Jumat, 06 Desember 2024

farmakope 128

  


diencerkan atau dicampur dengan sistem yang 

mengandung air. Literatur teknis yang berkaitan dan 

pengetiketan sebaiknya didiskusikan secara rutin, dan 

sebaiknya memakai  literatur mutakhir sebab  

sewaktu-waktu formula dapat diganti oleh pabrik. Jika 

kombinasi khusus dipakai  secara umum, dianjurkan 

untuk konsultasi dengan pabrik. sebab  stabilitas kimia 

campuran yang dibuat segar tidak diketahui, pemakaian  

kombinasi seperti ini tidak dianjurkan; jika campuran 

ini  memiliki  masalah inkompatibilitas, Apoteker 

harus bertanggung jawab. Sediaan antibiotik oral yang 

dibuat dari serbuk menjadi bentuk cairan tidak boleh 

dicampur dengan produk lainnya. 

    Kombinasi produk parenteral memerlukan 

penanganan khusus, terutama untuk larutan intravena, 

sebab  cara pemberiannya. Tempat pembuatan 

- 1649 -

 

 

 

 

 

 

memerlukan perhatian besar, teknik aseptik, 

pertimbangan dan ketekunan. sebab  masalah yang 

mungkin tidak terlihat terjadi berkaitan dengan sterilitas 

dan stabilitas kimia, semua sediaan parenteral sebaiknya 

dipakai  dalam waktu 24 jam kecuali ada  data yang 

dapat menunjang penyimpanan yang lebih lama. 

 

    Informasi dan pengetahuan pada pasien Sebagai 

langkah akhir dalam memenuhi tanggung jawab terhadap 

kestabilan obat yang diberikan, Apoteker berkewajiban 

memberi informasi kepada pasien mengenai kondisi 

penyimpanan yang benar (Contoh: dalam tempat yang 

dingin dan kering, bukan dalam kamar mandi), baik untuk 

obat dengan resep atau tanpa resep dokter dan 

memberi  perkiraan waktu kapan obat harus dibuang. 

Jika ada  tanggal kedaluwarsa, Apoteker harus 

menekankan pada pasien bahwa tanggal ini hanya berlaku 

jika disimpan dengan cara yang benar. Pasien dianjurkan 

untuk membersihkan lemari penyimpanan obatnya secara 

berkala. 

 

 

PRAKTEK LABORATORIUM 

MIKROBIOLOGI YANG BAIK <1352> 

 

PENDAHULUAN 

 

    Praktek laboratorium yang baik pada laboratorium 

mikrobiologi terdiri dari aktivitas yang bergantung pada 

beberapa prinsip yaitu teknik aseptik, kontrol media, 

kontrol galur uji, kontrol peralatan, pencatatan dan 

evaluasi data yang teratur dan pelatihan staf laboratorium. 

sebab  variabilitas data mikrobiologi, reliabilitas dan 

reprodusibilitas bergantung pada pemakaian  metode 

yang diterima dan kepatuhan terhadap praktek 

laboratorium yang baik.  

 

PERSIAPAN DAN KONTROL KUALITAS MEDIA 

 

Persiapan Media 

 

    Media kultur yaitu  dasar untuk sebagian besar uji 

mikrobiologi. Oleh sebab  itu, pemeliharaan kualitas media 

merupakan faktor penting untuk keberhasilan laboratorium 

mikrobiologi. Persiapan media, penyimpanan yang benar, 

dan uji kontrol kualitas dapat menjamin konsistensi 

persediaan dari  media berkualitas tinggi.  

    Hal ini penting untuk pemilihan media yang benar atau 

komponen dalam pembuatan media, berdasarkan pada 

sumber atau referensi yang dapat diterima untuk formula. 

Formula dan petunjuk persiapan media dari produsen, 

secara rutin menyertai media kering dan media siap 

pakai. sebab  perbedaan jenis media mungkin ada  

perbedaan persyaratan persiapan (misal pemanasan, zat 

tambahan, dan  pengukuran pH), petunjuk ini penting 

diikuti untuk menjamin persiapan kualitas media yang 

dapat diterima. Sertifikat analisa  yang menerangkan 

batas tanggal kedaluarsa dan merekomendasikan kondisi 

penyimpanan, menyertai media siap pakai seperti halnya 

kontrol kualitas organisme yang dipakai  dalam uji 

fertilitas dan selektivitas media. 

    Air yaitu  pelarut umum untuk media mikrobiologi. 

Air murni sering dipakai , untuk persiapan media, 

namun  dalam masalah  tertentu mungkin cukup memakai  

air deionisasi atau air destilasi. Volume air yang 

dipakai  hendaknya dicatat. 

    Persiapan media yang konsisten memerlukan 

penimbangan yang akurat dari media kering atau unsur 

utama media. Untuk ramuan media hendaknya dipakai  

timbangan yang dikalibrasi dengan rentang  penimbangan 

berat yang sesuai. Hendaknya dipakai  wadah 

penimbangan dan peralatan yang bersih (contoh spatula) 

untuk mencegah bahan asing yang mungkin mengubah 

komposisi akhir media dari ramuan awal. Berat 

komponen hendaknya dicatat. 

    Media kering hendaknya dilarutkan dalam air sebelum 

dibagikan dan sterilisasi. Jika pemanasan dibutuhkan 

untuk membantu melarutkan media, hendaknya 

diperhatikan untuk tidak terlalu panas pada semua media 

kultur, pemanasan tidak terlalu lama atau terlalu singkat 

untuk media yang sensitif terhadap panas. Perlengkapan 

yang dipakai  untuk persiapan media hendaknya sesuai 

dan memungkinkan untuk pengontrolan panas, 

pengocokan yang konstan dan pencampuran media. 

Penghitaman warna media (Reaksi tipe Milliard atau 

pencokelatan non enzimatik) menampilkan  indikasi 

umum pemanasan yang berlebih bila diperlukan 

penambahan suplemen ke dalam media, maka sesudah  

penambahan suplemen hendaknya dilakukan 

pencampuran yang memadai. 

    Persiapan media dalam alat gelas yang kurang dapat 

menyebabkan masuknya zat penghambat ke dalam media. 

Zat penghambat dapat berasal dari residu deterjen saat 

alat gelas dibersihkan atau dari bahan yang dipakai  

dalam alat gelas ini  sebelumnya. Pastikan bahwa 

proses pembersihan alat gelas telah menghilangkan 

pengotor dan bahan asing dan lalu  deterjen yang 

dipakai  dibilas dengan air destilasi Lihat Pencucian 

Peralatan Kaca sebagai petunjuk tambahan. 

    Sterilisasi media hendaknya dilakukan dengan 

parameter yang disediakan oleh produsen atau divalidasi 

oleh Pemakai . Media siap-pakai komersial hendaknya 

menyediakan manuscript tasi metode sterilisasi yang 

dipakai . Idealnya produsen menyediakan Jaminan 

Tingkat Sterilitas (JTS) dari media, terhadap indikator 

biologi yang diakui. pemakaian  otoklaf dengan 

pemanasan basah merupakan teknik sterilisasi yang lebih 

dipilih, kecuali misal jika diperlukan pendidihan, untuk 

menghindari kerusakan komponen media yang tidak 

tahan panas. Sterilisasi dengan penyaringan mungkin juga 

lebih sesuai untuk beberapa formula. 

    Efek metode sterilisasi dan kondisi media hendaknya 

divalidasi dengan uji sterilitas dan uji fertilitas media. 

Sebagai tambahan, jika sterilisasi dengan panas basah, 

kinerja otoklaf hendaknya divalidasi untuk menjamin 

ketepatan distribusi panas untuk beban atau volume  yang 

dipilih. Secara khusus produsen merekomendasikan 

pemakaian  kinerja otoklaf pada suhu 121°C selama     

15 menit memakai  otoklaf yang tervalidasi . Kondisi 

- 1650 -

 

 

 

 

 

 

ini diterapkan untuk waktu dan suhu media. Selama 

susunan beban dalam otoklaf akan mempengaruhi 

kecepatan pemanasan, maka diperlukan kinerja yang 

lebih lama untuk beban yang lebih besar. 

    Meskipun demikian waktu untuk sterilisasi akan 

tergantung pada volume media dan beban otoklaf. Kinerja 

sterilisasi otoklaf yang lambat untuk meningkatkan suhu 

mungkin akan menghasilkan pemanasan yang berlebih 

untuk media. Oleh sebab  itu validasi kinerja sterilisasi  

harus diperhatikan untuk memberi JTS minimal yang 

dipersyaratkan, keseimbangan kebutuhan media steril 

terhadap kecenderungan  media mengalami degradasi di 

bawah kondisi pemanasan yang berlebihan. Penyimpanan 

media dalam otoklaf sesudah  siklus pencairan lengkap 

tidak direkomendasikan sesudah  pendinginan, sebab  akan 

merusak media. Pemanasan atau kondisi sterilisasi yang 

tidak cukup akan menghasilkan perbedaan perubahan 

warna, kurang jernih, perubahan kepadatan atau 

penyimpangan dari pH rentang yang direkomendasikan 

oleh produsen.  

    pH tiap bets media hendaknya di konfirmasi sesudah  

didinginkan pada suhu ruangan (250) dengan mengambil 

sebagian sampel secara aseptik untuk pengujian. “Probe” 

pH yang datar direkomendasikan untuk permukaan agar 

dan “probe” yang dicelup direkomendasikan untuk 

cairan. pH media hendaknya dalam kisaran  ±0,2 dari 

nilai yang ditunjukkan oleh produsen, kecuali rentang 

yang lebar dapat diterima oleh metode validasi. 

    Media yang telah disiapkan hendaknya diperiksa 

dengan mengamati lempeng dan tabung media terhadap: 

• Keretakan wadah atau  tutup 

• Pengisian wadah yang tidak mencukupi  

• Dehidrasi yang mengakibatkan retak atau cekungan 

pada permukaan media padat 

• Hemolisis 

• Penghitaman yang berlebihan atau perubahan warna 

• Pembentukan kristal dan kemungkinan pembekuan 

• Gelembung dengan jumlah yang berlebihan 

• Kontaminasi mikroba 

• Status indikator redoks (jika diperlukan ) 

• Pemeriksaan dan pencatatan nomor bets dan tanggal 

kedaluarsa.  

• Sterilitas media 

 

Penyimpanan Media 

 

    Perlu diperhitungkan dengan bijaksana bagaimana 

produsen atau suplier memindahkan dan menyimpan 

media sebelum didistribusi sampai ke Pemakai  akhir. 

Produsen media hendaknya memakai  kondisi 

transportasi dan penyimpanan yang dapat meminimalkan 

penurunan kelembaban, kontrol suhu, dan menyediakan 

perlindungan mekanik sampai  persiapan media.  

    Media hendaknya diberi label dengan bets  atau nomer 

lot, persiapan, dan tanggal kedaluarsa dan identifikasi 

media. Media hendaknya disimpan sesuai instruksi 

produsen. Media buatan sendiri hendaknya disimpan di 

bawah kondisi yang tervalidasi. Jangan menyimpan 

media agar  pada atau suhu di bawah 0° sebab  

pembekuan dapat merusak struktur gel. Lindungi 

penyimpanan media dari paparan cahaya dan suhu yang 

berlebihan. Sebelum disimpan lama, lempeng agar 

hendaknya ditempatkan dalam bungkusan atau wadah 

yang dapat mencegah menurunnya kelembaban.  

    Pelelehan kembali media padat dari wadah asli hanya 

boleh dilakukan sekali untuk menghindari penurunan 

kualitas media akibat pemanasan berlebihan atau mudah 

terkontaminasi. Pelelehan media direkomendasikan 

dilakukan dalam penangas air atau aliran uap air. 

pemakaian  oven “microwave” dan lempeng pemanas 

yaitu  umum, tapi hendaknya berhati-hati untuk 

menghindari kerusakan media sebab  terlalu panas dan 

untuk menghindari kemungkinan melukai personil 

laboratorium akibat pecahan gelas dan terbakar. Media 

agar cair dapat disimpan dalam penangas air yang 

termonitor pada suhu 45o - 50oC tidak lebih dari 8 jam. 

Hendaknya diperhatikan, saat menuangkan media dari 

wadah yang terendam dalam tangas air,  untuk mencegah 

tetesan air ke dalam media steril. Dianjurkan 

mengeringkan  bagian luar wadah sebelum menuangkan 

media.  

    Pembuangan media kultur yang dipakai  (misal 

media kedaluarsa) hendaknya mengikuti procedure  

keselamatan biohazard setempat.  

 

Uji Kontrol Kualitas 

 

    Sementara media pertumbuhan dapat dipersiapkan di 

laboratorium dari masing-masing komponennya, banyak 

laboratorium, untuk kemudahan pemakaian , 

memakai  media kering atau media jadi dalam bentuk 

lempeng atau wadah dari gelas. Produsen media berusaha 

menstandardisasi bahan baku dari sumber biologi, tapi 

terus menangani dengan konstan  perbedaan yang tidak 

dapat dihindari terhadap bahan baku yang berasal dari 

sumber alam, oleh sebab  itu variabilitas media dari  lot 

ke lot, harus dipertimbangkan. Kinerja media yang 

disiapkan laboratorium atau oleh produsen sangat 

bergantung pada persiapannya. Media yang disiapkan 

secara tidak sesuai, dapat menyebabkan kondisi 

pertumbuhan atau rekoveri mikroba yang tidak 

memuaskan dan hasil yang tidak sesuai kenyataan. 

    Uji kontrol kualitas harus dilakukan pada semua media 

yang disiapkan. Uji dilakukan secara teratur, untuk media 

yang dibuat sendiri yaitu  pH, uji fertilitas dan uji 

stabilitas secara periodik untuk menetapkan tanggal 

kedaluarsa.  

    Bila media mikrobiologi buatan sendiri sudah 

dipersiapkan dan disterilkan dengan baik memakai  

metode tervalidasi, uji fertilitas mungkin dibatasi untuk 

tiap lot media kering berikutnya, kecuali jika 

diinstruksikan lain oleh metode kompendial yang relevan 

relevan. Jika persiapan media tidak divalidasi, maka 

setiap bets media harus dilakukan uji fertilitas. Mikroba 

uji mungkin dapat dipilih dari bab uji kompendial yang 

tepat berdasarkan rekomendasi produsen media khusus 

atau mungkin termasuk isolat mikroba yang mewakili 

lingkungan.     

- 1651 -

 

 

 

 

 

 

    Tanggal kedaluarsa pada media hendaknya mendukung 

uji fertilitas  menampilkan  bahwa kinerja media masih 

memenuhi kriteria penerimaan sampai dengan tanggal 

kedaluarsa. Panjangnya waktu paruh dari bets media akan 

bergantung pada stabilitas komposisi dan formulasi di 

bawah kondisi khusus yang ditetapkan misalnya jenis 

wadah dan penutupan. 

    Ketika bets media tidak memenuhi persyaratan uji 

fertilitas, hendaknya mulai diinvestigasi untuk 

mengidentifikasi penyebabnya. Investigasi termasuk 

rencana tindakan perbaikan untuk mencegah masalah 

terulang kembali. Setiap lot yang tidak sesuai hendaknya 

tidak dipakai  jika penyebab pengalihan atau resolusi 

perbaikan relatif menunjang tidak adanya pertumbuhan,  

tidak dapat ditentukan. 

    Beberapa pereaksi yang dipakai  untuk tujuan 

diagnostik dapat untuk membantu mendukung 

identifikasi mikroba, misalnya pewarna Gram dan 

pereaksi uji oksidase. Pereaksi ini  mungkin 

memiliki sifat yang dapat diuji dengan pengendalian 

kualitas mirip dengan media mikrobiologi. Pilih 

mikroorganisme baku dengan kontrol kualitas yang 

benar, mengikuti petunjuk produsen dan lakukan uji 

pendahuluan terhadap uji diagnostik untuk sampel yang 

tidak diketahui. 

    Hendaknya ada perhatian khusus pada media yang 

dipakai  dalam studi monitoring lingkungan. Media 

yang dipakai  untuk monitoring lingkungan area kritis 

hendaknya dibungkus secara rangkap dan lalu  

disterilisasi. Jika sterilisasi akhir tidak dilakukan, maka 

media harus di pre-inkubasi dan 100 % diperiksa sebelum 

dipakai  dalam area kritis. Hal ini akan mencegah 

kontaminasi dari luar yang dibawa ke dalam lingkungan 

yang terkendali dan akan mencegah hasil positif palsu. 

Penambahan ketebalan agar untuk lempeng kontak 

permukaan hendaknya diverifikasi.  

 

PEMELIHARAAN BIAKAN MIKROBIOLOGI 

 

    Spesimen biologi dapat menjadi standar yang paling 

sulit untuk ditangani sebab  kelangsungan hidup dan 

karakteristiknya bergantung pada penanganan dan 

penyimpanan yang sesuai. Standardisasi penanganan dan 

penyimpanan kultur oleh laboratorium Pemakai  harus 

dilakukan untuk meminimalkan peluang kontaminasi atau 

perubahan karakteristik pertumbuhan. Perlakuan yang 

hati-hati dan konsisten pada biakan persediaan (“stock 

culture”) yaitu  faktor kritis penting untuk konsistensi 

hasil uji mikrobiologi. Biakan untuk pengujian 

kompendial hendaknya berasal dari koleksi biakan 

nasional. Biakan dapat diperoleh dalam bentuk beku, 

beku kering, agar miring, atau bentuk siap-pakai. 

Konfirmasi kemurnian dan identitas biakan hendaknya 

sudah dilakukan sebelum dipakai  dalam pengujian 

kontrol kualitas. Kultur siap-pakai mungkin memerlukan 

konfirmasi kemurnian, identitas dan konsentrasi 

inokulum. Konfirmasi identitas galur mikroba yang biasa 

dipakai  di laboratorium, hendaknya dilakukan pada 

tingkat analisa  genotip (sebagai contoh ”fingerprint’ 

DNA, sekuensing gen 16S rRNA, atau analisa  PCR 

memakai  probe tervalidasi yang sesuai). 

    Persiapan dan resusitasi biakan seharusnya mengikuti 

petunjuk pemasok atau metode yang dibuat dan telah 

divalidasi. Teknik Lot Benih direkomendasikan untuk 

penyimpanan biakan persediaan. Sampel asli dari koleksi 

biakan nasional ditumbuhkan  kembali pada media yang 

sesuai. Biakan persediaan dari pemindahan atau pasase 

pertama disuspensikan dalam media ’cryoprotective’, 

lalu  dialikuot ke dalam vial-vial, dan dibekukan 

pada -30° atau lebih rendah sampai dipakai . Jika di 

simpan pada suhu -70° atau dalam bentuk beku kering, 

galur mikroba mungkin dapat disimpan pada waktu yang 

tidak terbatas. Persediaan beku ini lalu  dapat 

dipakai  untuk inokulasi bulanan atau mingguan dan 

pembuatan biakan kerja (”working culture”). Sekali 

biakan persediaan beku dibuka, suspensi sel yang tidak 

dipakai  sesudah  pembiakan suspensi kerja, jangan 

dibekukan kembali. Bagian yang tidak terpakai harus 

dibuang untuk meminimalkan resiko penurunan  

viabilitas dan kontaminasi persediaan. 

    Jumlah pemindahan biakan kerja kontrol harus diikuti 

untuk mencegah subkultur yang berlebihan yang dapat 

meningkatkan resiko perubahan fenotip biakan. Satu 

”pasase” didefinisikan sebagai pemindahan mikroba dari 

biakan hidup ke media segar dengan pertumbuhan 

mikroorganisme. Setiap bentuk subkultur dianggap 

sebagai satu pasase/pemindahan. 

 

PEMELIHARAAN PERALATAN LABORATORIUM 

 

    Sebagian besar peralatan laboratorium (seperti 

inkubator, tangas air dan otoklaf) menjadi pokok praktek 

validasi baku untuk kualifikasi alat, kualifikasi 

operasional dan kualifikasi kinerja. Biasanya diperlukan 

tambahan kalibrasi secara periodik (biasanya  setiap 

tahun). Peralatan baru yang kritikal untuk pengoperasian 

laboratorium, hendaknya dikualifikasi menurut protokol 

yang disetujui oleh unit jaminan mutu. 

    Alat (pH meter dan spektrofotometer) yang dipakai  

di laboratorium mikrobiologi hendaknya di kalibrasi 

dengan jadwal teratur dan diuji untuk verifikasi kinerja 

secara rutin. Frekuensi kalibrasi dan verifikasi kinerja 

akan bervariasi bergantung pada tipe alat dan pentingnya 

peralatan untuk kelangsungan data di laboratorium. 

 

LAY - OUT DAN PENGOPERASIAN 

LABORATORIUM  

 

    ”Lay-out” dan rancangan laboratorium hendaknya 

disesuaikan dengan persyaratan praktek mikrobiologi 

yang baik dan keamanan laboratorium. Hal penting 

bahwa kontaminasi silang terhadap biakan mikroba 

sedapat mungkin diminimalkan dan juga penting bahwa 

sampel mikrobiologi di tangani dalam suatu lingkungan 

yang membuat pencemaran sangat tidak dimungkinkan.  

    Secara umum laboratorium hendaknya dibagi menjadi 

area bersih atau aseptik dan area biakan hidup. Area atau 

lingkungan dimana sampel  produk steril ditangani dan 

diinkubasi hendaknya dijaga benar-benar bebas dari 

- 1652 -

 

 

 

 

 

 

biakan hidup. Jika pemisahan area hidup dan bersih tidak 

dapat dicapai, maka hendaknya ada penghalang lain dan 

dilakukan praktek aseptik untuk mengurangi 

kemungkinan kontaminasi secara tidak sengaja.  

Penghalang ini  termasuk pakaian pelindung, 

sanitasi, dan procedure  disinfeksi dan pemakaian  

”Biological Safety Cabinet” (BSC) yang dirancang hanya 

untuk pekerjaan bersih dan aseptik. procedure  untuk 

penanganan tumpahan dan kecelakaan dengan biakan 

hidup harus tersedia, dan semua tenaga teknis yang 

relevan hendaknya dilatih mengenai metode ini. 

    Beberapa sampel yang menampilkan  adanya 

pertumbuhan mikroba selanjutnya memerlukan analisa  

laboratorium untuk mengidentifikasi kontaminasi. Bila 

dideteksi ada pertumbuhan, maka sampel harus segera 

diambil dari area bersih di laboratorium ke area biakan 

hidup tanpa penundaan. Subkultur, pewarnaan, 

identifikasi mikroba, atau investigasi operasional lain 

harus dilakukan di area biakan hidup dari laboratorium. 

Jika mungkin tiap sampel yang mengandung 

pertumbuhan koloni, hendaknya tidak dibuka pada area 

bersih laboratorium. Pemisahan secara hati-hati terhadap 

sampel dan bahan-bahan terkontaminasi akan mengurangi 

hasil positif palsu. 

    Staf yang ikut serta dalam aktifitas penanganan sampel 

hendaknya tidak masuk atau bekerja di area penanganan 

biakan hidup di laboratorium, kecuali dengan tindakan 

pencegahan, termasuk memakai baju pelindung, sarung 

tangan dan melakukan sanitasi tangan pada waktu keluar. 

Idealnya staf yang bertugas pada kegiatan sampling, 

terutama yang menunjang proses aseptik, hendaknya 

tidak bekerja di sekitar area biakan hidup di laboratorium. 

Juga seluruh sampel mikrobiologi hendaknya ditangani 

memakai  teknik aseptik, termasuk dalam menunjang 

produk tidak steril. Jika memungkinkan semua sampel 

mikrobiologi hendaknya ditangani di bawah kondisi 

aseptik penuh dalam area sampling khusus.  

    Penting untuk dipertimbangkan bahwa selalu ada 

kemungkinan kontaminasi mikroba pada sampel yang 

menyebabkan hasil positif palsu, kecuali tindakan 

pencegahan secara aseptik dilakukan dengan  hati-hati. 

Fasilitas harus dirancang sesampai  bahan baku dan 

sampling zat tambahan dapat dilakukan dalam kondisi 

terkontrol termasuk tepat ”gowning” dan pensterilan 

peralatan sampling yang tepat. Tidak selalu 

memungkinkan menampilkan  sistem sampling seperti 

sistem air, sepenuhnya di bawah kondisi aseptik, 

bagaimanapun jika sampel diambil tidak secara aseptik, 

reabilitasnya harus dikompromikan.      

  Metode sampling untuk lingkungan hendaknya 

memiliki  penanganan aseptik minimal untuk peralatan 

sampling dalam keadaan isi maupun kosong. Bila 

memungkinkan peralatan sampling disertai media 

rekoveri mikrobiologi pada lingkungan yang menjadi 

sampel. 

    Semua pengujian di laboratorium yang memakai  

procedure  pengujian kritikal, seperti uji sterilitas bentuk 

sediaan akhir, produk ruahan, kultur benih atau biakan sel 

yang dipakai  dalam produksi biologi, hendaknya 

dilakukan di bawah kondisi terkendali. Teknologi isolator 

juga sesuai untuk hal-hal kritis, dalam pengujian 

mikrobiologi yang steril. Isolator  telah terbukti memiliki 

tingkat pencemaran lingkungan lebih rendah dari pada 

ruangan bersih, dan biasanya  lebih sedikit menimbulkan 

hasil positif palsu. Validasi isolator secara tepat 

merupakan hal penting untuk menjamin baik integritas 

lingkungan maupun mencegah kemungkinan hasil negatif 

palsu sebagai akibat dari disinfeksi secara kimia terhadap 

bahan-bahan yang dipakai  dalam isolator.   

  

PELATIHAN PERSONIL 

 

    Setiap personil yang terlibat dalam pengujian produk 

farmasi hendaknya memiliki pendidikan, pelatihan, dan 

pengalaman untuk dapat melakukan pekerjaannya. 

Tuntutan uji mikrobiologi membutuhkan latar belakang 

pendidikan staf, penyelia, dan manajer di bidang 

mikrobiologi atau yang berhubungan dengan ilmu 

biologi. Mereka hendaknya mampu bertanggungjawab, 

dan memelihara keterampilan serta  pengalaman mereka.  

    procedure  pengoperasian dengan sistem koheren  

dibutuhkan untuk menjalankan laboratorium 

mikrobiologi. procedure  ini dapat membantu dua tujuan 

dalam program pelatihan. Pertama yaitu  adanya  

procedure  Operasional Baku (POB) yang menggambarkan 

metodologi yang harus diikuti seorang mikrobiologis 

untuk mendapatkan hasil akurat dan reprodusibel 

sesampai  dapat dijadikan dasar pelatihan. Kedua, dengan 

mengetahui jejak procedure  yang menampilkan  kemahiran 

mikrobiologis, nomer atau judul procedure  dapat 

membantu mengidentifikasi pelatihan spesifik apa yang 

telah diterima mikrobiologis untuk fungsi pekerjaannya. 

    Program pelatihan hendaknya ditetapkan  bagi setiap 

anggota staf laboratorium secara spesifik untuk fungsi 

pekerjaannya. Mereka hendaknya tidak melakukan uji 

mikrobiologi secara bebas sebelum dinyatakan memiliki 

kualifikasi untuk menjalankan uji  ini . Catatan dan 

penmanuscript tasian pelatihan mikrobiologis hendaknya 

dimutakhirkan dalam revisi POB khusus. 

    Penilaian kinerja secara berkala yaitu  modal yang 

baik dalam kualitas data. Uji kinerja ini harus dapat 

memberi  bukti kompetensi dalam kegiatan inti 

laboratorium mikrobiologi seperti kebersihan, pembuatan 

lempeng, teknik aseptik, manuscript tasi, dan lainya seperti 

yang disarankan oleh fungsi dari pekerjaan 

mikrobiologis. 

    Mikrobiologis dengan tanggung jawab pengawasan 

atau manajerial harus memiliki pendidikan yang sesuai 

dan pelatihan ”in-house” dalam keterampilan 

pengawasan, keamanan laboratorium, penjadwalan, 

investigasi laboratorium, teknik penulisan laporan, POB 

yang relevan, dan aspek penting lain dari pengelolaan 

laboratorium seperti yang disarankan dalam peran mereka 

untuk menjalankan fungsi laboratorium.  

 

manuscript TASI 

 

    manuscript tasi harus cukup menggambarkan bahwa uji 

dilakukan di laboratorium dan dengan metode terkendali. 

- 1653 -

 

 

 

 

 

 

Hal ini mencakup, namun tidak terbatas pada 

manuscript tasi berikut: 

 

• Pelatihan mikrobiologi dan verifikasi keahlian. 

• Validasi peralatan, kalibrasi, dan perawatan.  

• Kinerja peralatan selama pengujian (contoh catatan 

bagan 24 jam / 7 hari) 

• Penyiapan media, pemeriksaan sterilitas dan uji 

fertilitas dan selektivitas. 

• Inventarisasi dan pengujian kontrol media 

• Komponen penting dari pengujian yang dilakukan 

dalam procedure  khusus.  

• Data dan verifikasi perhitungan.   

• Laporan yang diperiksa oleh unit jaminan mutu  atau 

manager yang bertanggung jawab. 

• Investigasi data yang menyimpang (jika diperlukan). 

 

PEMELIHARAAN CATATAN LABORATORIUM 

 

    Pencatatan data dan studi yang tepat sangat penting 

bagi keberhasilan laboratorium mikrobiologi. Prinsip 

utama yaitu  bahwa pengujian harus dilakukan seperti 

yang tertulis dalam POB, POB hendaknya ditulis untuk 

mencerminkan bagaimana pengujian dilakukan yang 

sebenarnya dan buku catatan laboratorium harus memuat  

catatan semua hal penting secara rinci yang diperlukan 

untuk memastikan integritas data. Laporan tertulis 

laboratorium minimal mencakup hal berikut :  

 

• tanggal 

• bahan yang diuji 

• nama penguji 

• nomor procedure  

• manuscript  hasil uji 

• penyimpangan (jika ada) 

• parameter termanuscript  (peralatan, mikroba biakan 

persediaan dan media yang dipakai ) 

• tandatangan manajemen / pemeriksa kedua 

 

    Setiap bagian kritikal dari peralatan, harus dicatat di 

dalam laporan tertulis dan semua peralatan harus 

dikalibrasi dengan jadwal termanuscript tasi dalam POB dan 

catatan pemeliharaan. Bila diperlukan hendaknya tersedia 

”logbook” atau formulir yang mendukung buku catatan 

laboratorium. Suhu peralatan (penangas air, inkubator, 

otoklaf) harus dicatat dan mampu telusur. 

    Pengaturan POB dan revisi hendaknya dicatat secara 

jelas dalam laporan tertulis Perubahan dalam data harus 

dicoret dengan garis tunggal dan diparaf. Data asli tidak 

boleh dihapus atau ditutupi. 

    Hasil pengujian termasuk angka lempeng asli, 

seharusnya memungkinkan dipakai  pemeriksa untuk 

menghitung kembali perolehan hasil uji akhir. Metode 

untuk analisa  data harus disebutkan rinci dalam POB. 

    Semua catatan laboratorium harus diarsipkan dan 

dilindungi terhadap risiko bencana. Catatan penyimpanan 

yang formal dan program pengambilannya harus berada 

pada tempatnya. 

 

INTERPRETASI HASIL PENGUJIAN 

 

    Hasil pengujian mikrobiologi analitik dapat sulit 

diinterpretasikan untuk beberapa alasan penting :           

(1) Mikroba ada dimana-mana di alam dan biasanya  

pencemar lingkungan, terutama organisme yang 

berhubungan dengan manusia mendominasi berbagai 

jenis analisa  mikrobiologi; (2) Analis berpotensi untuk 

mengkontaminasi selama penanganan sampel atau proses 

di laboratorium; (3) Mikroba tidak mungkin tersebar 

merata dalam  sampel atau lingkungan dan (4) Pengujian 

mikrobiologi menjadi sasaran hasil yang sangat 

bervariasi. Oleh sebab  itu perbedaan kecil dari hasil 

yang diinginkan mungkin tidak akan bermakna. 

    sebab  karekteristik analisa  mikrobiologi ini , 

studi laboratorium harus dilakukan dengan hati-hati untuk 

menghindari kontaminasi dari luar seperti diskusi 

sebelumnya pada bab ini. Sama pentingnya, hasil harus 

diinterpretasikan dari pertimbangan perspektif 

mikrobiologi yang luas, tidak hanya dugaan kontaminan 

alami, namun  kemungkinan yaitu  organisme yang 

bertahan hidup dalam komposisi produk farmasi, zat 

tambahan atau lingkungan pengujian. Sebagai tambahan, 

karakteristik pertumbuhan mikroba hendaknya 

dipertimbangkan (khususnya untuk pertanyaan tentang 

pertumbuhan jamur filamentous dalam media cair). 

    Ketika hasil yang diamati tidak sesuai dengan 

monografi kompendial, atau target kuantitatif yang 

diinginkan, maka diperlukan investigasi untuk 

menemukannya. Ada dua alasan jelas untuk pengamatan 

kontaminasi mikroba yang tidak memenuhi target atau 

persyaratan : 1). Mungkin ada kesalahan laboratorium 

atau kondisi lingkungan laboratorium yang 

mengakibatkan hasil yang tidak valid, atau produk 

mengandung kontaminasi atau jenis kontaminan spesifik 

di luar tingkat atau batas  yang ditetapkan atau terbatas. 

Dalam masalah  ini, manajemen laboratorium dan pada 

kebanyakan masalah , manajemen umum harus segera 

diberitahu. 

    Evaluasi secara lengkap dan komprehensif tentang 

situasi di sekitar hasil, hendaknya dilakukan. Semua 

kondisi mikrobiologi atau faktor yang dapat 

mempengaruhi kondisi yang diamati harus benar-benar 

dipertimbangkan, termasuk besarnya penyimpangan 

dibandingkan dengan batas atau tingkat yang telah 

ditetapkan. Hal ini sangat penting untuk diketahui apakah 

temuan bermakna secara statistik mengingat variabilitas 

pengujian.  

    Lingkungan laboratorium, kondisi perlindungan di 

tempat sampling,  riwayat temuan mengenai bahan yang 

diuji, dan sifat alami bahan, terutama yang berkaitan 

dengan kelangsungan hidup atau proliferasi mikroba yang 

berhubungan dengan materi, hendaknya dipertimbangkan 

dalam investigasi. Sebagai tambahan, wawancara dengan 

analis laboratorium mungkin dapat memberi  

informasi  sehubungan dengan pelaksanaan pengujian 

yang sebenarnya akan berguna dalam menentukan 

realibilitas hasil dan tindakan program pelatihan yang 

tepat. Jika kegiatan  laboratorium teridentifikasi sebagai 

penyebab hasil uji tidak sesuai, maka harus dilakukan 

- 1654 -

 

 

 

 

 

 

rencana tindakan perbaikan untuk menyelesaikan 

masalah. sesudah  persetujuan dan pelaksanaan rencana 

tindakan perbaikan, situasi hendaknya dipantau secara 

hati-hati dan ditentukan tindakan perbaikan yang 

memadai. 

    Jika hasil pengujian tidak valid berdasarkan pada 

temuan kesalahan yang timbul, tindakan perbaikan harus 

dimanuscript tasikan. Laboratorium juga hendaknya telah 

memiliki  procedure  untuk uji  konfirmasi (uji ulang) dan 

jika perlu, sampling kembali jika  peraturan khusus 

dari regulator atau  panduan kompendial tidak mengatur 

pelaksanaan uji investigasi.  

 

 

procedure  DISOLUSI : PENGEMBANGAN 

DAN VALIDASI <1353> 

 

UMUM 

 

procedure  disolusi memerlukan suatu alat, media 

disolusi dan kondisi uji yang memberi  metode 

diskriminatif (mampu membedakan), sesuai ketegaran 

dan keberulangannya untuk dilakukan penetapan dari hari 

ke hari dan mampu dilakukan antar laboratorium. 

Kriteria penerimaan harus dapat mewakili beberapa 

bets dengan komposisi nominal yang sama dan proses 

pembuatannya, termasuk bets yang dipakai  dalam 

penelitian dan mewakili kinerja dalam studi stabilitas. 

procedure  harus mampu membedakan dengan tepat 

perubahan bermakna dalam komposisi atau proses 

pembuatan yang mungkin dapat mempengaruhi kinerja 

in-vivo. Mungkin juga procedure  menampilkan  perbedaan 

antar bets ketika tidak ada perbedaan bermakna yang 

diamati dalam in vivo. Situasi ini memerlukan evaluasi 

saksama apakah procedure  terlalu sensitif atau memang 

mampu membedakan dengan tepat. Menilai hasil dari 

beberapa bets yang memperlihatkan variabilitas khas 

dalam parameter komposisi dan pembuatan, dapat 

membantu dalam evaluasi ini. Kadang-kadang merupakan 

hal yang berharga, untuk secara sengaja membuat variasi 

parameter pembuatan, seperti lubrikasi, waktu 

pencampuran, gaya tekan, atau parameter pengeringan, 

untuk lebih lanjut mencirikan kemampuan pembedaan 

dari procedure . 

    Dengan mempertimbangkan stabilitas, uji disolusi 

harus menampilkan  perubahan yang sesuai terhadap 

sediaan obat dari waktu ke waktu yang disebabkan oleh 

suhu, kelembaban, fotosensitivitas dan tekanan lainnya.  

Suatu uji yang dirancang dengan baik, harus 

memberi  data yang tidak terlalu bervariasi dan tidak 

dikaitkan dengan masalah stabilitas yang bermakna dari 

larutan analitik. Variabilitas yang tinggi dari hasil uji, 

menyebabkan sukar untuk melakukan identifikasi 

kecenderungan atau efek dari perubahan formulasi. Hasil 

disolusi dapat sangat bervariasi jika simpangan baku 

relatif (SBR) lebih besar dari 20% pada titik waktu tidak 

lebih dari 10 menit atau kurang dan (SBR) lebih besar 

10% pada titik waktu selanjutnya. Namun, kebanyakan 

hasil disolusi menampilkan  variabilitas yang kurang dari 

nilai ini  diatas. Sumber variabilitas harus 

diinvestigasi dan harus dilakukan usaha untuk 

mengurangi variabilitas, bila memungkinkan. Dua 

penyebab yang paling mungkin yaitu  formulasi (contoh: 

zat aktif, zat tambahan, atau proses pembuatan) dan 

peralatan yang berhubungan dengan procedure  uji (contoh: 

pengerucutan (”coning”), tablet melekat pada dinding 

labu disolusi atau kawat keranjang). Pengamatan visual 

sering berguna untuk memahami sumber variabilitas dan 

apakah uji disolusi itu sendiri berkontribusi terhadap 

variabilitas. Hasil yang menyimpang dapat terjadi, setiap 

kali kandungan sediaan tidak bebas terdispersi di seluruh 

labu secara seragam. Tergantung pada masalahnya, 

biasanya dilakukan perbaikan termasuk mengganti tipe 

alat, kecepatan pengadukan atau awaudara; pertimbangan 

dan/atau pemeriksaan tipe singker; dan perubahan 

komposisi media. Modifikasi alat mungkin juga berguna 

dengan alasan yang tepat dan divalidasi. 

Banyak penyebab variabilitas dapat ditemukan dalam 

formulasi dan proses pembuatan. Sebagai contoh, 

keseragaman sediaan yang buruk, ketidakkonsistenan 

proses, reaksi yang terjadi pada kecepatan yang berbeda 

selama disolusi, interaksi zat tambahan atau 

interferensi/gangguan, salut film, penuaan cangkang 

kapsul, dan pengerasan atau pelunakan bentuk sediaan 

pada stabilitas dapat menjadi sumber variabilitas dan 

interferensi. Selama pengujian rutin produk, variabilitas 

diluar rentang yang diharapkan harus diinvestigasi dari 

sudut analisa , formulasi dan proses pembuatan. 

 

MEDIA 

 

    Data fisika dan kimia untuk bahan obat dan sediaan 

perlu ditentukan sebelum memilih media disolusi. Dua 

kunci sifat obat yaitu  kelarutan dan tingkat stabilitas 

larutan obat sebagai fungsi dari nilai pH. Ketika memilih 

komposisi media, pengaruh dapar, nilai pH, dan surfaktan 

pada kelarutan dan stabilitas obat perlu dievaluasi. Sifat 

utama dari sediaan yang mempengaruhi disolusi, 

termasuk mekanisme pelepasan (segera, tunda, atau 

modifikasi) dan kecepatan disintegrasi yang dipengaruhi 

oleh kekerasan, friabilitas/kerapuhan, adanya bahan 

peningkat kelarutan, dan adanya zat tambahan lainnya. 

Pada biasanya , ketika mengembangkan procedure  

disolusi, tujuan utama yaitu  memperoleh kondisi 

tenggelam (”sink condition”) yang didefinisikan sebagai 

volume media minimal tiga kali yang diperlukan untuk 

membentuk suatu larutan jenuh bahan obat. Pada saat 

kondisi tenggelam sudah terbentuk, hasil disolusi akan 

mencerminkan sifat bentuk sediaan. Suatu media yang 

gagal membentuk kondisi tenggelam, mungkin dapat 

diterima jika terbukti lebih mampu menampilkan  

pembedaan atau memberi  alasan lain yang tepat. 

memakai  campuran pelarut organik-pelarut berair 

sebagai media disolusi tidak dianjurkan; akan namun  

media jenis ini dapat diterima dengan alasan yang tepat. 

Air murni sering dipakai  sebagai media disolusi, 

namun  tidak ideal sebab  beberapa alasan. Pertama, 

kualitas air dapat beragam tergantung pada sumber air, 

dan nilai pH air yang tidak dapat dikendalikan. Kedua, 

nilai pH dapat beragam dari hari ke hari dan dapat juga 

- 1655 -

 

 

 

 

 

 

berubah selama pengujian, tergantung zat aktif dan zat 

tambahan. Terlepas dari keterbatasan ini, air tidak mahal, 

siap tersedia, mudah dibuang, secara ekologi dapat 

diterima, dan sesuai untuk produk dengan kecepatan 

pelepasan yang tidak tergantung pada nilai pH media. 

Karakteristik disolusi dari formulasi oral harus 

dievaluasi dalam rentang pH fisiologis 1,2 - 6,8 (1,2 - 7,5 

untuk formulasi sediaan lepas modifikasi). Selama 

pengembangan metode, mengukur pH sebelum dan 

sesudah pengujian dapat berguna untuk mengetahui 

apakah pH berubah selama pengujian. Pemilihan kondisi 

metode yang paling tepat untuk pengujian rutin 

berdasarkan pada kapabilitas pembeda, ketegaran 

(”ruggeness”), stabilitas analit dalam media uji dan 

relevansi terhadap kinerja ”in vivo”, jika memungkinkan. 

Jenis media untuk disolusi dapat termasuk berikut 

(tidak terdaftar berdasarkan rekomendasi): asam klorida 

encer, dapar dalam rentang pH fisiologis 1,2 - 7,5; cairan 

lambung buatan atau cairan usus buatan (dengan atau 

tanpa enzim) air dan surfaktan (dengan atau tanpa asam 

atau dapar) seperti polisorbat 80, natrium lauril sulfat dan 

garam empedu. 

Molaritas dapar dan asam yang dipakai  dapat 

mempengaruhi efek melarutkan dan faktor ini mungkin 

dapat dievaluasi. 

Untuk senyawa dengan kelarutan tinggi dan 

permeabilitas tinggi, pemilihan media dan alat dapat 

berpengaruh. 

Untuk senyawa yang sangat buruk kelarutannya, 

larutan air mengandung persentase suatu surfaktan 

(contoh: natrium lauril sulfat, polisorbat, 

laurildimetilamin oksida) dapat dipakai  untuk 

menambah kelarutan obat. Kebutuhan surfaktan dan 

konsentrasi yang dipakai  dapat dibenarkan dengan 

menampilkan  profil pada beberapa konsentrasi yang 

berbeda. Surfaktan dapat dipakai  sebagai bahan 

pembasah atau untuk melarutkan bahan obat. 

 

Volume 

 

biasanya , untuk pengaduk keranjang dan dayung, 

volume media disolusi yaitu  500 - 1000 ml. Volume 

yang paling umum yaitu  900 ml. Volume dapat 

dinaikkan menjadi antara 2000 dan 4000 ml, 

memakai  labu yang lebih besar dan tergantung pada 

konsentrasi dan kondisi tenggelam dari obat; diharapkan 

ada alasan untuk procedure  ini. 

 

Awaudara 

 

Peran awaudara pada media harus ditentukan, sebab  

gelembung udara dapat mengganggu hasil uji, sebagai 

suatu penghalang untuk terjadi disolusi jika ada pada 

sediaan atau pada kawat keranjang. Selanjutnya, 

gelembung udara dapat menyebabkan partikel melekat 

pada alat dan dinding labu. Disamping itu, gelembung 

pada sediaan mungkin dapat meningkatkan daya apung, 

mengakibatkan meningkatnya laju disolusi atau 

menurunnya daerah permukaan yang tersedia sesampai  

menurunnya laju disolusi. Metode awaudara digambarkan 

pada catatan kaki pada procedure  seperti tertera dalam Uji 

Disolusi <1231>. Langkah-langkah ini  antara lain 

pemanasan media, penyaringan, dan menarik vakum 

untuk waktu singkat. Metode awaudara lainnya, tersedia 

dan secara rutin dipakai  di industri. Media yang 

mengandung surfaktan biasanya tidak diawaudarakan 

sebab  hasil proses awaudara memberi  reaksi 

penyabunan yang berlebihan. Untuk menentukan apakah 

diperlukan awaudara terhadap media, hasil dari sampel 

disolusi dengan dan tanpa dilakukan awaudara terhadap 

media, harus dibandingkan.  

  

Enzim 

 

pemakaian  enzim pada media disolusi diperbolehkan 

sesuai yang tertera pada Uji Disolusi <1231> ketika 

disolusi gagal sebagai akibat dari ”cross-linking” (silang 

antara) dengan kapsul gelatin dan produk salut gelatin. 

 

Korelasi in vitro - in vivo 

 

Media biorelevan yaitu  media yang memiliki 

beberapa  korelasi  terhadap kinerja sediaan secara in 

vivo. Pemilihan suatu media biorelevan berdasarkan pada 

(1) suatu pendekatan mekanik yang mempertimbangkan 

tempat absorpsi, jika diketahui, dan (2) apakah ”rate-

limiting step” dari absorpsi yaitu  disolusi atau 

permeabilitas senyawa. Dalam beberapa masalah , media 

biorelevan akan berbeda dari kondisi uji yang dipilih 

untuk pengujian yang ditetapkan dan juga titik waktu  

yang berbeda. Jika senyawa melarut cepat di lambung 

dan permeabilitas tinggi, maka waktu pengosongan 

lambung mungkin merupakan ”rate-limiting step” dari 

absorpsi. Dalam hal ini, uji disolusi seharusnya 

menampilkan  bahwa obat dilepaskan dengan cepat pada 

kondisi lambung (asam). Disamping itu, jika disolusi 

terjadi terutama pada saluran pencernaan (contoh: untuk 

yang larut buruk, asam lemah), rentang pH lebih tinggi 

(contoh: cairan usus buatan dengan pH 6,8) mungkin 

lebih sesuai. Pada kondisi makan dan berpuasa mungkin 

juga memiliki efek bermakna terhadap absorpsi atau 

kelarutan senyawa. Komposisi media untuk kondisi 

makan dan berpuasa dapat ditemukan pada literatur. 

Media ini menggambarkan perubahan pH, konsentrasi 

empedu dan osmolaritas sesudah  makan. Oleh sebab  itu 

ada  perbedaan komposisi dari media kompendial. 

Media ini  terutama dipakai  untuk menetapkan 

korelasi ”in vitro-in vivo” selama pengembangan 

formulasi dan untuk menilai efek potensial terhadap 

makanan dan tidak direncanakan untuk tujuan kontrol 

kualitas. Untuk tujuan kontrol kualitas, penggantian 

surfaktan dari alam (komponen empedu) dengan 

surfaktan buatan yang tepat, diperbolehkan dan 

dianjurkan sebab  mahalnya biaya bahan dari alam dan 

persiapan intensif dari media biorelevan. 

 

 

 

 

 

- 1656 -

 

 

 

 

 

 

ALAT/PENGADUK 

 

Alat 

 

Pemilihan alat berdasarkan pada pengetahuan 

rancangan formulasi dan praktek aspek kinerja bentuk 

sediaan pada sistem uji ”in vitro”. Untuk bentuk sediaan 

padat oral, alat tipe 1 dan tipe 2 yang paling sering 

dipakai . 

Ketika alat tipe 1 atau tipe 2 tidak sesuai, alat lain 

mungkin dapat dipakai . Alat tipe 3 (”Reciprocating 

Cylinder”) sudah dipakai  untuk bentuk sediaan ”bead-

type modified-release”. Alat tipe 4 (”Flow-Through 

Cell”) dapat memberi  keuntungan untuk bentuk 

sediaan lepas-modifikasi yang mengandung bahan aktif 

dengan kelarutan terbatas. Disamping itu, alat tipe 3 atau 

tipe 4 memiliki kegunaan untuk kapsul gelatin lunak, 

”bead product”, supositoria atau obat dengan kelarutan 

rendah. Alat tipe 5 (Paddle over Disk) dan alat tipe 6 

(Rotating Cylinder) dipakai  untuk evaluasi dan uji dari 

bentuk sediaan transdermal. Alat tipe 7 (Reciprocating 

Holder) dipakai  untuk bentuk sediaan oral non 

disintegrasi lepas-modifikasi, seperti pada untuk bentuk 

sediaan transdermal. 

Beberapa perubahan dapat dibuat pada alat; contoh: 

ukuran mesh suatu keranjang dengan ukuran selain         

40 mesh (antara lain 10, 20, 80 mesh) dapat dipakai  

ketika kebutuhan ini  jelas dimanuscript tasikan oleh 

data pendukung. Jika teredia berbagai ukuran mesh yang 

dipersyaratkan FI, bahan keranjang dengan dimensi 

metrik terdekat harus dipakai . Perlu diperhatikan 

bahwa keranjang harus seragam dan memenuhi 

persyaratan dimensi, seperti tertera pada Uji Disolusi 

<1231>. Jika permukaan keranjang menjadi tersumbat 

selama disolusi formulasi kapsul atau tablet, dianjurkan 

untuk menukar dengan metode pengaduk dayung. 

Volume dapat ditingkatkan dari 900 - 1000 ml dengan 

memakai  labu 2000 - 4000 ml untuk membantu 

membentuk kondisi tenggelam pada obat dengan 

kelarutan rendah. 

Suatu alat nonkompendial memiliki beberapa kegunaan 

dengan pembenaran yang tepat, kualifikasi dan 

penmanuscript tasian yang lebih unggul di atas alat standar. 

Contoh, suatu alat volume kecil dengan pengaduk dayung 

dan keranjang berukuran kecil (mini), dapat 

dipertimbangkan untuk produk dengan kekuatan dosis 

rendah. Botol berputar atau tabung statik (tabung 

stasioner berjaket tertutup dengan jaket air dan dilengkapi 

dengan suatu pengaduk magnetik) juga memiliki 

kegunaan untuk mikrosfer dan implan, labu yang tinggi 

untuk menghilangkan pengerucutan (coning) dan 

modifikasi alat tipe 4 untuk bentuk sediaan khusus 

termasuk serbuk dan ”stents”. 

 

Singker 

 

Ketika singker dipakai , deskripsi singker harus 

diuraikan pada procedure  tertulis. Hal ini berguna untuk 

mengevaluasi perbedaan singker, mengenali bahwa 

singker dapat berpengaruh secara bermakna terhadap 

profil disolusi suatu sediaan. Ketika procedure  diganti, 

singker harus diduplikasi/ditiru sedekat mungkin dalam 

fasilitas berikutnya. ada  beberapa tipe singker yang 

tersedia di perdagangan. Metode untuk membuat sendiri 

singker memakai  tangan, singker yang mirip dengan 

’beberapa putaran berbentuk spiral dari kawat’ seperti 

yang diuraikan pada Alat tipe 2 (Alat Dayung) dalam Uji 

Disolusi <1231> digambarkan berikut ini. 

 

Bahan pakailah  kawat baja tahan karat 316 atau bahan 

iner lain, biasanya 0,032 inchi/20 gauge; dan silinder 

dengan diameter yang sesuai (antara lain gabus). Ukuran 

dapat dilihat pada tabel di bawah ini. 

  

Tipe cangkang 

kapsul 

Panjang 

kabel 

Ukuran 

diameter (cm) 

Nomor 

gabus 

#0, memanjang 12 0,8 4 

#1 dan #2 10 0,7 3 

#3 dan #4 8 0,55 2 

 

procedure  Potong kawat dengan panjang tertentu, 

gulung mengelilingi silinder dengan ukuran yang sesuai, 

dan pakailah  tang kecil untuk memelintirkan pada ujung 

kawat. Perhatikan ketika dipakai , sebab  ujung kawat  

mungkin  kasar dan perlu dihaluskan.  

Jika singker dibuat sendiri (memakai  tangan), 

bahan singker dan penyusunan petunjuk procedure  harus 

dimanuscript tasikan; jika memakai  singker yang 

dibeli, nomor tipe harus dicatat.  

 

Pengadukan 

 

Untuk formulasi kapsul atau tablet lepas segera, alat 

tipe 1 (keranjang) pada 100 rpm atau alat tipe 2 (dayung) 

pada 50 atau 75 rpm paling banyak dipakai . Kecepatan 

pengadukan dan alat lain dapat diterima dengan 

pembenaran yang tepat. 

Kecepatan di luar rentang 25 - 150 rpm biasanya tidak 

tepat sebab  ketidakkonsistensian hidrodinamik di bawah 

25 rpm dan sebab  turbulensi di atas 150 rpm. Kecepatan 

pengadukan antara 25 dan 50 rpm biasanya  dapat 

diterima untuk suspensi. Untuk bentuk sediaan yang 

menampilkan  pengerucutan (coning-mounding) dengan 

memakai  pengaduk dayung pada 50 rpm, 

pengerucutan (coning) dapat dikurangi dengan 

meningkatkan kecepatan dayung sampai 75 rpm, 

lalu  mengurangi bagian-bagian kecil yang terlepas 

dan memperbaiki data. Dengan pembenaran, 100 rpm 

mungkin dapat dipakai , terutama untuk sediaan lepas 

lambat. Penurunan atau peningkatan kecepatan 

perputaran alat dapat dibenarkan jika profil yang lebih 

baik dalam menggambarkan kinerja “in vivo” dan/atau 

hasil metode menghasilkan pembedaan yang lebih baik 

tanpa mempengaruhi keberulangan metode. 

Pemilihan pengadukan dan parameter lain untuk bentuk 

sediaan lepas-modifikasi mirip dengan sediaan lepas 

segera. Parameter ini  harus sesuai dengan 

persyaratan dan spesifikasi yang tertera pada Uji Disolusi 

<1231> ketika alat telah dikalibrasi dengan tepat. 

- 1657 -

 

 

 

 

 

 

 

RANCANGAN PENGUJIAN 

 

Titik Waktu 

 

Untuk bentuk sediaan lepas segera, lamanya procedure  

biasanya 30 - 60 menit. biasanya  spesifikasi satu titik 

waktu, cukup untuk persyaratan Farmakope. Konsep pada 

industri dan regulasi untuk kinerja dan kesesuaian produk  

mungkin memerlukan titik waktu tambahan yang juga 

mungkin diperlukan untuk pendaftaran atau persetujuan 

produk. beberapa  titik waktu yang memadai, harus 

dipilih untuk cukup membedakan tahap  naik dan tahap  plato 

dari kurva disolusi. Menurut sistem klasifikasi 

biofarmasi, obat sangat larut dan sangat permiabel 

diformulasi untuk produk yang melarut dengan cepat, 

tidak perlu memakai  perbandingan profil jika produk 

obat dapat menampilkan  pelepasan zat aktif obat tidak 

kurang dari 85% selama 15 menit. Untuk jenis produk ini, 

uji satu titik sudah cukup memadai. Bagaimanapun juga, 

kebanyakan produk tidak termasuk dalam kategori ini. 

Profil disolusi untuk produk lepas segera, biasanya 

menampilkan  suatu peningkatan bertahap mencapai 85% 

sampai 100% pada lebih kurang 30 - 45 menit. lalu  

titik waktu disolusi dalam rentang 15, 20, 30, 45 dan      

60 menit biasanya untuk kebanyakan produk lepas segera. 

Untuk produk yang melarut dengan cepat, termasuk 

suspensi, informasi yang berguna mungkin diperoleh dari 

titik-titik waktu sebelumnya, misalnya 5 - 10 menit. 

Untuk produk yang melarut lebih lambat, titik waktu 

lebih dari 60 menit dapat dipakai . Titik-titik waktu uji 

disolusi untuk uji pada kompendia, biasanya ditetapkan 

berdasarkan suatu evaluasi data profil disolusi. 

Titik waktu tak terbatas dapat berguna selama 

pengembangan penelitian. Untuk memperoleh waktu tak 

terbatas, kecepatan pengaduk dayung atau keranjang 

ditingkatkan pada akhir uji untuk periode berikutnya 

(biasanya 15 - 60 menit), sesudah  dilakukan uji dengan 

tambahan titik waktu. Meskipun tidak ada persyaratan 

untuk disolusi 100% pada profil disolusi, waktu tak 

terbatas dapat memberi  data yang dapat menambah 

keseragaman data dan memberi  informasi berguna 

tentang karakteristik formulasi selama awal 

pengembangan atau tentang ketidaktepatan metode. 

Untuk bentuk sediaan lepas lambat, minimal tiga titik 

waktu uji yang dipilih untuk mengkarakterisasi profil 

pelepasan obat secara ”in vitro” untuk memenuhi 

persyaratan farmakope. Penambahan titik waktu mungkin 

diperlukan untuk tujuan perizinan obat. Pada titik waktu 

awal, biasanya 1 - 2 jam, dipilih untuk menampilkan  

adanya kemungkinan kecil dosis terbuang. Pada titik 

waktu menengah, dipilih untuk menampilkan  profil 

pelepasan bentuk sediaan secara ”in vitro”, dan pada titik 

waktu akhir,  pada dasarnya menampilkan  pelepasan obat 

secara keseluruhan. Titik-titik waktu uji dan spesifikasi 

biasanya ditetapkan berdasarkan pada evaluasi data profil 

pelepasan obat. Untuk produk yang mengandung lebih 

dari satu bahan aktif, pelepasan obat ditentukan untuk 

masing-masing bahan aktif. 

 

Pengamatan 

 

Pengamatan visual, pencatatan disolusi dan disintegrasi 

produk sangat berguna sebab  pola disolusi dan 

disintegrasi dapat menjadi indikasi dari variabel dalam 

formulasi atau proses produksi. Untuk melakukan 

pengamatan visual, sangat penting adanya pencahayaan 

yang tepat pada isi labu (dengan pertimbangan ada 

tidaknya fotodegradasi) dan visibilitas dari tangas. 

Menmanuscript tasikan pengamatan dengan menggambar 

sketsa dan mengambil foto atau video dapat menjadi 

pelajaran dan berguna untuk personil yang tidak dapat 

mengamati saat dilakukan uji disolusi. Pengamatan 

terutama berguna selama pengembangan metode dan 

optimasi formulasi. Berikut contoh pengamatan khas, 

namun tidak terbatas pada di bawah ini: 

1. Tidak meratanya distribusi partikel pada labu. Hal ini 

dapat terjadi saat partikel melekat pada sisi labu, 

ketika ada pengerucutan (coning-mounding) secara 

langsung pada alat, saat partikel mengambang pada 

permukaan media, saat tablet salut selaput menempel 

pada labu, dan/atau saat terbentuk “mounds” di 

tengah-tengah. 

2. Gelembung udara dalam labu atau pada alat atau pada 

sediaan. Kilau pada alat juga merupakan tanda 

adanya gelembung udara. Pengamatan ini, biasanya 

akan dilakukan ketika menilai kebutuhan untuk 

awaudara media. 

3. Berputarnya sediaan atau sediaan terbentur pengaduk 

dayung. 

4. Adhesi partikel terhadap pengaduk dayung atau 

bagian dalam dari keranjang, yang mungkin dapat 

diamati pada pergerakan pengadukan pada akhir 

proses disolusi. 

5. “Pellicles” atau formasi yang analog seperti kantong 

transparan atau karet, mengembangnya massa 

disekitar isi kapsul. 

6. Adanya partikel besar atau potongan sediaan yang 

mengambang. 

7. Pengamatan kecepatan disintegrasi (contoh, 

persentase penurunan unit dosis dalam jangka waktu 

tertentu) 

8. Disintegrasi kompleks dari penyalutan yang 

dimodifikasi atau produk  salut enterik. Contoh : 

terbuka sebagian dan membelah terpisah (seperti kulit 

kerang) atau terbukanya cangkang secara tidak 

sempurna disertai dengan pelepasan gelembung udara 

dan zat tambahan. 

 

Sampling 

 

Manual Sampling secara manual memakai  siring 

dari plastik atau kaca, suatu kanula dari baja tahan karat 

yang biasanya melengkung untuk memungkinkan 

sampling pada labu, suatu penyaring dan/atau suatu 

pemegang penyaring. Posisi sampling harus disesuaikan 

dengan spesifikasi yang tertera pada Uji Disolusi <1231> 

 

Autosampling Sampling secara otomatis 

(autosampling) yaitu  alternatif lain sampling secara 

- 1658 -

 

 

 

 

 

 

manual yang berguna khususnya jika uji dilakukan pada 

beberapa titik waktu. namun  sebab  aturan pada 

laboratorium dalam menjalankan uji disolusi 

memakai  sampling manual, maka ”autosampling” 

memerlukan validasi terhadap sampling manual. 

Ada banyak merk ”autosamplers”, termasuk sistem 

semiotomatis dan otomatis penuh. Pemeriksaan kinerja 

yang dilakukan secara rutin, pembersihan dan perawatan 

seperti yang diuraikan pada procedure  operasional baku 

atau manuscript  metrologi merupakan hal-hal yang berguna 

untuk pemakaian yang dapat dipercaya dari alat ini. 

Beberapa alat dilengkapi dengan sampling melalui 

keranjang atau batang pengaduk dayung. Validasi yang 

tepat (antara lain menampilkan  kesetaraan terhadap hasil 

dengan procedure  sampling yang biasa dilakukan) 

mungkin diperlukan. 

Gangguan hidrodinamika labu oleh alat pengambil 

sampel harus dipertimbangkan dan dilakukan validasi 

yang memadai untuk memastikan bahwa alat tidak 

menyebabkan perubahan yang bermakna terhadap laju 

disolusi. 

Perbandingan procedure  manual dan otomatis harus 

dilakukan untuk mengevaluasi pergantian procedure . Hal 

ini dapat dicapai dengan membandingkan data dari dua 

procedure  sampling secara terpisah atau dalam beberapa 

masalah , sampling dengan ke dua cara ini  dilakukan 

pada labu yang sama. Hasil harus konsisten dengan 

persyaratan untuk presisi antara (diuraikan pada bagian 

Validasi) jika procedure  diganti. 

Aspek lain dari validasi proses otomatisasi, dapat 

mencakup sisa-sisa residu obat, pengaruh alat (sampling 

secara simultan yang disebutkan diatas tidak sesuai 

dengan masalah  ini), adsorpsi obat, dan siklus pembersihan 

dan/atau pembilasan. 

 

Penyaring 

 

Penyaringan sampel disolusi biasanya diperlukan untuk 

mencegah partikel obat yang tidak melarut, masuk ke 

dalam sampel analitik dan lalu  melarut. 

Penyaringan juga menghilangkan zat tambahan tidak larut 

yang mungkin menyebabkan latar belakang tinggi atau 

kekeruhan. Pembasahan awal dengan media terhadap 

penyaring mungkin diperlukan. 

Penyaring dapat sejalan atau pada akhir alat pengambil 

sampel atau keduanya. Porositas penyaring dapat berkisar 

antara 0,45 - 70 μm. Jenis penyaring yang biasa 

dipakai  yaitu  ”depth”, cakram, dan ”flow-through”. 

Jika gangguan zat tambahan tinggi, atau filtrat tampak 

berkabut, atau jika penyaring tersumbat, harus dievaluasi 

alternatif jenis penyaring atau porositas penyaring.  

Adsorpsi obat pada penyaring perlu dievaluasi. Jika 

adsorpsi obat terjadi, jumlah filtrat awal yang dibuang, 

mungkin perlu ditambah. Jika hasil masih tidak sesuai, 

dapat dicari suatu bahan penyaring alternatif. 

Validasi penyaring dapat dicapai dengan pembuatan 

larutan baku yang sesuai atau larutan sampel terdisolusi 

sempurna (antara lain, dibuat sebagai suatu sampel yang 

khas dalam suatu labu atau sampel dimasukkan ke dalam 

gelas piala dan diaduk dengan pengaduk magnetik selama 

1 jam). Untuk larutan baku, bandingkan hasil larutan 

yang disaring (sesudah  membuang volume awal yang 

sesuai) terhadap larutan yang tidak disaring. Untuk 

larutan sampel, bandingkan hasil larutan yang disaring 

(sesudah  membuang volume awal yang tepat) terhadap 

larutan yang disentrifus tanpa disaring. 

 

 

 

Sentrifugasi 

 

Sentrifugasi sampel tidak dipilih sebab  disolusi dapat 

berlanjut dan sebab  mungkin ada gradien konsentrasi 

pada beningan. Pengecualian untuk senyawa yang 

mengadsorbsi pada semua penyaring yang umum 

dipakai . 

 

Penetapan Kadar 

 

Penetapan kadar yang biasa dilakukan untuk sampel 

disolusi yaitu  penetapan secara spektrofotometri atau 

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Metode 

analisa  yang lebih disukai yaitu  penetapan secara 

spektrofotometri sebab  hasil dapat diperoleh lebih cepat, 

analisa  lebih sederhana, dan pelarut yang dipakai  

lebih sedikit. Metode KCKT dipakai  jika ada  

gangguan yang bermakna dari zat tambahan atau diantara 

obat pada formulasi untuk memperbaiki sensitivitas 

analitik dan/atau ketika analisa  dapat diotomatisasi. Hal 

ini mungkin berguna dalam memperoleh data untuk obat 

dengan penetapan kadar yang mengindikasikan stabilitas 

(misalnya kromatogram KCKT) dalam media terpilih, 

bahkan jika penetapan kadar didasarkan pada metode 

spektrofotometri.  

 

Validasi 

 

Topik validasi yang diuraikan pada bagian ini yaitu  

khas namun  tidak semua inklusif. Elemen validasi dapat 

beragam, tergantung pada tahap  pengembangan atau 

kegunaan yang dimaksudkan untuk data. Kriteria 

penerimaan  dinyatakan hanya sebagai pedoman dan 

dapat berbeda untuk beberapa produk. Perusahaan 

seharusnya menmanuscript tasikan kriteria penerimaan 

untuk produknya dalam procedure  operasional baku. 

Pertimbangan lain mungkin penting untuk bentuk sediaan 

khusus. Tingkat validasi tergantung pada tahap  

pengembangan produk. Validasi lengkap dilaksanakan 

pada waktu dilakukan studi klinik tahap  III. Studi validasi 

harus menampilkan  variasi yang berhubungan dengan 

profil titik waktu yang berbeda. Untuk produk yang 

mengandung lebih dari satu bahan aktif obat, metode 

disolusi harus divalidasi untuk masing-masing bahan 

aktif. 

 

Spesifisitas/Gangguan Plasebo 

 

Sangat penting untuk menampilkan  bahwa hasil tidak 

semestinya dipengaruhi oleh komponen plasebo, zat aktif 

obat lain, atau degradasinya. 


 

 

Plasebo terdiri dari semua zat tambahan dan penyalut 

(juga termasuk zat warna, singker, dan cangkang kapsul 

yang sesuai) tanpa bahan aktif. Gangguan plasebo dapat 

ditetapkan dengan menimbang sampel campuran plasebo 

dan melarutkan atau mendispersikan ke dalam media 

disolusi pada konsentrasi yang diketahui selama uji. 

Diharapkan uji ini dilakukan pada suhu 37°, bandingkan 

dengan baku 100% dengan rumus: 

 

L

V

A

AC

S

P100  

 

C yaitu  kadar baku dalam mg per ml; AP dan AS berturut-

turut yaitu  serapan plasebo dan baku; V yaitu  volume 

media dalam ml; dan L yaitu  jumlah bahan aktif dalam 

mg yang tertera pada etiket. Gangguan tidak lebih dari 

2%. 

    Catatan Untuk produk lepas-lambat, plasebo dari 

bentuk sediaan akhir mungkin lebih tepat dipakai  dari 

pada campuran, sebab  formulasi plasebo ini akan 

melepaskan beragam zat tambahan yang lebih 

menunjukan produk daripada campuran sederhana dari 

zat tambahan. Pada masalah  ini, akan tepat jika 

mengevaluasi gangguan potensial pada beberapa titik 

sampling dalam profil pelepasan.] 

Jika gangguan plasebo lebih dari 2%, maka modifikasi 

metode seperti: (1) pemilihan panjang gelombang lain;  

(2) pengurangan garis dasar memakai  panjang 

gelombang yang lebih panjang; atau (3) memakai  

KCKT,  mungkin diperlukan untuk mencegah gangguan. 

Jika ada zat aktif obat lain atau degradasinya yang 

bermakna, perlu ditunjukkan bahwa hal ini  tidak 

mempengaruhi hasil secara bermakna. procedure  untuk 

melakukan hal ini yaitu  mengukur matrik dengan atau 

tanpa zat aktif obat lain atau degradasinya: gangguan 

tidak lebih dari 2%.  

 

Linearitas dan Rentang 

 

Linearitas dan rentang ditetapkan dengan  membuat 

larutan obat, pada rentang kadar di bawah kadar terendah 

yang diharapkan sampai  di atas kadar tertinggi selama 

pelepasan. Hal ini dapat dilakukan bersamaan dengan 

penetapan akurasi/perolehan kembali. Skema dapat 

diubah jika berbeda ukuran “flow-cell” atau volume 

penyuntikan yang dipakai . 

Jika memungkinkan, larutan dibuat dari satu larutan 

persediaan yang umum. Untuk kadar tertinggi, penetapan 

tidak boleh melebihi batas linieritas alat. 

Pelarut organik dapat dipakai  untuk meningkatkan 

kelarutan obat pada pembuatan larutan baku; akan namun  

tidak lebih dari 5% (v/v) pelarut organik dalam larutan 

akhir yang seharusnya dipakai , kecuali dilakukan 

validasi. 

Linearitas dapat dihitung memakai  program 

”least-squares regression” yang sesuai. Koefisien 

korelasi kuadrat (r2  0,98) menampilkan  linearitas, 

kemiringan harus tidak berbeda secara bermakna dari nol. 

 

Akurasi / Perolehan kembali 

 

Akurasi/perolehan kembali ditetapkan dengan membuat 

berbagai sampel yang mengandung obat dan kandungan 

lain yang ada dalam bentuk sediaan (antara lain zat 

tambahan, bahan penyalut, cangkang kapsul) pada 

rentang kadar di bawah kadar terendah yang diharapkan 

sampai  di atas kadar tertinggi selama pelepasan.  

Pada obat dengan kelarutan rendah, akurasi/perolehan 

kembali sebaiknya dilakukan dengan membuat larutan 

persediaan, dengan melarutkan bahan obat dalam sedikit 

pelarut organik (tidak lebih dari 5%) dan mengencerkan 

dengan media disolusi sampai kadar akhir. beberapa  

larutan persediaan yang setara dengan jumlah zat aktif 

yang tertera pada etiket dapat ditambahkan ke dalam labu 

menggantikan serbuk obat. Dengan cara yang sama, 

untuk obat dengan kekuatan sangat rendah, leb