalam monografi. Bandingkan warna 

dalam cahaya baur dengan mengamati secara horisontal 

terhadap latar belakang putih. 

 

Penyimpanan Simpan Larutan padanan dalam tabung 

yang disegel, tidak berwarna, transparan, kaca netral 

dengan diameter luar 12 mm dan terlindung cahaya. 

 

Metode III 

 

Definisi Larutan dinyatakan tidak berwarna jika 

memiliki  penampilan seperti air atau pelarut atau 

warnanya tidak lebih kuat dari Larutan padanan U9. 

 

Penetapan warna  pakailah  tabung yang sama, tidak 

berwarna, tembus pandang, kaca netral, dengan alas 

datar dan diameter dalam 15 - 25 mm, bandingkan       

40 mm lapisan larutan yang diuji dengan 40 ml lapisan 

air atau pelarut atau Larutan padanan. (Tabel Larutan 

Padanan Induk Metode II dan Metode III, Larutan 

Padanan U, Larutan Padanan V, Larutan padanan W, 

Larutan Padanan X, Larutan Padanan Y) yang 

dinyatakan dalam monografi. Bandingkan kolom cairan 

dalam cahaya baur dengan mengamati dari atas terhadap 

latar belakang putih.  

 

Penyimpanan Buat Larutan padanan segera sebelum 

dipakai  dari Larutan padanan induk. 

 

Tabel Larutan Padanan Induk Metode II 

dan Metode IIII 

 

Larutan 

padanan 

Induk 

Kobalt(II) 

klorida 

LK 

(ml) 

Besi (III) 

klorida 

LK 

(ml) 

Tembaga 

(II) sulfat 

LK 

(ml) 

Asam 

klorida 

1% b/v 

(ml) 

U 30 30 24 16 

V 10 24 4 62 

W 6 24 0 70 

X 2 96 2 0 

Y 20 10 0 70 

 

Tabel Larutan Padanan U 

 

Larutan 

padanan 

Larutan padanan 

induk U 

(ml) 

Asam klorida 

1% b/v 

(ml) 

U1 75,0 25,0 

U2 50,0 50,0 

U3 37,5 62,5 

U4 25,0 75,0 

U5 12,5 87,5 

U6 5,0 95,0 

U7 2,5 97,5 

U8 1,5 98,5 

U9 1,0 99,0 

 

- 1633 -

 

 

 

 

 

 

 

Tabel Larutan Padanan V 

 

Larutan 

padanan 

Larutan padanan 

induk  V 

(ml) 

Asam klorida 

1% b/v 

(ml) 

V1 100,0 0 

V2 75,0 25,0 

V3 50,0 50,0 

V4 25,0 75,0 

V5 12,5 87,5 

V6 5,0 95,0 

V7 2,5 97,5 

 

Tabel Larutan Padanan W 

 

Larutan 

padanan 

Larutan padanan 

induk  W 

(ml ) 

Asam klorida 

1% b/v 

(ml ) 

W1 100,0 0 

W2 75,0 25,0 

W3 50,0 50,0 

W4 25,0 75,0 

W5 12,5 87,5 

W6 5,0 95,0 

W7 2,5 97,5 

 

Tabel Larutan Padanan X 

 

Larutan 

padanan 

Larutan padanan 

induk  X 

(ml ) 

Asam klorida 

1% b/v 

(ml ) 

X1 25,0 75,0 

X2 15,0 85,0 

X3 8,5 91,5 

X4 5,0 95,0 

X5 3,0 97,0 

X6 1,5 98,5 

X7 0,75 99,25 

 

Tabel Larutan Padanan Y 

 

Larutan 

padanan 

Larutan padanan 

induk  Y 

(ml) 

Asam klorida 

1% b/v 

(ml) 

Y1 100,0 0 

Y2 75,0 25,0 

Y3 50,0 50,0 

Y4 37,5 62,5 

Y5 25,0 75,0 

Y6 12,5 87,5 

Y7 5,0 95,0 

 

 

ZAT LARUT DALAM AIR <1301> 

 

    pakailah  Metode I kecuali dinyatakan lain pada 

monografi 

 

 

Metode I 

    Didihkan 7 g zat dengan 700 ml air selama 30 menit 

sambil sering diaduk dan tambahkan air yang hilang 

sebab  penguapan. Enaptuangkan cairan ke dalam gelas 

piala, tekan hati-hati sisa air yang tertinggal pada bahan 

dengan batang pengaduk, campur larutan dan saring 

ekstrak selagi panas. Uapkan 400 ml dan keringkan 

residu sampai bobot tetap pada suhu 100° - 105°. 

 

Metode II 

 

    Keringkan 5 g zat sampai bobot tetap pada suhu 105° 

dan tetapkan kehilangan bobot. Tambahkan 400 ml air, 

panaskan perlahan dan didihkan selama 1 menit, 

dinginkan dengan penambahan lebih kurang 400 ml air 

dan enaptuangkan cairan melalui penyaring dengan 

ukuran lubang 106 μm, peras bahan dengan tangan 

untuk menghilangkan cairan sebanyak mungkin; 

kembalikan bahan ke dalam wadah dan ulangi pencucian 

lima kali, tiap kali dengan 400 ml air dengan cara yang 

sama. Masukkan bahan dan benang atau serat yang 

terlepas dari penyaring ke dalam gelas piala, tambahkan 

larutan diastase 0,5%, panaskan dan pertahankan suhu 

pada 70° atau jika bahan mengandung wol pada suhu 

45° - 50°, sampai bebas pati. Enaptuangkan cairan 

melalui penyaringan, kembalikan serat atau benang yang 

terlepas yang tertahan pada penyaring kepada bahan di 

dalam wadah, ulangi pencucian dengan air mendidih dan 

kembalikan lagi serat atau benang yang terlepas pada 

bahan. Keringkan bahan dan tetapkan kehilangan bobot. 

    Untuk krep katun, dikurangkan dari kehilangan bobot 

3% dari bobot contoh akhir yang telah dikeringkan; jika 

bahan berwarna, dikurangkan 1%; untuk pembalut krep, 

dikurangkan 2%. 

    Hitung persentase zat larut dalam air terhadap bahan 

yang dikeringkan sampai bobot tetap pada suhu 105°. 

 

 

ZAT LARUT DALAM ETER <1311> 

 

    Masukkan 5 g ke dalam alat Soxhlet, ekstraksi dengan 

eter P selama 4 jam, atur alat sedemikian rupa sesampai  

laju tidak kurang dari 4 ekstraksi per jam. Uapkan 

ekstrak eter dan keringkan residu sampai bobot tetap 

pada suhu 100° - 105°, kecuali dinyatakan lain dalam 

monografi. 

 

 

INDIKATOR BIOLOGIK UNTUK 

STERILISASI <1321> 

 

    Indikator biologik secara luas didefinisikan sebagai 

produk terkarakteristik dari mikroba spesifik yang 

resisten terhadap proses sterilisasi tertentu. Beberapa 

mikroorganisme yang secara luas dikenal sesuai sebagai 

indikator biologik yaitu  bakteri pembentuk spora yang 

secara nyata lebih resisten dibandingkan mikroflora 

- 1634 -

 

 

 

 

 

 

normal, kecuali dengan proses radiasi ionisasi.Indikator 

biologik dipakai  untuk: 

• membantu kualifikasi kinerja alat sterilisasi, dalam 

pengembangan dan penetapan proses sterilisasi yang 

tervalidasi untuk bahan tertentu. 

• proses yang menghasilkan produk steril dalam wadah 

atau kemasan akhir, juga untuk sterilisasi peralatan, 

bahan, dan komponen kemasan yang dipakai  pada 

proses aseptik. 

• memantau siklus sterilisasi yang pernah dilakukan 

dan revalidasi proses sterilisasi secara berkala. 

• mengevaluasi kemampuan proses dekontaminasi 

isolator atau lingkungan ruang bersih.  

 

    Prinsip dan persyaratan untuk aplikasi ini dijelaskan 

dalam Sterilisasi dan Jaminan Sterilitas Bahan 

Kompendia <1361>. 

 

JENIS INDIKATOR BIOLOGIK 

 

    ada  sedikitnya tiga jenis indikator. Masing-

masing jenis indikator mengandung satu jenis  spesies 

mikroba yang telah diketahui resistensi sterilisasinya 

terhadap cara sterilisasi. Beberapa indikator biologik 

dapat juga mengandung dua spesies yang berbeda dan 

jumlah mikroba.  

    Salah satu bentuk indikator biologik termasuk spora 

yang ditambahkan pada suatu pembawa (kertas saring 

berbentuk cakram atau strip; kaca, plastik atau bahan 

lain) dan dikemas sedemikian rupa agar dapat 

mempertahankan integritas dan viabilitas pembawa yang 

diinokulasi.  

    Pembawa dan kemasan primer harus tidak 

mengandung kontaminan (fisik, kimia atau mikroba) 

yang akan berdampak pada kinerja atau stabilitas 

karakteristik dari indikator biologik. Pembawa dan 

kemasan primer harus tidak terdegradasi oleh proses 

sterilisasi tertentu, yang akan mempengaruhi kinerja 

indikator biologik. Pembawa harus tidak terpengaruh 

selama transportasi dalam kemasan primer dan sekunder 

serta penanganan pada saat pemakaian . Desain 

pembawa dan kemasan primer harus meminimalkan 

kehilangan inokula asli pada waktu transportasi, 

penanganan, dan penyimpanan selama belum 

kedaluwarsa. 

    Bentuk lain dari indikator biologik yaitu  suspensi 

spora yang diinokulasi pada atau ke dalam unit yang 

mewakili bets yang disterilkan. Hal ini menampilkan  

sediaan yang diinokulasi; akan namun  dapat dipakai  

simulasi sediaan yang diinokulasi, jika  tidak praktis 

untuk menginokulasi sediaan sebenarnya. Simulasi 

sediaan yaitu  sediaan yang dibuat dengan satu atau 

beberapa perbedaan dari sediaan yang sebenarnya, namun  

kinerjanya sama seperti sediaan bila memakai  

kondisi uji dan proses sterilisasi yang sebenarnya. 

Suspensi spora dengan nilai D yang telah diketahui 

dipakai  untuk menginokulasi sediaan sebenarnya atau 

sediaan simulasi. jika  dipakai  sediaan simulasi  

yang diinokulasi, maka harus dibuktikan bahwa itu tidak 

akan menurunkan resistensi sterilisasi dari indikator 

biologik. Desain fisik sediaan sebenarnya atau sediaan 

simulasi dapat mempengaruhi resistensi suspensi spora 

yang diinokulasikan pada atau ke dalam sediaan. Pada 

masalah  sediaan cair yang diinokulasi, sering disarankan 

untuk menetapkan kedua nilai D dan z dari mikroba 

indikator biologik spesifik pada sediaan cair tertentu. 

Bila perlu hendaknya ditentukan populasi, nilai D, nilai z 

dan titik akhir waktu kematian yang dipakai  pada 

sediaan sebenarnya atau sediaan simulasi yang 

diinokulasi. 

    Bentuk ketiga dari indikator biologik yaitu  indikator 

“self-contained”. Indikator biologik “self-contained” 

didesain sesampai  kemasan primer yang ditujukan untuk 

inkubasi sesudah  proses sterilisasi, mengandung media 

pertumbuhan untuk menumbuhkan kembali mikroba 

yang terpapar. Bentuk indikator biologik bersama 

dengan media pertumbuhan “self-contained” dapat 

dianggap satu sistem. Pada masalah  indikator biologik 

“self-contained”, seluruh sistem memberi  resistensi 

terhadap proses sterilisasi.  

    jika  indikator biologik yaitu  strip atau cakram 

kertas pada kemasan “self-contained” yang mengandung 

media kultur, bentuk kemasannya seharusnya dapat 

dipenetrasi oleh agen pensteril. Untuk memberi  “time 

lag” agar agen pensteril mencapai mikroba yang 

terkandung dalam sistem, nilai D, proses titik akhir 

waktu kematian dan waktu bertahan hidup pada sistem 

harus dikarakterisasi, dan hal ini tidak hanya berlaku 

untuk strip kertas pada unit “self-contained”. sesudah  

proses sterilisasi, strip atau cakram spora dicelupkan ke 

dalam media “self-contained”, sesampai  memungkinkan 

kontak media dengan kultur.  

    Indikator biologik “self-contained” juga dapat terdiri 

dari suspensi spora pada medianya sendiri, dan 

seringkali juga mengandung pewarna yang dapat 

menampilkan  pertumbuhan positif atau negatif sesudah  

inkubasi. Resistensi sistem “self-contained” tergantung 

pada penetrasi dari agen pensteril ke dalam kemasan. 

Penetrasi dapat dikontrol oleh industri melalui berbagai 

desain dan komposisi dari bentuk kemasan, ampul atau 

wadah. Ampul yang mengandung indikator biologik 

“self-contained” dapat langsung diinkubasi sesudah  

terpapar proses sterilisasi. Seluruh sistem lalu  

diinkubasi di bawah kondisi tertentu. Ada atau tidaknya 

pertumbuhan spora yang diberi perlakuan ditetapkan 

secara visual (dengan mengamati perubahan warna 

tertentu dari indikator yang dimasukkan dalam media 

atau dengan kekeruhan) atau dengan pengamatan 

mikroskopik dari media yang diinokulasi. 

    Karakteristik dari resistensi sistem self-contained juga 

harus sesuai dengan etiket dan monografi indikator 

biologik yang relevan. Sistem indikator biologik “self-

contained” harus tidak terpengaruh selama transportasi 

dalam kemasan sekunder dan penanganan pada saat 

pemakaian  tanpa rusak. Desain indikator biologik “self-

contained” hendaknya sedemikian rupa sesampai  

meminimalkan kehilangan inokula mikroba asli selama 

transportasi dan penanganan. Selama atau sesudah 

proses sterilisasi, bahan yang dipakai  dalam sistem 

- 1635 -

 

 

 

 

 

 

“self-contained” harus tidak menyisakan atau 

mengeluarkan zat yang dapat menghambat pertumbuhan 

beberapa  kecil mikroba indikator yang bertahan hidup 

pada kondisi pertumbuhan. Tahapan yang tepat harus 

dilakukan untuk membuktikan bahwa media untuk 

rekoveri dapat mempertahankan sifat yang mendukung 

pertumbuhan sesudah  terpapar proses sterilisasi.  

 

Penyiapan 

 

    Seluruh kegiatan yang berhubungan dengan 

penyiapan indikator biologik dikendalikan dengan 

sistem manuscript  mutu. Ketertelusuran dipelihara untuk 

semua bahan dan komponen yang tergabung dalam atau 

yang masuk kontak langsung dengan suspensi mikroba, 

pembawa yang diinokulasi atau indikator biologik. 

    Penyiapan stok suspensi spora mikroba tertentu yang 

dipakai  sebagai indikator biologik memerlukan 

pengembangan procedure  yang sesuai meliputi 

perbanyakan biakan, pemanenan, pemurnian, dan 

pemeliharaan suspensi spora. Stok suspensi harus 

mengandung terutama spora dorman (tidak 

bergerminasi) yang disimpan dalam cairan tidak 

bernutrisi. 

    Produk akhir (suspensi mikroba, pembawa 

terinokulasi atau indikator biologik) yang disediakan 

oleh industri harus tidak mengandung mikroba selain 

mikroba uji, dalam jumlah yang cukup 

untukmempengaruhi produk. Sistem untuk 

meminimalkan keberadaan mikroba selain mikroba 

indikator biologik dalam produk harus divalidasi, 

dipantau dan dicatat.  

 

Pemilihan Proses Sterilisasi Spesifik 

 

    Pemilihan indikator biologik memerlukan 

pengetahuan resistensi sistem indikator biologik 

terhadap proses sterilisasi spesifik. Harus dibuktikan 

bahwa sistem indikator biologik memberi  suatu 

ketahanan terhadap proses sterilisasi yang melebihi 

ketahanan mikroba alami yang ada dalam atau pada 

produk. 

    pemakaian  indikator biologik yang efektif untuk 

pengembangan siklus, proses dan validasi produk dan 

pemantauan produksi rutin dari sebuah proses sterilisasi 

membutuhkan pengetahuan yang menyeluruh atas 

produk yang akan disterilisasi dan komponennya (bahan 

dan kemasan). Hanya indikator biologik yang dikenal 

secara luas yang disebutkan dalam monografi indikator 

biologik yang dapat dipakai  pada pengembangan atau 

validasi proses sterilisasi. Hal ini menjamin bahwa 

indikator biologik yang dipilih memberi  ketahanan 

yang lebih besar terhadap proses sterilisasi dibandingkan 

jumlah mikroba dalam atau pada produk. Beberapa 

Pemakai  mungkin membutuhkan indikator biologik 

dengan karakteristik yang berbeda dari yang beredar luas 

secara komersial. Pada masalah  seperti ini, Pemakai  dapat 

menumbuhkan kultur spora sendiri dalam penyiapan 

indikator biologik buatan sendiri untuk dipakai  

sendiri. Pada masalah  seperti itu, Pemakai  sangat 

disarankan untuk memakai  mikroba yang telah 

dinyatakan pada literatur ilmiah sebagai mikroba 

indikator dan Pemakai  harus memiliki  kemampuan 

menentukan nilai D dan z untuk indikator biologik 

buatan sendiri. Jika indikator biologik disiapkan sendiri, 

Pemakai  harus mengkonfirmasi populasi, kemurnian 

dan masa hidup indikator biologik ini  untuk 

menjamin validitas setiap uji yang memakai  

indikator biologik buatan sendiri. Jika dipakai  bentuk 

proses sterilisasi berdasarkan bioburden, data 

perbandingan resistensi antara indikator biologik 

terhadap bioburden sangat penting. Diperlukan juga 

penghitungan bioburden yang terkandung dalam bahan 

yang akan disterilkan. Proses ini harus menghasilkan 

kematian secara biologi terverifikasi yang mamadai 

untuk mencapai suatu kemungkinan diperolehnya unit 

nonsteril kurang dari satu dalam sejuta. 

    Sebagai alternatif, metode “overkill” dapat dipakai  

dalam desain proses sterilisasi. Pada masalah  ini, asumsi 

khusus dibuat berdasarkan asumsi  resistensi yang 

dipakai  dalam menetapkan persyaratan proses 

sterilisasi. Secara umum, semua proses “overkill” 

berdasarkan asumsi bahwa “bioburden” setara dengan 

satu juta mikro badan yang memiliki  resistensi tinggi 

sesampai  untuk mencapai persyaratan probabilitas dari 

unit nonsteril yaitu kurang dari satu dalam satu juta, 

minimum diperlukan proses 12 D. Proses 12 D 

didefinisikan sebagai proses yang memberi  kematian 

yang cukup untuk menghasilkan penurunan 12 log, yaitu 

setara dengan 12 kali nilai D terhadap mikroba dengan 

resistensi yang lebih tinggi dibandingkan resistensi rata-

rata “bioburden”. sebab  “bioburden” diasumsikan 

sebagai satu juta, pada praktek sesungguhnya proses 

“overkill” akan menghasilkan probabilitas nonsteril lebih 

kecil dari 10-6. Rancangan dan evaluasi proses “overkill” 

dapat berbeda tergantung proses sterilisasi dalam 

pengujian. pemakaian  rancangan “overkill” dan 

pendekatan validasi dapat meminimalkan atau 

meniadakan kebutuhan identifikasi dan perhitungan 

“bioburden”.  

 

    Panas basah Untuk sterilisasi panas basah, spora dari 

strain Bacillus stearothermophilus tersedia secara 

komersil sebagai indikator biologik dan sering 

dipakai . Mikroba pembentuk spora lain yang tahan 

pemanasan seperti Clostridium sporogenes, Bacillus 

subtilis, dan Bacillus coagulans juga telah dipakai  

dalam pengembangan dan validasi proses sterilisasi 

panas basah. 

 

    Panas kering Untuk sterilisasi panas kering, spora 

Bacillus subtilis spp. dapat dipakai  untuk validasi 

proses. Selama validasi proses sterilisasi panas kering, 

pengkajian depirogenasi endotoksin biasanya dilakukan 

sebagai pengganti dari pengkajian inaktifasi mikroba 

selama penentuan siklus sterilisasi sebab  kecepatan 

inaktifasi endotoksin ini  lebih lambat dibandingkan 

kecepatan inaktifasi spora Bacillus subtilis. Pada praktek 

penurunan titer endotoksin oleh 3 log atau lebih akan

- 1636 -

 

 

 

 

 

 

 berakibat dalam proses yang juga mencapai probabilitas 

unit nonsteril lebih rendah dari 10-6.  

 

    Radiasi ionisasi Spora Bacillus pumilus telah 

dipakai  untuk memantau proses sterilisasi 

memakai  radiasi ionisasi, akan namun  hal ini tidak 

praktis. Metode pengaturan dosis radiasi yang tidak 

memakai  indikator biologik telah dipakai  secara 

luas untuk melakukan proses radiasi. Disamping itu 

“bioburden” mikroba tertentu dapat menampilkan  

resistensi yang lebih besar terhadap radiasi dibandingkan 

Bacillus pumilus 

 

Etilen oksida Untuk sterilisasi etilen oksida, biasa 

dipakai  spora sub spesies Bacillus subtilis (Bacillus 

subtilis var. niger). Sistem indikator biologik yang sama 

pada biasanya  dipakai  jika  etilen oksida 100% 

atau etilen oksida yang berbeda dan sistem pembawa gas 

dipakai  sebagai pensteril. 

 

    Hidrogen Peroksida tahap  Uap (“Vapor Phase 

Hydrogen Peroxide”/VPHP) Proses ini telah 

menampilkan  sebagai pensteril atau dekontaminan 

permukaan yang efektif. VPHP mampu mencapai 

sterilisasi (probabilitas nonsteril kurang dari satu dalam 

satu juta) jika kondisi proses tertentu dan target yang 

disterilisasi disusun dengan memadai. VPHP juga biasa 

dipakai  sebagai agen dekontaminan permukaaan pada 

perlakuan uji sterilitas, wadah bahan biologi atau kimia, 

isolator pabrik dan ruang steril. 

    Dekontaminasi permukaan yaitu  sebuah proses yang 

berbeda dari sterilisasi yang mengandung bahan yang 

bersentuhan dengan produk, wadah sistem tertutup atau 

produk. Proses ini dirancang untuk memberi lingkungan 

yang bebas dari mikroba yang dapat terdeteksi atau yang 

dapat hidup kembali. Akan namun  pada masalah  

dekontaminasi, nilai penurunan spora 3 sampai 4 log 

memadai sebab  sasarannya yaitu  lebih kepada 

dekontaminasi dibanding sterilisasi. 

    Bacillus stearothermophilus paling banyak dipakai  

sebagai indikator biologik untuk validasi VPHP. 

Mikroba lain yang dapat dipakai  sebagai indikator 

biologik dalam proses VPHP yaitu  spora dari Bacillus 

subtilis dan Clostridium sporogenes. Mikroba lain dapat 

dipertimbangkan jika respons terhadap VPHP sama 

dengan mikroba yang disebutkan di atas. 

    Spora dapat diinokulasi pada permukaan berbagai 

sistem yang kedap air seperti permukaan kaca, logam 

atau plastik. Permukaan dengan daya serap tinggi seperti 

substrat fiber atau substrat lain yang dapat menyerap 

VPHP atau lembab dapat memberi pengaruh merugikan 

terhadap kadar VPHP untuk inaktifasi mikroba yang 

diinokulasi. Substrat kertas tidak dipakai  sebab  

VPHP akan mendegradasi bahan yang mengandung 

selulosa. 

 

Karakteristik yang mewakili indikator biologik yang 

tersedia secara komersil tertera pada Tabel 1.  

Indikator biologik juga dapat dikemas secara individu 

dalam sebuah kemasan primer terbungkus secara 

memadai yang tidak berpengaruh merugikan pada 

kinerja indikator dan dapat ditembus oleh VPHP. Bahan 

serat poliolefin telah terbukti sesuai sebagai pengemas 

indikator biologik yang dimaksudkan untuk pemakaian  

dalam evaluasi proses VPHP. Bahan yang sudah 

dikemas dapat mempermudah penanganan laboratorium 

untuk indikator biologik sesudah  paparan VPHP.  

pemakaian  bahan pengemas 

 

 

 

    

.Tabel 1 Karakteristik Spesifik Sistem Indikator Biologik Komersil 

 

Cara sterilisasi Contoh dari nilai 

D khas (menit) 

Rentang nilai D untuk seleksi 

indikator biologik yang sesuai 

(menit) 

Batas untuk resistensi yang sesuai 

(bergantung pada nilai Dtertentu [menit]) 

Waktu bertahan hidup Waktu kematian 

Pemanasan 

keringa 

1,9 Min. 1,0 Min. 4,0 10,0 

160°  Maks. 3,0 Maks. 14,0 32,0 

     

     

Etilen Oksidab     

600 mg /L 3,5 Min. 2,5 Min. 10,0 25,0 

54°  Maks. 5,8 Maks. 27,0 68,0 

60% RH%     

Panas basahc     

121° 1,9 Min. 1,5 Min. 4,5 13,5 

  Maks. 3,0 Maks. 14,0 32,0 

a Untuk 1,0 x 106 sampai dengan 5,0 x 106 spora per pembawa 

b Untuk 1,0 x 106 sampai dengan 5,0 x 107 spora per pembawa 

c Untuk 1,0 x 106 sampai dengan 5,0 x 108 spora per pembawa 

 

- 1637 -

 

 

 

 

 

 

indikator biologik VPHP harus diperiksa secara cermat 

untuk memastikan bahwa, sesudah  pemaparan VPHP, 

hidrogen peroksida tidak tersisa pada bahan kemasan, 

yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba selama 

tahap pemulihan. Nilai D mikroba akan dipengaruhi oleh 

adanya efek laju inaktivasi relatif daribahan pengemas 

indikator biologik dan adanya potensi sisa VPHP. Jika 

dipakai  indikator biologik (pembawa terinokulasi) 

tanpa kemasan primer, perlu diperhatikan teknik aseptik 

yang benar. 

 

EVALUASI KINERJA 

 

Tanggung Jawab Produsen 

 

    Karakteristik kinerja dari indikator biologik yang 

diberikan pada Pemakai  merupakan tanggung jawab 

produsen. Produsen hendaknya menyediakan sertifikat 

analisa  untuk setiap lot indikator biologik yang 

membuktikan keabsahan pernyataan kinerja indikator 

biologik yang tertulis pada etiket kemasan atau 

dimasukkan dalam kemasan. Produsen hendaknya 

menjelaskan proses sterilisasi indikator biologik yang 

akan dipakai  untuk evaluasi. Karakterisasi dari setiap 

jenis indikator biologik yang menjadi dasar untuk 

pernyataan pada etiket, harus dilakukan oleh produsen 

memakai  alat khusus dan terstandar pada  kondisi 

yang ditetapkan secara tepat. 1Produsen juga hendaknya 

memberi  informasi mengenai nilai D, metode 

penentuan nilai D, jumlah mikroba dan stabilitas 

ketahanan indikator biologik sebelum waktu kedaluwarsa 

yang tertera pada etiket. Kondisi penyimpanan yang 

optimum hendaknya ditetapkan oleh produsen, termasuk 

suhu, kelembaban relatif dan persyaratan lainnya untuk 

penyimpanan terkendali. Data yang diperoleh dari 

berbagai uji kinerja yang diperlukan hendaknya ditulis 

dalam sisipan kemasan atau pada etiket kemasan 

indikator biologik. Produsen hendaknya memberi  

petunjuk pemakaian , termasuk media dan kondisi yang 

dipakai  untuk pemulihan mikroba sesudah