diencerkan atau dicampur dengan sistem yang
mengandung air. Literatur teknis yang berkaitan dan
pengetiketan sebaiknya didiskusikan secara rutin, dan
sebaiknya memakai literatur mutakhir sebab
sewaktu-waktu formula dapat diganti oleh pabrik. Jika
kombinasi khusus dipakai secara umum, dianjurkan
untuk konsultasi dengan pabrik. sebab stabilitas kimia
campuran yang dibuat segar tidak diketahui, pemakaian
kombinasi seperti ini tidak dianjurkan; jika campuran
ini memiliki masalah inkompatibilitas, Apoteker
harus bertanggung jawab. Sediaan antibiotik oral yang
dibuat dari serbuk menjadi bentuk cairan tidak boleh
dicampur dengan produk lainnya.
Kombinasi produk parenteral memerlukan
penanganan khusus, terutama untuk larutan intravena,
sebab cara pemberiannya. Tempat pembuatan
- 1649 -
memerlukan perhatian besar, teknik aseptik,
pertimbangan dan ketekunan. sebab masalah yang
mungkin tidak terlihat terjadi berkaitan dengan sterilitas
dan stabilitas kimia, semua sediaan parenteral sebaiknya
dipakai dalam waktu 24 jam kecuali ada data yang
dapat menunjang penyimpanan yang lebih lama.
Informasi dan pengetahuan pada pasien Sebagai
langkah akhir dalam memenuhi tanggung jawab terhadap
kestabilan obat yang diberikan, Apoteker berkewajiban
memberi informasi kepada pasien mengenai kondisi
penyimpanan yang benar (Contoh: dalam tempat yang
dingin dan kering, bukan dalam kamar mandi), baik untuk
obat dengan resep atau tanpa resep dokter dan
memberi perkiraan waktu kapan obat harus dibuang.
Jika ada tanggal kedaluwarsa, Apoteker harus
menekankan pada pasien bahwa tanggal ini hanya berlaku
jika disimpan dengan cara yang benar. Pasien dianjurkan
untuk membersihkan lemari penyimpanan obatnya secara
berkala.
PRAKTEK LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI YANG BAIK <1352>
PENDAHULUAN
Praktek laboratorium yang baik pada laboratorium
mikrobiologi terdiri dari aktivitas yang bergantung pada
beberapa prinsip yaitu teknik aseptik, kontrol media,
kontrol galur uji, kontrol peralatan, pencatatan dan
evaluasi data yang teratur dan pelatihan staf laboratorium.
sebab variabilitas data mikrobiologi, reliabilitas dan
reprodusibilitas bergantung pada pemakaian metode
yang diterima dan kepatuhan terhadap praktek
laboratorium yang baik.
PERSIAPAN DAN KONTROL KUALITAS MEDIA
Persiapan Media
Media kultur yaitu dasar untuk sebagian besar uji
mikrobiologi. Oleh sebab itu, pemeliharaan kualitas media
merupakan faktor penting untuk keberhasilan laboratorium
mikrobiologi. Persiapan media, penyimpanan yang benar,
dan uji kontrol kualitas dapat menjamin konsistensi
persediaan dari media berkualitas tinggi.
Hal ini penting untuk pemilihan media yang benar atau
komponen dalam pembuatan media, berdasarkan pada
sumber atau referensi yang dapat diterima untuk formula.
Formula dan petunjuk persiapan media dari produsen,
secara rutin menyertai media kering dan media siap
pakai. sebab perbedaan jenis media mungkin ada
perbedaan persyaratan persiapan (misal pemanasan, zat
tambahan, dan pengukuran pH), petunjuk ini penting
diikuti untuk menjamin persiapan kualitas media yang
dapat diterima. Sertifikat analisa yang menerangkan
batas tanggal kedaluarsa dan merekomendasikan kondisi
penyimpanan, menyertai media siap pakai seperti halnya
kontrol kualitas organisme yang dipakai dalam uji
fertilitas dan selektivitas media.
Air yaitu pelarut umum untuk media mikrobiologi.
Air murni sering dipakai , untuk persiapan media,
namun dalam masalah tertentu mungkin cukup memakai
air deionisasi atau air destilasi. Volume air yang
dipakai hendaknya dicatat.
Persiapan media yang konsisten memerlukan
penimbangan yang akurat dari media kering atau unsur
utama media. Untuk ramuan media hendaknya dipakai
timbangan yang dikalibrasi dengan rentang penimbangan
berat yang sesuai. Hendaknya dipakai wadah
penimbangan dan peralatan yang bersih (contoh spatula)
untuk mencegah bahan asing yang mungkin mengubah
komposisi akhir media dari ramuan awal. Berat
komponen hendaknya dicatat.
Media kering hendaknya dilarutkan dalam air sebelum
dibagikan dan sterilisasi. Jika pemanasan dibutuhkan
untuk membantu melarutkan media, hendaknya
diperhatikan untuk tidak terlalu panas pada semua media
kultur, pemanasan tidak terlalu lama atau terlalu singkat
untuk media yang sensitif terhadap panas. Perlengkapan
yang dipakai untuk persiapan media hendaknya sesuai
dan memungkinkan untuk pengontrolan panas,
pengocokan yang konstan dan pencampuran media.
Penghitaman warna media (Reaksi tipe Milliard atau
pencokelatan non enzimatik) menampilkan indikasi
umum pemanasan yang berlebih bila diperlukan
penambahan suplemen ke dalam media, maka sesudah
penambahan suplemen hendaknya dilakukan
pencampuran yang memadai.
Persiapan media dalam alat gelas yang kurang dapat
menyebabkan masuknya zat penghambat ke dalam media.
Zat penghambat dapat berasal dari residu deterjen saat
alat gelas dibersihkan atau dari bahan yang dipakai
dalam alat gelas ini sebelumnya. Pastikan bahwa
proses pembersihan alat gelas telah menghilangkan
pengotor dan bahan asing dan lalu deterjen yang
dipakai dibilas dengan air destilasi Lihat Pencucian
Peralatan Kaca sebagai petunjuk tambahan.
Sterilisasi media hendaknya dilakukan dengan
parameter yang disediakan oleh produsen atau divalidasi
oleh Pemakai . Media siap-pakai komersial hendaknya
menyediakan manuscript tasi metode sterilisasi yang
dipakai . Idealnya produsen menyediakan Jaminan
Tingkat Sterilitas (JTS) dari media, terhadap indikator
biologi yang diakui. pemakaian otoklaf dengan
pemanasan basah merupakan teknik sterilisasi yang lebih
dipilih, kecuali misal jika diperlukan pendidihan, untuk
menghindari kerusakan komponen media yang tidak
tahan panas. Sterilisasi dengan penyaringan mungkin juga
lebih sesuai untuk beberapa formula.
Efek metode sterilisasi dan kondisi media hendaknya
divalidasi dengan uji sterilitas dan uji fertilitas media.
Sebagai tambahan, jika sterilisasi dengan panas basah,
kinerja otoklaf hendaknya divalidasi untuk menjamin
ketepatan distribusi panas untuk beban atau volume yang
dipilih. Secara khusus produsen merekomendasikan
pemakaian kinerja otoklaf pada suhu 121°C selama
15 menit memakai otoklaf yang tervalidasi . Kondisi
- 1650 -
ini diterapkan untuk waktu dan suhu media. Selama
susunan beban dalam otoklaf akan mempengaruhi
kecepatan pemanasan, maka diperlukan kinerja yang
lebih lama untuk beban yang lebih besar.
Meskipun demikian waktu untuk sterilisasi akan
tergantung pada volume media dan beban otoklaf. Kinerja
sterilisasi otoklaf yang lambat untuk meningkatkan suhu
mungkin akan menghasilkan pemanasan yang berlebih
untuk media. Oleh sebab itu validasi kinerja sterilisasi
harus diperhatikan untuk memberi JTS minimal yang
dipersyaratkan, keseimbangan kebutuhan media steril
terhadap kecenderungan media mengalami degradasi di
bawah kondisi pemanasan yang berlebihan. Penyimpanan
media dalam otoklaf sesudah siklus pencairan lengkap
tidak direkomendasikan sesudah pendinginan, sebab akan
merusak media. Pemanasan atau kondisi sterilisasi yang
tidak cukup akan menghasilkan perbedaan perubahan
warna, kurang jernih, perubahan kepadatan atau
penyimpangan dari pH rentang yang direkomendasikan
oleh produsen.
pH tiap bets media hendaknya di konfirmasi sesudah
didinginkan pada suhu ruangan (250) dengan mengambil
sebagian sampel secara aseptik untuk pengujian. “Probe”
pH yang datar direkomendasikan untuk permukaan agar
dan “probe” yang dicelup direkomendasikan untuk
cairan. pH media hendaknya dalam kisaran ±0,2 dari
nilai yang ditunjukkan oleh produsen, kecuali rentang
yang lebar dapat diterima oleh metode validasi.
Media yang telah disiapkan hendaknya diperiksa
dengan mengamati lempeng dan tabung media terhadap:
• Keretakan wadah atau tutup
• Pengisian wadah yang tidak mencukupi
• Dehidrasi yang mengakibatkan retak atau cekungan
pada permukaan media padat
• Hemolisis
• Penghitaman yang berlebihan atau perubahan warna
• Pembentukan kristal dan kemungkinan pembekuan
• Gelembung dengan jumlah yang berlebihan
• Kontaminasi mikroba
• Status indikator redoks (jika diperlukan )
• Pemeriksaan dan pencatatan nomor bets dan tanggal
kedaluarsa.
• Sterilitas media
Penyimpanan Media
Perlu diperhitungkan dengan bijaksana bagaimana
produsen atau suplier memindahkan dan menyimpan
media sebelum didistribusi sampai ke Pemakai akhir.
Produsen media hendaknya memakai kondisi
transportasi dan penyimpanan yang dapat meminimalkan
penurunan kelembaban, kontrol suhu, dan menyediakan
perlindungan mekanik sampai persiapan media.
Media hendaknya diberi label dengan bets atau nomer
lot, persiapan, dan tanggal kedaluarsa dan identifikasi
media. Media hendaknya disimpan sesuai instruksi
produsen. Media buatan sendiri hendaknya disimpan di
bawah kondisi yang tervalidasi. Jangan menyimpan
media agar pada atau suhu di bawah 0° sebab
pembekuan dapat merusak struktur gel. Lindungi
penyimpanan media dari paparan cahaya dan suhu yang
berlebihan. Sebelum disimpan lama, lempeng agar
hendaknya ditempatkan dalam bungkusan atau wadah
yang dapat mencegah menurunnya kelembaban.
Pelelehan kembali media padat dari wadah asli hanya
boleh dilakukan sekali untuk menghindari penurunan
kualitas media akibat pemanasan berlebihan atau mudah
terkontaminasi. Pelelehan media direkomendasikan
dilakukan dalam penangas air atau aliran uap air.
pemakaian oven “microwave” dan lempeng pemanas
yaitu umum, tapi hendaknya berhati-hati untuk
menghindari kerusakan media sebab terlalu panas dan
untuk menghindari kemungkinan melukai personil
laboratorium akibat pecahan gelas dan terbakar. Media
agar cair dapat disimpan dalam penangas air yang
termonitor pada suhu 45o - 50oC tidak lebih dari 8 jam.
Hendaknya diperhatikan, saat menuangkan media dari
wadah yang terendam dalam tangas air, untuk mencegah
tetesan air ke dalam media steril. Dianjurkan
mengeringkan bagian luar wadah sebelum menuangkan
media.
Pembuangan media kultur yang dipakai (misal
media kedaluarsa) hendaknya mengikuti procedure
keselamatan biohazard setempat.
Uji Kontrol Kualitas
Sementara media pertumbuhan dapat dipersiapkan di
laboratorium dari masing-masing komponennya, banyak
laboratorium, untuk kemudahan pemakaian ,
memakai media kering atau media jadi dalam bentuk
lempeng atau wadah dari gelas. Produsen media berusaha
menstandardisasi bahan baku dari sumber biologi, tapi
terus menangani dengan konstan perbedaan yang tidak
dapat dihindari terhadap bahan baku yang berasal dari
sumber alam, oleh sebab itu variabilitas media dari lot
ke lot, harus dipertimbangkan. Kinerja media yang
disiapkan laboratorium atau oleh produsen sangat
bergantung pada persiapannya. Media yang disiapkan
secara tidak sesuai, dapat menyebabkan kondisi
pertumbuhan atau rekoveri mikroba yang tidak
memuaskan dan hasil yang tidak sesuai kenyataan.
Uji kontrol kualitas harus dilakukan pada semua media
yang disiapkan. Uji dilakukan secara teratur, untuk media
yang dibuat sendiri yaitu pH, uji fertilitas dan uji
stabilitas secara periodik untuk menetapkan tanggal
kedaluarsa.
Bila media mikrobiologi buatan sendiri sudah
dipersiapkan dan disterilkan dengan baik memakai
metode tervalidasi, uji fertilitas mungkin dibatasi untuk
tiap lot media kering berikutnya, kecuali jika
diinstruksikan lain oleh metode kompendial yang relevan
relevan. Jika persiapan media tidak divalidasi, maka
setiap bets media harus dilakukan uji fertilitas. Mikroba
uji mungkin dapat dipilih dari bab uji kompendial yang
tepat berdasarkan rekomendasi produsen media khusus
atau mungkin termasuk isolat mikroba yang mewakili
lingkungan.
- 1651 -
Tanggal kedaluarsa pada media hendaknya mendukung
uji fertilitas menampilkan bahwa kinerja media masih
memenuhi kriteria penerimaan sampai dengan tanggal
kedaluarsa. Panjangnya waktu paruh dari bets media akan
bergantung pada stabilitas komposisi dan formulasi di
bawah kondisi khusus yang ditetapkan misalnya jenis
wadah dan penutupan.
Ketika bets media tidak memenuhi persyaratan uji
fertilitas, hendaknya mulai diinvestigasi untuk
mengidentifikasi penyebabnya. Investigasi termasuk
rencana tindakan perbaikan untuk mencegah masalah
terulang kembali. Setiap lot yang tidak sesuai hendaknya
tidak dipakai jika penyebab pengalihan atau resolusi
perbaikan relatif menunjang tidak adanya pertumbuhan,
tidak dapat ditentukan.
Beberapa pereaksi yang dipakai untuk tujuan
diagnostik dapat untuk membantu mendukung
identifikasi mikroba, misalnya pewarna Gram dan
pereaksi uji oksidase. Pereaksi ini mungkin
memiliki sifat yang dapat diuji dengan pengendalian
kualitas mirip dengan media mikrobiologi. Pilih
mikroorganisme baku dengan kontrol kualitas yang
benar, mengikuti petunjuk produsen dan lakukan uji
pendahuluan terhadap uji diagnostik untuk sampel yang
tidak diketahui.
Hendaknya ada perhatian khusus pada media yang
dipakai dalam studi monitoring lingkungan. Media
yang dipakai untuk monitoring lingkungan area kritis
hendaknya dibungkus secara rangkap dan lalu
disterilisasi. Jika sterilisasi akhir tidak dilakukan, maka
media harus di pre-inkubasi dan 100 % diperiksa sebelum
dipakai dalam area kritis. Hal ini akan mencegah
kontaminasi dari luar yang dibawa ke dalam lingkungan
yang terkendali dan akan mencegah hasil positif palsu.
Penambahan ketebalan agar untuk lempeng kontak
permukaan hendaknya diverifikasi.
PEMELIHARAAN BIAKAN MIKROBIOLOGI
Spesimen biologi dapat menjadi standar yang paling
sulit untuk ditangani sebab kelangsungan hidup dan
karakteristiknya bergantung pada penanganan dan
penyimpanan yang sesuai. Standardisasi penanganan dan
penyimpanan kultur oleh laboratorium Pemakai harus
dilakukan untuk meminimalkan peluang kontaminasi atau
perubahan karakteristik pertumbuhan. Perlakuan yang
hati-hati dan konsisten pada biakan persediaan (“stock
culture”) yaitu faktor kritis penting untuk konsistensi
hasil uji mikrobiologi. Biakan untuk pengujian
kompendial hendaknya berasal dari koleksi biakan
nasional. Biakan dapat diperoleh dalam bentuk beku,
beku kering, agar miring, atau bentuk siap-pakai.
Konfirmasi kemurnian dan identitas biakan hendaknya
sudah dilakukan sebelum dipakai dalam pengujian
kontrol kualitas. Kultur siap-pakai mungkin memerlukan
konfirmasi kemurnian, identitas dan konsentrasi
inokulum. Konfirmasi identitas galur mikroba yang biasa
dipakai di laboratorium, hendaknya dilakukan pada
tingkat analisa genotip (sebagai contoh ”fingerprint’
DNA, sekuensing gen 16S rRNA, atau analisa PCR
memakai probe tervalidasi yang sesuai).
Persiapan dan resusitasi biakan seharusnya mengikuti
petunjuk pemasok atau metode yang dibuat dan telah
divalidasi. Teknik Lot Benih direkomendasikan untuk
penyimpanan biakan persediaan. Sampel asli dari koleksi
biakan nasional ditumbuhkan kembali pada media yang
sesuai. Biakan persediaan dari pemindahan atau pasase
pertama disuspensikan dalam media ’cryoprotective’,
lalu dialikuot ke dalam vial-vial, dan dibekukan
pada -30° atau lebih rendah sampai dipakai . Jika di
simpan pada suhu -70° atau dalam bentuk beku kering,
galur mikroba mungkin dapat disimpan pada waktu yang
tidak terbatas. Persediaan beku ini lalu dapat
dipakai untuk inokulasi bulanan atau mingguan dan
pembuatan biakan kerja (”working culture”). Sekali
biakan persediaan beku dibuka, suspensi sel yang tidak
dipakai sesudah pembiakan suspensi kerja, jangan
dibekukan kembali. Bagian yang tidak terpakai harus
dibuang untuk meminimalkan resiko penurunan
viabilitas dan kontaminasi persediaan.
Jumlah pemindahan biakan kerja kontrol harus diikuti
untuk mencegah subkultur yang berlebihan yang dapat
meningkatkan resiko perubahan fenotip biakan. Satu
”pasase” didefinisikan sebagai pemindahan mikroba dari
biakan hidup ke media segar dengan pertumbuhan
mikroorganisme. Setiap bentuk subkultur dianggap
sebagai satu pasase/pemindahan.
PEMELIHARAAN PERALATAN LABORATORIUM
Sebagian besar peralatan laboratorium (seperti
inkubator, tangas air dan otoklaf) menjadi pokok praktek
validasi baku untuk kualifikasi alat, kualifikasi
operasional dan kualifikasi kinerja. Biasanya diperlukan
tambahan kalibrasi secara periodik (biasanya setiap
tahun). Peralatan baru yang kritikal untuk pengoperasian
laboratorium, hendaknya dikualifikasi menurut protokol
yang disetujui oleh unit jaminan mutu.
Alat (pH meter dan spektrofotometer) yang dipakai
di laboratorium mikrobiologi hendaknya di kalibrasi
dengan jadwal teratur dan diuji untuk verifikasi kinerja
secara rutin. Frekuensi kalibrasi dan verifikasi kinerja
akan bervariasi bergantung pada tipe alat dan pentingnya
peralatan untuk kelangsungan data di laboratorium.
LAY - OUT DAN PENGOPERASIAN
LABORATORIUM
”Lay-out” dan rancangan laboratorium hendaknya
disesuaikan dengan persyaratan praktek mikrobiologi
yang baik dan keamanan laboratorium. Hal penting
bahwa kontaminasi silang terhadap biakan mikroba
sedapat mungkin diminimalkan dan juga penting bahwa
sampel mikrobiologi di tangani dalam suatu lingkungan
yang membuat pencemaran sangat tidak dimungkinkan.
Secara umum laboratorium hendaknya dibagi menjadi
area bersih atau aseptik dan area biakan hidup. Area atau
lingkungan dimana sampel produk steril ditangani dan
diinkubasi hendaknya dijaga benar-benar bebas dari
- 1652 -
biakan hidup. Jika pemisahan area hidup dan bersih tidak
dapat dicapai, maka hendaknya ada penghalang lain dan
dilakukan praktek aseptik untuk mengurangi
kemungkinan kontaminasi secara tidak sengaja.
Penghalang ini termasuk pakaian pelindung,
sanitasi, dan procedure disinfeksi dan pemakaian
”Biological Safety Cabinet” (BSC) yang dirancang hanya
untuk pekerjaan bersih dan aseptik. procedure untuk
penanganan tumpahan dan kecelakaan dengan biakan
hidup harus tersedia, dan semua tenaga teknis yang
relevan hendaknya dilatih mengenai metode ini.
Beberapa sampel yang menampilkan adanya
pertumbuhan mikroba selanjutnya memerlukan analisa
laboratorium untuk mengidentifikasi kontaminasi. Bila
dideteksi ada pertumbuhan, maka sampel harus segera
diambil dari area bersih di laboratorium ke area biakan
hidup tanpa penundaan. Subkultur, pewarnaan,
identifikasi mikroba, atau investigasi operasional lain
harus dilakukan di area biakan hidup dari laboratorium.
Jika mungkin tiap sampel yang mengandung
pertumbuhan koloni, hendaknya tidak dibuka pada area
bersih laboratorium. Pemisahan secara hati-hati terhadap
sampel dan bahan-bahan terkontaminasi akan mengurangi
hasil positif palsu.
Staf yang ikut serta dalam aktifitas penanganan sampel
hendaknya tidak masuk atau bekerja di area penanganan
biakan hidup di laboratorium, kecuali dengan tindakan
pencegahan, termasuk memakai baju pelindung, sarung
tangan dan melakukan sanitasi tangan pada waktu keluar.
Idealnya staf yang bertugas pada kegiatan sampling,
terutama yang menunjang proses aseptik, hendaknya
tidak bekerja di sekitar area biakan hidup di laboratorium.
Juga seluruh sampel mikrobiologi hendaknya ditangani
memakai teknik aseptik, termasuk dalam menunjang
produk tidak steril. Jika memungkinkan semua sampel
mikrobiologi hendaknya ditangani di bawah kondisi
aseptik penuh dalam area sampling khusus.
Penting untuk dipertimbangkan bahwa selalu ada
kemungkinan kontaminasi mikroba pada sampel yang
menyebabkan hasil positif palsu, kecuali tindakan
pencegahan secara aseptik dilakukan dengan hati-hati.
Fasilitas harus dirancang sesampai bahan baku dan
sampling zat tambahan dapat dilakukan dalam kondisi
terkontrol termasuk tepat ”gowning” dan pensterilan
peralatan sampling yang tepat. Tidak selalu
memungkinkan menampilkan sistem sampling seperti
sistem air, sepenuhnya di bawah kondisi aseptik,
bagaimanapun jika sampel diambil tidak secara aseptik,
reabilitasnya harus dikompromikan.
Metode sampling untuk lingkungan hendaknya
memiliki penanganan aseptik minimal untuk peralatan
sampling dalam keadaan isi maupun kosong. Bila
memungkinkan peralatan sampling disertai media
rekoveri mikrobiologi pada lingkungan yang menjadi
sampel.
Semua pengujian di laboratorium yang memakai
procedure pengujian kritikal, seperti uji sterilitas bentuk
sediaan akhir, produk ruahan, kultur benih atau biakan sel
yang dipakai dalam produksi biologi, hendaknya
dilakukan di bawah kondisi terkendali. Teknologi isolator
juga sesuai untuk hal-hal kritis, dalam pengujian
mikrobiologi yang steril. Isolator telah terbukti memiliki
tingkat pencemaran lingkungan lebih rendah dari pada
ruangan bersih, dan biasanya lebih sedikit menimbulkan
hasil positif palsu. Validasi isolator secara tepat
merupakan hal penting untuk menjamin baik integritas
lingkungan maupun mencegah kemungkinan hasil negatif
palsu sebagai akibat dari disinfeksi secara kimia terhadap
bahan-bahan yang dipakai dalam isolator.
PELATIHAN PERSONIL
Setiap personil yang terlibat dalam pengujian produk
farmasi hendaknya memiliki pendidikan, pelatihan, dan
pengalaman untuk dapat melakukan pekerjaannya.
Tuntutan uji mikrobiologi membutuhkan latar belakang
pendidikan staf, penyelia, dan manajer di bidang
mikrobiologi atau yang berhubungan dengan ilmu
biologi. Mereka hendaknya mampu bertanggungjawab,
dan memelihara keterampilan serta pengalaman mereka.
procedure pengoperasian dengan sistem koheren
dibutuhkan untuk menjalankan laboratorium
mikrobiologi. procedure ini dapat membantu dua tujuan
dalam program pelatihan. Pertama yaitu adanya
procedure Operasional Baku (POB) yang menggambarkan
metodologi yang harus diikuti seorang mikrobiologis
untuk mendapatkan hasil akurat dan reprodusibel
sesampai dapat dijadikan dasar pelatihan. Kedua, dengan
mengetahui jejak procedure yang menampilkan kemahiran
mikrobiologis, nomer atau judul procedure dapat
membantu mengidentifikasi pelatihan spesifik apa yang
telah diterima mikrobiologis untuk fungsi pekerjaannya.
Program pelatihan hendaknya ditetapkan bagi setiap
anggota staf laboratorium secara spesifik untuk fungsi
pekerjaannya. Mereka hendaknya tidak melakukan uji
mikrobiologi secara bebas sebelum dinyatakan memiliki
kualifikasi untuk menjalankan uji ini . Catatan dan
penmanuscript tasian pelatihan mikrobiologis hendaknya
dimutakhirkan dalam revisi POB khusus.
Penilaian kinerja secara berkala yaitu modal yang
baik dalam kualitas data. Uji kinerja ini harus dapat
memberi bukti kompetensi dalam kegiatan inti
laboratorium mikrobiologi seperti kebersihan, pembuatan
lempeng, teknik aseptik, manuscript tasi, dan lainya seperti
yang disarankan oleh fungsi dari pekerjaan
mikrobiologis.
Mikrobiologis dengan tanggung jawab pengawasan
atau manajerial harus memiliki pendidikan yang sesuai
dan pelatihan ”in-house” dalam keterampilan
pengawasan, keamanan laboratorium, penjadwalan,
investigasi laboratorium, teknik penulisan laporan, POB
yang relevan, dan aspek penting lain dari pengelolaan
laboratorium seperti yang disarankan dalam peran mereka
untuk menjalankan fungsi laboratorium.
manuscript TASI
manuscript tasi harus cukup menggambarkan bahwa uji
dilakukan di laboratorium dan dengan metode terkendali.
- 1653 -
Hal ini mencakup, namun tidak terbatas pada
manuscript tasi berikut:
• Pelatihan mikrobiologi dan verifikasi keahlian.
• Validasi peralatan, kalibrasi, dan perawatan.
• Kinerja peralatan selama pengujian (contoh catatan
bagan 24 jam / 7 hari)
• Penyiapan media, pemeriksaan sterilitas dan uji
fertilitas dan selektivitas.
• Inventarisasi dan pengujian kontrol media
• Komponen penting dari pengujian yang dilakukan
dalam procedure khusus.
• Data dan verifikasi perhitungan.
• Laporan yang diperiksa oleh unit jaminan mutu atau
manager yang bertanggung jawab.
• Investigasi data yang menyimpang (jika diperlukan).
PEMELIHARAAN CATATAN LABORATORIUM
Pencatatan data dan studi yang tepat sangat penting
bagi keberhasilan laboratorium mikrobiologi. Prinsip
utama yaitu bahwa pengujian harus dilakukan seperti
yang tertulis dalam POB, POB hendaknya ditulis untuk
mencerminkan bagaimana pengujian dilakukan yang
sebenarnya dan buku catatan laboratorium harus memuat
catatan semua hal penting secara rinci yang diperlukan
untuk memastikan integritas data. Laporan tertulis
laboratorium minimal mencakup hal berikut :
• tanggal
• bahan yang diuji
• nama penguji
• nomor procedure
• manuscript hasil uji
• penyimpangan (jika ada)
• parameter termanuscript (peralatan, mikroba biakan
persediaan dan media yang dipakai )
• tandatangan manajemen / pemeriksa kedua
Setiap bagian kritikal dari peralatan, harus dicatat di
dalam laporan tertulis dan semua peralatan harus
dikalibrasi dengan jadwal termanuscript tasi dalam POB dan
catatan pemeliharaan. Bila diperlukan hendaknya tersedia
”logbook” atau formulir yang mendukung buku catatan
laboratorium. Suhu peralatan (penangas air, inkubator,
otoklaf) harus dicatat dan mampu telusur.
Pengaturan POB dan revisi hendaknya dicatat secara
jelas dalam laporan tertulis Perubahan dalam data harus
dicoret dengan garis tunggal dan diparaf. Data asli tidak
boleh dihapus atau ditutupi.
Hasil pengujian termasuk angka lempeng asli,
seharusnya memungkinkan dipakai pemeriksa untuk
menghitung kembali perolehan hasil uji akhir. Metode
untuk analisa data harus disebutkan rinci dalam POB.
Semua catatan laboratorium harus diarsipkan dan
dilindungi terhadap risiko bencana. Catatan penyimpanan
yang formal dan program pengambilannya harus berada
pada tempatnya.
INTERPRETASI HASIL PENGUJIAN
Hasil pengujian mikrobiologi analitik dapat sulit
diinterpretasikan untuk beberapa alasan penting :
(1) Mikroba ada dimana-mana di alam dan biasanya
pencemar lingkungan, terutama organisme yang
berhubungan dengan manusia mendominasi berbagai
jenis analisa mikrobiologi; (2) Analis berpotensi untuk
mengkontaminasi selama penanganan sampel atau proses
di laboratorium; (3) Mikroba tidak mungkin tersebar
merata dalam sampel atau lingkungan dan (4) Pengujian
mikrobiologi menjadi sasaran hasil yang sangat
bervariasi. Oleh sebab itu perbedaan kecil dari hasil
yang diinginkan mungkin tidak akan bermakna.
sebab karekteristik analisa mikrobiologi ini ,
studi laboratorium harus dilakukan dengan hati-hati untuk
menghindari kontaminasi dari luar seperti diskusi
sebelumnya pada bab ini. Sama pentingnya, hasil harus
diinterpretasikan dari pertimbangan perspektif
mikrobiologi yang luas, tidak hanya dugaan kontaminan
alami, namun kemungkinan yaitu organisme yang
bertahan hidup dalam komposisi produk farmasi, zat
tambahan atau lingkungan pengujian. Sebagai tambahan,
karakteristik pertumbuhan mikroba hendaknya
dipertimbangkan (khususnya untuk pertanyaan tentang
pertumbuhan jamur filamentous dalam media cair).
Ketika hasil yang diamati tidak sesuai dengan
monografi kompendial, atau target kuantitatif yang
diinginkan, maka diperlukan investigasi untuk
menemukannya. Ada dua alasan jelas untuk pengamatan
kontaminasi mikroba yang tidak memenuhi target atau
persyaratan : 1). Mungkin ada kesalahan laboratorium
atau kondisi lingkungan laboratorium yang
mengakibatkan hasil yang tidak valid, atau produk
mengandung kontaminasi atau jenis kontaminan spesifik
di luar tingkat atau batas yang ditetapkan atau terbatas.
Dalam masalah ini, manajemen laboratorium dan pada
kebanyakan masalah , manajemen umum harus segera
diberitahu.
Evaluasi secara lengkap dan komprehensif tentang
situasi di sekitar hasil, hendaknya dilakukan. Semua
kondisi mikrobiologi atau faktor yang dapat
mempengaruhi kondisi yang diamati harus benar-benar
dipertimbangkan, termasuk besarnya penyimpangan
dibandingkan dengan batas atau tingkat yang telah
ditetapkan. Hal ini sangat penting untuk diketahui apakah
temuan bermakna secara statistik mengingat variabilitas
pengujian.
Lingkungan laboratorium, kondisi perlindungan di
tempat sampling, riwayat temuan mengenai bahan yang
diuji, dan sifat alami bahan, terutama yang berkaitan
dengan kelangsungan hidup atau proliferasi mikroba yang
berhubungan dengan materi, hendaknya dipertimbangkan
dalam investigasi. Sebagai tambahan, wawancara dengan
analis laboratorium mungkin dapat memberi
informasi sehubungan dengan pelaksanaan pengujian
yang sebenarnya akan berguna dalam menentukan
realibilitas hasil dan tindakan program pelatihan yang
tepat. Jika kegiatan laboratorium teridentifikasi sebagai
penyebab hasil uji tidak sesuai, maka harus dilakukan
- 1654 -
rencana tindakan perbaikan untuk menyelesaikan
masalah. sesudah persetujuan dan pelaksanaan rencana
tindakan perbaikan, situasi hendaknya dipantau secara
hati-hati dan ditentukan tindakan perbaikan yang
memadai.
Jika hasil pengujian tidak valid berdasarkan pada
temuan kesalahan yang timbul, tindakan perbaikan harus
dimanuscript tasikan. Laboratorium juga hendaknya telah
memiliki procedure untuk uji konfirmasi (uji ulang) dan
jika perlu, sampling kembali jika peraturan khusus
dari regulator atau panduan kompendial tidak mengatur
pelaksanaan uji investigasi.
procedure DISOLUSI : PENGEMBANGAN
DAN VALIDASI <1353>
UMUM
procedure disolusi memerlukan suatu alat, media
disolusi dan kondisi uji yang memberi metode
diskriminatif (mampu membedakan), sesuai ketegaran
dan keberulangannya untuk dilakukan penetapan dari hari
ke hari dan mampu dilakukan antar laboratorium.
Kriteria penerimaan harus dapat mewakili beberapa
bets dengan komposisi nominal yang sama dan proses
pembuatannya, termasuk bets yang dipakai dalam
penelitian dan mewakili kinerja dalam studi stabilitas.
procedure harus mampu membedakan dengan tepat
perubahan bermakna dalam komposisi atau proses
pembuatan yang mungkin dapat mempengaruhi kinerja
in-vivo. Mungkin juga procedure menampilkan perbedaan
antar bets ketika tidak ada perbedaan bermakna yang
diamati dalam in vivo. Situasi ini memerlukan evaluasi
saksama apakah procedure terlalu sensitif atau memang
mampu membedakan dengan tepat. Menilai hasil dari
beberapa bets yang memperlihatkan variabilitas khas
dalam parameter komposisi dan pembuatan, dapat
membantu dalam evaluasi ini. Kadang-kadang merupakan
hal yang berharga, untuk secara sengaja membuat variasi
parameter pembuatan, seperti lubrikasi, waktu
pencampuran, gaya tekan, atau parameter pengeringan,
untuk lebih lanjut mencirikan kemampuan pembedaan
dari procedure .
Dengan mempertimbangkan stabilitas, uji disolusi
harus menampilkan perubahan yang sesuai terhadap
sediaan obat dari waktu ke waktu yang disebabkan oleh
suhu, kelembaban, fotosensitivitas dan tekanan lainnya.
Suatu uji yang dirancang dengan baik, harus
memberi data yang tidak terlalu bervariasi dan tidak
dikaitkan dengan masalah stabilitas yang bermakna dari
larutan analitik. Variabilitas yang tinggi dari hasil uji,
menyebabkan sukar untuk melakukan identifikasi
kecenderungan atau efek dari perubahan formulasi. Hasil
disolusi dapat sangat bervariasi jika simpangan baku
relatif (SBR) lebih besar dari 20% pada titik waktu tidak
lebih dari 10 menit atau kurang dan (SBR) lebih besar
10% pada titik waktu selanjutnya. Namun, kebanyakan
hasil disolusi menampilkan variabilitas yang kurang dari
nilai ini diatas. Sumber variabilitas harus
diinvestigasi dan harus dilakukan usaha untuk
mengurangi variabilitas, bila memungkinkan. Dua
penyebab yang paling mungkin yaitu formulasi (contoh:
zat aktif, zat tambahan, atau proses pembuatan) dan
peralatan yang berhubungan dengan procedure uji (contoh:
pengerucutan (”coning”), tablet melekat pada dinding
labu disolusi atau kawat keranjang). Pengamatan visual
sering berguna untuk memahami sumber variabilitas dan
apakah uji disolusi itu sendiri berkontribusi terhadap
variabilitas. Hasil yang menyimpang dapat terjadi, setiap
kali kandungan sediaan tidak bebas terdispersi di seluruh
labu secara seragam. Tergantung pada masalahnya,
biasanya dilakukan perbaikan termasuk mengganti tipe
alat, kecepatan pengadukan atau awaudara; pertimbangan
dan/atau pemeriksaan tipe singker; dan perubahan
komposisi media. Modifikasi alat mungkin juga berguna
dengan alasan yang tepat dan divalidasi.
Banyak penyebab variabilitas dapat ditemukan dalam
formulasi dan proses pembuatan. Sebagai contoh,
keseragaman sediaan yang buruk, ketidakkonsistenan
proses, reaksi yang terjadi pada kecepatan yang berbeda
selama disolusi, interaksi zat tambahan atau
interferensi/gangguan, salut film, penuaan cangkang
kapsul, dan pengerasan atau pelunakan bentuk sediaan
pada stabilitas dapat menjadi sumber variabilitas dan
interferensi. Selama pengujian rutin produk, variabilitas
diluar rentang yang diharapkan harus diinvestigasi dari
sudut analisa , formulasi dan proses pembuatan.
MEDIA
Data fisika dan kimia untuk bahan obat dan sediaan
perlu ditentukan sebelum memilih media disolusi. Dua
kunci sifat obat yaitu kelarutan dan tingkat stabilitas
larutan obat sebagai fungsi dari nilai pH. Ketika memilih
komposisi media, pengaruh dapar, nilai pH, dan surfaktan
pada kelarutan dan stabilitas obat perlu dievaluasi. Sifat
utama dari sediaan yang mempengaruhi disolusi,
termasuk mekanisme pelepasan (segera, tunda, atau
modifikasi) dan kecepatan disintegrasi yang dipengaruhi
oleh kekerasan, friabilitas/kerapuhan, adanya bahan
peningkat kelarutan, dan adanya zat tambahan lainnya.
Pada biasanya , ketika mengembangkan procedure
disolusi, tujuan utama yaitu memperoleh kondisi
tenggelam (”sink condition”) yang didefinisikan sebagai
volume media minimal tiga kali yang diperlukan untuk
membentuk suatu larutan jenuh bahan obat. Pada saat
kondisi tenggelam sudah terbentuk, hasil disolusi akan
mencerminkan sifat bentuk sediaan. Suatu media yang
gagal membentuk kondisi tenggelam, mungkin dapat
diterima jika terbukti lebih mampu menampilkan
pembedaan atau memberi alasan lain yang tepat.
memakai campuran pelarut organik-pelarut berair
sebagai media disolusi tidak dianjurkan; akan namun
media jenis ini dapat diterima dengan alasan yang tepat.
Air murni sering dipakai sebagai media disolusi,
namun tidak ideal sebab beberapa alasan. Pertama,
kualitas air dapat beragam tergantung pada sumber air,
dan nilai pH air yang tidak dapat dikendalikan. Kedua,
nilai pH dapat beragam dari hari ke hari dan dapat juga
- 1655 -
berubah selama pengujian, tergantung zat aktif dan zat
tambahan. Terlepas dari keterbatasan ini, air tidak mahal,
siap tersedia, mudah dibuang, secara ekologi dapat
diterima, dan sesuai untuk produk dengan kecepatan
pelepasan yang tidak tergantung pada nilai pH media.
Karakteristik disolusi dari formulasi oral harus
dievaluasi dalam rentang pH fisiologis 1,2 - 6,8 (1,2 - 7,5
untuk formulasi sediaan lepas modifikasi). Selama
pengembangan metode, mengukur pH sebelum dan
sesudah pengujian dapat berguna untuk mengetahui
apakah pH berubah selama pengujian. Pemilihan kondisi
metode yang paling tepat untuk pengujian rutin
berdasarkan pada kapabilitas pembeda, ketegaran
(”ruggeness”), stabilitas analit dalam media uji dan
relevansi terhadap kinerja ”in vivo”, jika memungkinkan.
Jenis media untuk disolusi dapat termasuk berikut
(tidak terdaftar berdasarkan rekomendasi): asam klorida
encer, dapar dalam rentang pH fisiologis 1,2 - 7,5; cairan
lambung buatan atau cairan usus buatan (dengan atau
tanpa enzim) air dan surfaktan (dengan atau tanpa asam
atau dapar) seperti polisorbat 80, natrium lauril sulfat dan
garam empedu.
Molaritas dapar dan asam yang dipakai dapat
mempengaruhi efek melarutkan dan faktor ini mungkin
dapat dievaluasi.
Untuk senyawa dengan kelarutan tinggi dan
permeabilitas tinggi, pemilihan media dan alat dapat
berpengaruh.
Untuk senyawa yang sangat buruk kelarutannya,
larutan air mengandung persentase suatu surfaktan
(contoh: natrium lauril sulfat, polisorbat,
laurildimetilamin oksida) dapat dipakai untuk
menambah kelarutan obat. Kebutuhan surfaktan dan
konsentrasi yang dipakai dapat dibenarkan dengan
menampilkan profil pada beberapa konsentrasi yang
berbeda. Surfaktan dapat dipakai sebagai bahan
pembasah atau untuk melarutkan bahan obat.
Volume
biasanya , untuk pengaduk keranjang dan dayung,
volume media disolusi yaitu 500 - 1000 ml. Volume
yang paling umum yaitu 900 ml. Volume dapat
dinaikkan menjadi antara 2000 dan 4000 ml,
memakai labu yang lebih besar dan tergantung pada
konsentrasi dan kondisi tenggelam dari obat; diharapkan
ada alasan untuk procedure ini.
Awaudara
Peran awaudara pada media harus ditentukan, sebab
gelembung udara dapat mengganggu hasil uji, sebagai
suatu penghalang untuk terjadi disolusi jika ada pada
sediaan atau pada kawat keranjang. Selanjutnya,
gelembung udara dapat menyebabkan partikel melekat
pada alat dan dinding labu. Disamping itu, gelembung
pada sediaan mungkin dapat meningkatkan daya apung,
mengakibatkan meningkatnya laju disolusi atau
menurunnya daerah permukaan yang tersedia sesampai
menurunnya laju disolusi. Metode awaudara digambarkan
pada catatan kaki pada procedure seperti tertera dalam Uji
Disolusi <1231>. Langkah-langkah ini antara lain
pemanasan media, penyaringan, dan menarik vakum
untuk waktu singkat. Metode awaudara lainnya, tersedia
dan secara rutin dipakai di industri. Media yang
mengandung surfaktan biasanya tidak diawaudarakan
sebab hasil proses awaudara memberi reaksi
penyabunan yang berlebihan. Untuk menentukan apakah
diperlukan awaudara terhadap media, hasil dari sampel
disolusi dengan dan tanpa dilakukan awaudara terhadap
media, harus dibandingkan.
Enzim
pemakaian enzim pada media disolusi diperbolehkan
sesuai yang tertera pada Uji Disolusi <1231> ketika
disolusi gagal sebagai akibat dari ”cross-linking” (silang
antara) dengan kapsul gelatin dan produk salut gelatin.
Korelasi in vitro - in vivo
Media biorelevan yaitu media yang memiliki
beberapa korelasi terhadap kinerja sediaan secara in
vivo. Pemilihan suatu media biorelevan berdasarkan pada
(1) suatu pendekatan mekanik yang mempertimbangkan
tempat absorpsi, jika diketahui, dan (2) apakah ”rate-
limiting step” dari absorpsi yaitu disolusi atau
permeabilitas senyawa. Dalam beberapa masalah , media
biorelevan akan berbeda dari kondisi uji yang dipilih
untuk pengujian yang ditetapkan dan juga titik waktu
yang berbeda. Jika senyawa melarut cepat di lambung
dan permeabilitas tinggi, maka waktu pengosongan
lambung mungkin merupakan ”rate-limiting step” dari
absorpsi. Dalam hal ini, uji disolusi seharusnya
menampilkan bahwa obat dilepaskan dengan cepat pada
kondisi lambung (asam). Disamping itu, jika disolusi
terjadi terutama pada saluran pencernaan (contoh: untuk
yang larut buruk, asam lemah), rentang pH lebih tinggi
(contoh: cairan usus buatan dengan pH 6,8) mungkin
lebih sesuai. Pada kondisi makan dan berpuasa mungkin
juga memiliki efek bermakna terhadap absorpsi atau
kelarutan senyawa. Komposisi media untuk kondisi
makan dan berpuasa dapat ditemukan pada literatur.
Media ini menggambarkan perubahan pH, konsentrasi
empedu dan osmolaritas sesudah makan. Oleh sebab itu
ada perbedaan komposisi dari media kompendial.
Media ini terutama dipakai untuk menetapkan
korelasi ”in vitro-in vivo” selama pengembangan
formulasi dan untuk menilai efek potensial terhadap
makanan dan tidak direncanakan untuk tujuan kontrol
kualitas. Untuk tujuan kontrol kualitas, penggantian
surfaktan dari alam (komponen empedu) dengan
surfaktan buatan yang tepat, diperbolehkan dan
dianjurkan sebab mahalnya biaya bahan dari alam dan
persiapan intensif dari media biorelevan.
- 1656 -
ALAT/PENGADUK
Alat
Pemilihan alat berdasarkan pada pengetahuan
rancangan formulasi dan praktek aspek kinerja bentuk
sediaan pada sistem uji ”in vitro”. Untuk bentuk sediaan
padat oral, alat tipe 1 dan tipe 2 yang paling sering
dipakai .
Ketika alat tipe 1 atau tipe 2 tidak sesuai, alat lain
mungkin dapat dipakai . Alat tipe 3 (”Reciprocating
Cylinder”) sudah dipakai untuk bentuk sediaan ”bead-
type modified-release”. Alat tipe 4 (”Flow-Through
Cell”) dapat memberi keuntungan untuk bentuk
sediaan lepas-modifikasi yang mengandung bahan aktif
dengan kelarutan terbatas. Disamping itu, alat tipe 3 atau
tipe 4 memiliki kegunaan untuk kapsul gelatin lunak,
”bead product”, supositoria atau obat dengan kelarutan
rendah. Alat tipe 5 (Paddle over Disk) dan alat tipe 6
(Rotating Cylinder) dipakai untuk evaluasi dan uji dari
bentuk sediaan transdermal. Alat tipe 7 (Reciprocating
Holder) dipakai untuk bentuk sediaan oral non
disintegrasi lepas-modifikasi, seperti pada untuk bentuk
sediaan transdermal.
Beberapa perubahan dapat dibuat pada alat; contoh:
ukuran mesh suatu keranjang dengan ukuran selain
40 mesh (antara lain 10, 20, 80 mesh) dapat dipakai
ketika kebutuhan ini jelas dimanuscript tasikan oleh
data pendukung. Jika teredia berbagai ukuran mesh yang
dipersyaratkan FI, bahan keranjang dengan dimensi
metrik terdekat harus dipakai . Perlu diperhatikan
bahwa keranjang harus seragam dan memenuhi
persyaratan dimensi, seperti tertera pada Uji Disolusi
<1231>. Jika permukaan keranjang menjadi tersumbat
selama disolusi formulasi kapsul atau tablet, dianjurkan
untuk menukar dengan metode pengaduk dayung.
Volume dapat ditingkatkan dari 900 - 1000 ml dengan
memakai labu 2000 - 4000 ml untuk membantu
membentuk kondisi tenggelam pada obat dengan
kelarutan rendah.
Suatu alat nonkompendial memiliki beberapa kegunaan
dengan pembenaran yang tepat, kualifikasi dan
penmanuscript tasian yang lebih unggul di atas alat standar.
Contoh, suatu alat volume kecil dengan pengaduk dayung
dan keranjang berukuran kecil (mini), dapat
dipertimbangkan untuk produk dengan kekuatan dosis
rendah. Botol berputar atau tabung statik (tabung
stasioner berjaket tertutup dengan jaket air dan dilengkapi
dengan suatu pengaduk magnetik) juga memiliki
kegunaan untuk mikrosfer dan implan, labu yang tinggi
untuk menghilangkan pengerucutan (coning) dan
modifikasi alat tipe 4 untuk bentuk sediaan khusus
termasuk serbuk dan ”stents”.
Singker
Ketika singker dipakai , deskripsi singker harus
diuraikan pada procedure tertulis. Hal ini berguna untuk
mengevaluasi perbedaan singker, mengenali bahwa
singker dapat berpengaruh secara bermakna terhadap
profil disolusi suatu sediaan. Ketika procedure diganti,
singker harus diduplikasi/ditiru sedekat mungkin dalam
fasilitas berikutnya. ada beberapa tipe singker yang
tersedia di perdagangan. Metode untuk membuat sendiri
singker memakai tangan, singker yang mirip dengan
’beberapa putaran berbentuk spiral dari kawat’ seperti
yang diuraikan pada Alat tipe 2 (Alat Dayung) dalam Uji
Disolusi <1231> digambarkan berikut ini.
Bahan pakailah kawat baja tahan karat 316 atau bahan
iner lain, biasanya 0,032 inchi/20 gauge; dan silinder
dengan diameter yang sesuai (antara lain gabus). Ukuran
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tipe cangkang
kapsul
Panjang
kabel
Ukuran
diameter (cm)
Nomor
gabus
#0, memanjang 12 0,8 4
#1 dan #2 10 0,7 3
#3 dan #4 8 0,55 2
procedure Potong kawat dengan panjang tertentu,
gulung mengelilingi silinder dengan ukuran yang sesuai,
dan pakailah tang kecil untuk memelintirkan pada ujung
kawat. Perhatikan ketika dipakai , sebab ujung kawat
mungkin kasar dan perlu dihaluskan.
Jika singker dibuat sendiri (memakai tangan),
bahan singker dan penyusunan petunjuk procedure harus
dimanuscript tasikan; jika memakai singker yang
dibeli, nomor tipe harus dicatat.
Pengadukan
Untuk formulasi kapsul atau tablet lepas segera, alat
tipe 1 (keranjang) pada 100 rpm atau alat tipe 2 (dayung)
pada 50 atau 75 rpm paling banyak dipakai . Kecepatan
pengadukan dan alat lain dapat diterima dengan
pembenaran yang tepat.
Kecepatan di luar rentang 25 - 150 rpm biasanya tidak
tepat sebab ketidakkonsistensian hidrodinamik di bawah
25 rpm dan sebab turbulensi di atas 150 rpm. Kecepatan
pengadukan antara 25 dan 50 rpm biasanya dapat
diterima untuk suspensi. Untuk bentuk sediaan yang
menampilkan pengerucutan (coning-mounding) dengan
memakai pengaduk dayung pada 50 rpm,
pengerucutan (coning) dapat dikurangi dengan
meningkatkan kecepatan dayung sampai 75 rpm,
lalu mengurangi bagian-bagian kecil yang terlepas
dan memperbaiki data. Dengan pembenaran, 100 rpm
mungkin dapat dipakai , terutama untuk sediaan lepas
lambat. Penurunan atau peningkatan kecepatan
perputaran alat dapat dibenarkan jika profil yang lebih
baik dalam menggambarkan kinerja “in vivo” dan/atau
hasil metode menghasilkan pembedaan yang lebih baik
tanpa mempengaruhi keberulangan metode.
Pemilihan pengadukan dan parameter lain untuk bentuk
sediaan lepas-modifikasi mirip dengan sediaan lepas
segera. Parameter ini harus sesuai dengan
persyaratan dan spesifikasi yang tertera pada Uji Disolusi
<1231> ketika alat telah dikalibrasi dengan tepat.
- 1657 -
RANCANGAN PENGUJIAN
Titik Waktu
Untuk bentuk sediaan lepas segera, lamanya procedure
biasanya 30 - 60 menit. biasanya spesifikasi satu titik
waktu, cukup untuk persyaratan Farmakope. Konsep pada
industri dan regulasi untuk kinerja dan kesesuaian produk
mungkin memerlukan titik waktu tambahan yang juga
mungkin diperlukan untuk pendaftaran atau persetujuan
produk. beberapa titik waktu yang memadai, harus
dipilih untuk cukup membedakan tahap naik dan tahap plato
dari kurva disolusi. Menurut sistem klasifikasi
biofarmasi, obat sangat larut dan sangat permiabel
diformulasi untuk produk yang melarut dengan cepat,
tidak perlu memakai perbandingan profil jika produk
obat dapat menampilkan pelepasan zat aktif obat tidak
kurang dari 85% selama 15 menit. Untuk jenis produk ini,
uji satu titik sudah cukup memadai. Bagaimanapun juga,
kebanyakan produk tidak termasuk dalam kategori ini.
Profil disolusi untuk produk lepas segera, biasanya
menampilkan suatu peningkatan bertahap mencapai 85%
sampai 100% pada lebih kurang 30 - 45 menit. lalu
titik waktu disolusi dalam rentang 15, 20, 30, 45 dan
60 menit biasanya untuk kebanyakan produk lepas segera.
Untuk produk yang melarut dengan cepat, termasuk
suspensi, informasi yang berguna mungkin diperoleh dari
titik-titik waktu sebelumnya, misalnya 5 - 10 menit.
Untuk produk yang melarut lebih lambat, titik waktu
lebih dari 60 menit dapat dipakai . Titik-titik waktu uji
disolusi untuk uji pada kompendia, biasanya ditetapkan
berdasarkan suatu evaluasi data profil disolusi.
Titik waktu tak terbatas dapat berguna selama
pengembangan penelitian. Untuk memperoleh waktu tak
terbatas, kecepatan pengaduk dayung atau keranjang
ditingkatkan pada akhir uji untuk periode berikutnya
(biasanya 15 - 60 menit), sesudah dilakukan uji dengan
tambahan titik waktu. Meskipun tidak ada persyaratan
untuk disolusi 100% pada profil disolusi, waktu tak
terbatas dapat memberi data yang dapat menambah
keseragaman data dan memberi informasi berguna
tentang karakteristik formulasi selama awal
pengembangan atau tentang ketidaktepatan metode.
Untuk bentuk sediaan lepas lambat, minimal tiga titik
waktu uji yang dipilih untuk mengkarakterisasi profil
pelepasan obat secara ”in vitro” untuk memenuhi
persyaratan farmakope. Penambahan titik waktu mungkin
diperlukan untuk tujuan perizinan obat. Pada titik waktu
awal, biasanya 1 - 2 jam, dipilih untuk menampilkan
adanya kemungkinan kecil dosis terbuang. Pada titik
waktu menengah, dipilih untuk menampilkan profil
pelepasan bentuk sediaan secara ”in vitro”, dan pada titik
waktu akhir, pada dasarnya menampilkan pelepasan obat
secara keseluruhan. Titik-titik waktu uji dan spesifikasi
biasanya ditetapkan berdasarkan pada evaluasi data profil
pelepasan obat. Untuk produk yang mengandung lebih
dari satu bahan aktif, pelepasan obat ditentukan untuk
masing-masing bahan aktif.
Pengamatan
Pengamatan visual, pencatatan disolusi dan disintegrasi
produk sangat berguna sebab pola disolusi dan
disintegrasi dapat menjadi indikasi dari variabel dalam
formulasi atau proses produksi. Untuk melakukan
pengamatan visual, sangat penting adanya pencahayaan
yang tepat pada isi labu (dengan pertimbangan ada
tidaknya fotodegradasi) dan visibilitas dari tangas.
Menmanuscript tasikan pengamatan dengan menggambar
sketsa dan mengambil foto atau video dapat menjadi
pelajaran dan berguna untuk personil yang tidak dapat
mengamati saat dilakukan uji disolusi. Pengamatan
terutama berguna selama pengembangan metode dan
optimasi formulasi. Berikut contoh pengamatan khas,
namun tidak terbatas pada di bawah ini:
1. Tidak meratanya distribusi partikel pada labu. Hal ini
dapat terjadi saat partikel melekat pada sisi labu,
ketika ada pengerucutan (coning-mounding) secara
langsung pada alat, saat partikel mengambang pada
permukaan media, saat tablet salut selaput menempel
pada labu, dan/atau saat terbentuk “mounds” di
tengah-tengah.
2. Gelembung udara dalam labu atau pada alat atau pada
sediaan. Kilau pada alat juga merupakan tanda
adanya gelembung udara. Pengamatan ini, biasanya
akan dilakukan ketika menilai kebutuhan untuk
awaudara media.
3. Berputarnya sediaan atau sediaan terbentur pengaduk
dayung.
4. Adhesi partikel terhadap pengaduk dayung atau
bagian dalam dari keranjang, yang mungkin dapat
diamati pada pergerakan pengadukan pada akhir
proses disolusi.
5. “Pellicles” atau formasi yang analog seperti kantong
transparan atau karet, mengembangnya massa
disekitar isi kapsul.
6. Adanya partikel besar atau potongan sediaan yang
mengambang.
7. Pengamatan kecepatan disintegrasi (contoh,
persentase penurunan unit dosis dalam jangka waktu
tertentu)
8. Disintegrasi kompleks dari penyalutan yang
dimodifikasi atau produk salut enterik. Contoh :
terbuka sebagian dan membelah terpisah (seperti kulit
kerang) atau terbukanya cangkang secara tidak
sempurna disertai dengan pelepasan gelembung udara
dan zat tambahan.
Sampling
Manual Sampling secara manual memakai siring
dari plastik atau kaca, suatu kanula dari baja tahan karat
yang biasanya melengkung untuk memungkinkan
sampling pada labu, suatu penyaring dan/atau suatu
pemegang penyaring. Posisi sampling harus disesuaikan
dengan spesifikasi yang tertera pada Uji Disolusi <1231>
Autosampling Sampling secara otomatis
(autosampling) yaitu alternatif lain sampling secara
- 1658 -
manual yang berguna khususnya jika uji dilakukan pada
beberapa titik waktu. namun sebab aturan pada
laboratorium dalam menjalankan uji disolusi
memakai sampling manual, maka ”autosampling”
memerlukan validasi terhadap sampling manual.
Ada banyak merk ”autosamplers”, termasuk sistem
semiotomatis dan otomatis penuh. Pemeriksaan kinerja
yang dilakukan secara rutin, pembersihan dan perawatan
seperti yang diuraikan pada procedure operasional baku
atau manuscript metrologi merupakan hal-hal yang berguna
untuk pemakaian yang dapat dipercaya dari alat ini.
Beberapa alat dilengkapi dengan sampling melalui
keranjang atau batang pengaduk dayung. Validasi yang
tepat (antara lain menampilkan kesetaraan terhadap hasil
dengan procedure sampling yang biasa dilakukan)
mungkin diperlukan.
Gangguan hidrodinamika labu oleh alat pengambil
sampel harus dipertimbangkan dan dilakukan validasi
yang memadai untuk memastikan bahwa alat tidak
menyebabkan perubahan yang bermakna terhadap laju
disolusi.
Perbandingan procedure manual dan otomatis harus
dilakukan untuk mengevaluasi pergantian procedure . Hal
ini dapat dicapai dengan membandingkan data dari dua
procedure sampling secara terpisah atau dalam beberapa
masalah , sampling dengan ke dua cara ini dilakukan
pada labu yang sama. Hasil harus konsisten dengan
persyaratan untuk presisi antara (diuraikan pada bagian
Validasi) jika procedure diganti.
Aspek lain dari validasi proses otomatisasi, dapat
mencakup sisa-sisa residu obat, pengaruh alat (sampling
secara simultan yang disebutkan diatas tidak sesuai
dengan masalah ini), adsorpsi obat, dan siklus pembersihan
dan/atau pembilasan.
Penyaring
Penyaringan sampel disolusi biasanya diperlukan untuk
mencegah partikel obat yang tidak melarut, masuk ke
dalam sampel analitik dan lalu melarut.
Penyaringan juga menghilangkan zat tambahan tidak larut
yang mungkin menyebabkan latar belakang tinggi atau
kekeruhan. Pembasahan awal dengan media terhadap
penyaring mungkin diperlukan.
Penyaring dapat sejalan atau pada akhir alat pengambil
sampel atau keduanya. Porositas penyaring dapat berkisar
antara 0,45 - 70 μm. Jenis penyaring yang biasa
dipakai yaitu ”depth”, cakram, dan ”flow-through”.
Jika gangguan zat tambahan tinggi, atau filtrat tampak
berkabut, atau jika penyaring tersumbat, harus dievaluasi
alternatif jenis penyaring atau porositas penyaring.
Adsorpsi obat pada penyaring perlu dievaluasi. Jika
adsorpsi obat terjadi, jumlah filtrat awal yang dibuang,
mungkin perlu ditambah. Jika hasil masih tidak sesuai,
dapat dicari suatu bahan penyaring alternatif.
Validasi penyaring dapat dicapai dengan pembuatan
larutan baku yang sesuai atau larutan sampel terdisolusi
sempurna (antara lain, dibuat sebagai suatu sampel yang
khas dalam suatu labu atau sampel dimasukkan ke dalam
gelas piala dan diaduk dengan pengaduk magnetik selama
1 jam). Untuk larutan baku, bandingkan hasil larutan
yang disaring (sesudah membuang volume awal yang
sesuai) terhadap larutan yang tidak disaring. Untuk
larutan sampel, bandingkan hasil larutan yang disaring
(sesudah membuang volume awal yang tepat) terhadap
larutan yang disentrifus tanpa disaring.
Sentrifugasi
Sentrifugasi sampel tidak dipilih sebab disolusi dapat
berlanjut dan sebab mungkin ada gradien konsentrasi
pada beningan. Pengecualian untuk senyawa yang
mengadsorbsi pada semua penyaring yang umum
dipakai .
Penetapan Kadar
Penetapan kadar yang biasa dilakukan untuk sampel
disolusi yaitu penetapan secara spektrofotometri atau
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Metode
analisa yang lebih disukai yaitu penetapan secara
spektrofotometri sebab hasil dapat diperoleh lebih cepat,
analisa lebih sederhana, dan pelarut yang dipakai
lebih sedikit. Metode KCKT dipakai jika ada
gangguan yang bermakna dari zat tambahan atau diantara
obat pada formulasi untuk memperbaiki sensitivitas
analitik dan/atau ketika analisa dapat diotomatisasi. Hal
ini mungkin berguna dalam memperoleh data untuk obat
dengan penetapan kadar yang mengindikasikan stabilitas
(misalnya kromatogram KCKT) dalam media terpilih,
bahkan jika penetapan kadar didasarkan pada metode
spektrofotometri.
Validasi
Topik validasi yang diuraikan pada bagian ini yaitu
khas namun tidak semua inklusif. Elemen validasi dapat
beragam, tergantung pada tahap pengembangan atau
kegunaan yang dimaksudkan untuk data. Kriteria
penerimaan dinyatakan hanya sebagai pedoman dan
dapat berbeda untuk beberapa produk. Perusahaan
seharusnya menmanuscript tasikan kriteria penerimaan
untuk produknya dalam procedure operasional baku.
Pertimbangan lain mungkin penting untuk bentuk sediaan
khusus. Tingkat validasi tergantung pada tahap
pengembangan produk. Validasi lengkap dilaksanakan
pada waktu dilakukan studi klinik tahap III. Studi validasi
harus menampilkan variasi yang berhubungan dengan
profil titik waktu yang berbeda. Untuk produk yang
mengandung lebih dari satu bahan aktif obat, metode
disolusi harus divalidasi untuk masing-masing bahan
aktif.
Spesifisitas/Gangguan Plasebo
Sangat penting untuk menampilkan bahwa hasil tidak
semestinya dipengaruhi oleh komponen plasebo, zat aktif
obat lain, atau degradasinya.
Plasebo terdiri dari semua zat tambahan dan penyalut
(juga termasuk zat warna, singker, dan cangkang kapsul
yang sesuai) tanpa bahan aktif. Gangguan plasebo dapat
ditetapkan dengan menimbang sampel campuran plasebo
dan melarutkan atau mendispersikan ke dalam media
disolusi pada konsentrasi yang diketahui selama uji.
Diharapkan uji ini dilakukan pada suhu 37°, bandingkan
dengan baku 100% dengan rumus:
L
V
A
AC
S
P100
C yaitu kadar baku dalam mg per ml; AP dan AS berturut-
turut yaitu serapan plasebo dan baku; V yaitu volume
media dalam ml; dan L yaitu jumlah bahan aktif dalam
mg yang tertera pada etiket. Gangguan tidak lebih dari
2%.
Catatan Untuk produk lepas-lambat, plasebo dari
bentuk sediaan akhir mungkin lebih tepat dipakai dari
pada campuran, sebab formulasi plasebo ini akan
melepaskan beragam zat tambahan yang lebih
menunjukan produk daripada campuran sederhana dari
zat tambahan. Pada masalah ini, akan tepat jika
mengevaluasi gangguan potensial pada beberapa titik
sampling dalam profil pelepasan.]
Jika gangguan plasebo lebih dari 2%, maka modifikasi
metode seperti: (1) pemilihan panjang gelombang lain;
(2) pengurangan garis dasar memakai panjang
gelombang yang lebih panjang; atau (3) memakai
KCKT, mungkin diperlukan untuk mencegah gangguan.
Jika ada zat aktif obat lain atau degradasinya yang
bermakna, perlu ditunjukkan bahwa hal ini tidak
mempengaruhi hasil secara bermakna. procedure untuk
melakukan hal ini yaitu mengukur matrik dengan atau
tanpa zat aktif obat lain atau degradasinya: gangguan
tidak lebih dari 2%.
Linearitas dan Rentang
Linearitas dan rentang ditetapkan dengan membuat
larutan obat, pada rentang kadar di bawah kadar terendah
yang diharapkan sampai di atas kadar tertinggi selama
pelepasan. Hal ini dapat dilakukan bersamaan dengan
penetapan akurasi/perolehan kembali. Skema dapat
diubah jika berbeda ukuran “flow-cell” atau volume
penyuntikan yang dipakai .
Jika memungkinkan, larutan dibuat dari satu larutan
persediaan yang umum. Untuk kadar tertinggi, penetapan
tidak boleh melebihi batas linieritas alat.
Pelarut organik dapat dipakai untuk meningkatkan
kelarutan obat pada pembuatan larutan baku; akan namun
tidak lebih dari 5% (v/v) pelarut organik dalam larutan
akhir yang seharusnya dipakai , kecuali dilakukan
validasi.
Linearitas dapat dihitung memakai program
”least-squares regression” yang sesuai. Koefisien
korelasi kuadrat (r2 0,98) menampilkan linearitas,
kemiringan harus tidak berbeda secara bermakna dari nol.
Akurasi / Perolehan kembali
Akurasi/perolehan kembali ditetapkan dengan membuat
berbagai sampel yang mengandung obat dan kandungan
lain yang ada dalam bentuk sediaan (antara lain zat
tambahan, bahan penyalut, cangkang kapsul) pada
rentang kadar di bawah kadar terendah yang diharapkan
sampai di atas kadar tertinggi selama pelepasan.
Pada obat dengan kelarutan rendah, akurasi/perolehan
kembali sebaiknya dilakukan dengan membuat larutan
persediaan, dengan melarutkan bahan obat dalam sedikit
pelarut organik (tidak lebih dari 5%) dan mengencerkan
dengan media disolusi sampai kadar akhir. beberapa
larutan persediaan yang setara dengan jumlah zat aktif
yang tertera pada etiket dapat ditambahkan ke dalam labu
menggantikan serbuk obat. Dengan cara yang sama,
untuk obat dengan kekuatan sangat rendah, leb