Jumat, 06 Desember 2024

farmakope 129


 ih baik 

membuat larutan persediaan daripada menimbang 

beberapa  sangat kecil bahan obat. biasanya , perolehan 

kembali antara 95 dan 105% dari jumlah yang 

ditambahkan. Melakukan penggolongan matriks berbagai 

kadar dapat berguna pada tahap ini.  

masalah  khusus untuk validasi yaitu  procedure  Tahap 

Asam yang diuraikan pada Sediaan Lepas Tunda dalam 

Uji Disolusi <1231>. Batas tidak lebih dari 10% harus 

divalidasi. Jika senyawa terurai dalam asam, percobaan 

validasi harus berdasarkan pada kenyataan ini.  

 

Presisi 

 

Keberulangan Keberulangan ditetapkan melalui 

pengukuran berulang larutan baku dan/atau larutan uji. 

Keberulangan dapat diukur dengan perhitungan (SBR) 

dari beberapa kali penyuntikan atau pembacaan 

spektrofotometri untuk masing-masing laruan baku atau 

dari akurasi atau linearitas data.  

 

Presisi Antara (Intermediate precision) Presisi antara 

dapat dievaluasi untuk menetapkan pengaruh presisi 

procedure  analitik secara acak. Evaluasi ini dilakukan 

sesudah  pengembangan produk obat. Dengan presisi dapat 

menjelaskan rentang kekuatan produk. Variasi yang 

diteliti yaitu  hari, analis dan peralatan. pemakaian  

rancangan matrik percobaan mendukung evaluasi presisi 

antara. Jika memungkinkan, presisi antara dapat 

dievaluasi memakai  lot produk obat yang memiliki 

karakteristik baik dan keseragaman kandungan yang baik. 

Bila produk berkarakteristik baik ini  tidak tersedia, 

plasebo dan bahan aktif dapat dipakai  untuk 

mengidentifikasi presisi antara.  

    Profil disolusi pada sampel yang sama dapat dilakukan, 

setidaknya pada dua analis yang berbeda, tiap analis 

membuat larutan baku dan media. Analis memakai  

tangas disolusi, spektrofotometer atau alat KCKT 

(termasuk kolom) dan autosampler yang berbeda dan 

analis melakukan uji pada hari yang berbeda. procedure  ini 

mungkin tidak perlu dilakukan untuk tiap kekuatan; 

sebagai gantinya, kekuatan tinggi dan rendah dapat 

diterima. 


Kriteria penerimaan yaitu  perbedaan pada nilai rata-

rata antara hasil disolusi pada dua kondisi memakai  

kekuatan yang sama, tidak lebih 10% absolut pada titik 

waktu kurang dari 85% terlarut dan tidak lebih 5% untuk 

titik waktu diatas 85%. Kriteria penerimaan untuk produk 

spesifik, serta batas dan uji statistik lain dapat dipakai .       

 

Ketegaran (Robustness) 

 

Evaluasi ketegaran untuk menilai efek yang dibuat 

kecil secara disengaja dengan mengubah kondisi disolusi, 

dilakukan selanjutnya pada saat pengembangan produk 

obat. Jumlah replikasi (3 atau 6) tergantung pada presisi 

antara.  

Parameter dapat diubah, tergantung pada procedure  

disolusi dan tipe analisa . Parameter ini  termasuk 

komposisi media (antara lain kadar dapar atau surfaktan), 

pH, volume, kecepatan pengadukan dan suhu. Untuk 

analisa  KCKT, parameter ini  termasuk komposisi 

tahap  gerak (persentase larutan organik, kadar dapar, pH), 

laju alir, panjang gelombang, suhu kolom dan berbagai 

kolom dengan tipe yang sama. Untuk analisa  secara 

spektrofotometri, panjang gelombang dapat diubah.  

 

Stabilitas Larutan Baku dan Larutan Uji 

 

Larutan baku disimpan pada kondisi yang terjamin 

stabilitasnya. Stabilitas baku dianalisa  pada periode 

waktu yang ditentukan, memakai  larutan baku yang 

dibuat baru, pada tiap interval waktu sebagai 

pembanding. Rentang yang dapat diterima untuk 

stabilitas larutan baku yaitu  antara 98% dan 102%. 

Larutan uji disimpan pada suhu ruang, dianalisa  pada 

periode waktu yang ditentukan, memakai  respons 

larutan uji asli sebagai pembanding. Rentang yang dapat 

diterima untuk stabilitas larutan uji antara 98% dan 102% 

dibandingkan dengan analisa  awal dari larutan uji. Jika 

larutan tidak stabil, hal yang dapat dipertimbangkan 

yaitu  suhu (lemari pendingin mungkin diperlukan), 

terlindung cahaya, dan wadah bahan (plastik atau kaca). 

Pada procedure  perlu dinyatakan bahwa baku dan uji 

dianalisa  dalam periode waktu dimana larutan ini  

stabil.  

 

analisa  secara Spektrofotometri 

 

Larutan uji dapat secara otomatis diukur  pada 

spektrofotometer memakai  pengisap otomatis 

(autosipper) dan ”flow cell”. Pemeriksaan kinerja yang 

dilakukan secara rutin, pembersihan dan perawatan 

seperti yang diuraikan pada procedure  operasional baku 

atau manuscript  metrologi merupakan hal-hal yang berguna 

untuk pemakaian yang dapat dipercaya dari alat ini. 

Biasanya dipakai  sel dengan panjang pada rentang dari 

0,02 - 1 cm. Posisi sel dan gelembung udara dapat 

menjadi sumber kesalahan. Sel dengan panjang lebih 

kecil dipakai  untuk mencegah pengenceran larutan uji; 

bagaimanapun juga, linearitas yang dapat diterima dan 

kesalahan baku perlu ditunjukkan. 

Selama analisa , biasanya larutan baku dibuat dan 

dianalisa  hanya pada satu kadar, yaitu pada 100% (atau 

nilai Q yang dipilih) dari kekuatan dosis. Selama profil 

analisa , kadar lain dapat dipakai . Larutan blangko, 

baku, dan uji dapat dianalisa  dalam serangkaian yang 

menghubungkan larutan uji dengan baku dan blangko, 

terutama pada awal dan akhir analisa . 

Dalam kebanyakan masalah , serapan rata-rata blangko 

media disolusi tidak lebih dari 1% terhadap baku. Nilai 

yang lebih tinggi dari 1% harus dievaluasi berdasarkan 

masalah  per masalah . (SBR) untuk analisa  ultra violet 

biasanya tidak lebih dari 2%. 

Absorptivitas dihitung dengan membagi serapan rata-

rata baku dengan kadar, dalam mg per ml, dibagi dengan 

panjang ‘flow cell’ dalam cm. sesudah  semua data cukup 

terkumpul, dapat ditetapkan rentang absorptivitas yang 

dapat diterima untuk analit (memakai  ”flow cell” 

yang sesuai). Nilai ini dapat dipakai  untuk mengatasi 

penyimpangan data. 

Serat optik sebagai sampel dan metode penetapan, 

dengan validasi yang tepat dapat menjadi sebuah pilihan. 

Pemeriksaan spektrum ultra violet dari larutan obat 

mungkin berguna untuk memilih panjang gelombang 

optimum. 

 

KCKT 

 

Untuk analisa  KCKT, dapat diperiksa kesesuaian 

antara media disolusi dan tahap  gerak, terutama jika 

diperlukan injektor volume besar (lebih dari 100 μl). 

Sampel biasanya dianalisa  dengan KCKT memakai  

sebuah detektor spektrofotometrik dan penyuntik 

otomatis (”auto-injector”). Penyuntikan tunggal dari tiap 

labu, pada titik waktu dengan baku suatu sistem 

merupakan desain yang umum. Uji kesesuaian sistem 

mencakup sekurang-kurangnya waktu retensi dan 

ketepatan volume penyuntikan. biasanya , pada analisa  

KCKT (SBR) tidak lebih dari 2% pada lima atau enam 

kali penyuntikan larutan baku. Tingkat baku biasanya 

pada 100% terhadap jumlah yang tertera pada etiket, 

terutama untuk analisa  ”single-point”. 

Pembuatan sampel plasebo untuk analisa  KCKT 

dilakukan dengan cara yang sama seperti pada analisa  

secara spektrofotometri. Pemeriksaan kromatogram untuk 

puncak yang  tereluasi pada waktu retensi yang sama 

seperti obat. Jika ada puncak lain, suntikkan larutan baku, 

dan bandingkan waktu retensinya. Jika waktu retensi 

terlalu dekat, tambahkan obat pada larutan plasebo. 

Kromatogram dapat juga diperoleh dari waktu tambahan 

memakai  blangko (media disolusi), baku, dan larutan 

uji untuk mengidentifikasi bahan tereluasi terakhir yang 

mungkin mengganggu analisa  berikutnya.  

manuscript tasi validasi termasuk kromatogram atau 

spektra blangko media disolusi, larutan plasebo yang 

disaring, larutan baku, dan sampel disolusi yang disaring. 

Tidak adanya puncak pengganggu dalam kromatogram 

plasebo atau kurangnya serapan plasebo pada panjang 

gelombang analitik, menampilkan  spesivisitas. 

 


 

Kriteria Penerimaan 

 

Kriteria penerimaan untuk jumlah zat aktif terlarut, 

dinyatakan sebagai persentase jumlah yang tertera pada 

etiket (Q), dalam rentang 75% - 80% terlarut. Nilai Q 

yang lebih dari 80% tidak umum dipakai , sebab  

perkiraan kebutuhan dibuat untuk rentang penetapan 

kadar dan keseragaman kandungan. Kriteria penerimaan 

termasuk waktu uji yang biasa ditetapkan berdasarkan 

evaluasi data profil disolusi. Kriteria penerimaan harus 

konsisten dengan data terdahulu, dan suatu harapan 

bahwa bets yang dapat diterima (antara lain tidak ada 

perbedaan yang bermakna dalam kinerja in-vivo, 

komposisi, atau procedure  produksi) akan menghasilkan 

kesesuaian dengan kriteria penerimaan. 

 

 

STERILISASI DAN JAMINAN STERILITAS 

PADA SUATU SEDIAAN

 

    Informasi pada bagian ini merupakan pandangan 

umum tentang konsep dan prinsip termasuk dalam 

pengendalian mutu bahan yang harus steril. Tiap 

perubahan atau variasi procedure  uji sterilitas yang tertera 

pada Uji Sterilisitas <71> harus divalidasi dalam seluruh 

program jaminan sterilitas, dan tidak ditujukan untuk cara 

alternatif dari yang tertera pada bab Uji Sterilisitas <71>. 

    Dengan definisi hakiki sterilitas dapat diartikan bahwa 

suatu contoh hanya dapat diartikan steril jika contoh 

ini  seutuhnya bebas dari mikroba viabel pada benda 

ini . Bagaimanapun juga, definisi mutlak ini tidak 

dapat secara umum diterapkan pada seluruh bets bahan 

kompedia akhir, sebab  keterbatasan pengujian. Sterilitas  

mutlak tidak dapat ditunjukkan tanpa merusak tiap bahan 

akhir. Sterilisitas suatu bets yang dianggap steril diartikan  

sebagai suatu kemungkinan, sesampai  dapat 

dikesampingkan adanya satuan atau contoh yang 

mungkin tercemar. Keadaan jaminan sterlitas ini  

diatas hanya dapat dicapai dengan melakukan siklus 

sterilisasi yang memadai dan diikuti oleh proses aseptik 

jika ada, mengikuti cara produksi yang baik yang berlaku, 

dan tidak hanya mengandalkan uji sterilisitas. Prinsip 

dasar untuk validasi dan sertifikasi suatu proses sterilisasi 

dijabarkan sebagai berikut: 

1. Pastikan bahwa peralatan yang dipakai  mampu 

berfungsi dan memenuhi parameter yang dipersyaratkan. 

2. Tunjukkan bahwa peralatan pengendali kritis dan 

instrumentasi mampu berfungsi sesuai dengan parameter 

yang seharusnya bagi peralatan bersangkutan. 

3. Lakukan  siklus replikasi yang mewakili rentang 

operasional yang dipersyaratkan bagi peralatan 

bersangkutan dan pakailah  produk sebenarnya atau 

simulasi. Tunjukkan bahwa proses telah dilaksanakan 

sesuai batasan protokol yang ditetapkan, dan akhirnya 

kemungkinan mikroba yang masih hidup pada proses 

replikasi yang telah selesai tidak lebih besar dari batasan 

yang ditetapkan. 

4. Pantau proses yang divalidasi selama pekerjaan 

berjalan. Jika perlu, secara periodik peralatan dikalibrasi 

dan dan disertifikasi ulang. 

5. Lengkapkan protokol lengkap, dan 

manuscript tasikan langkah diatas mulai nomor 1 sampai  

nomor 4.  

    Prinsip dan pelaksanaan program validasi proses 

procedure  proses aseptik yaitu  sama seperti validasi 

proses sterilisasi. Pada proses aseptik, komponen dari 

bentuk sediaan akhir disterilkan secara terpisah dan 

produk akhir dicampur secara aseptik. 

    Validasi yang sesuai pada proses sterilasi atau pada 

proses aseptik memerlukan tingkat pengetahuan yang 

tinggi pada bidang teknologi sterilisasi dan ruang bersih. 

Agar dapat memenuhi batasan parameter  sterilisasi yang 

berlaku dan dapat diterima serta dapat dicapai, perlu 

memakai  peralatan dan perlengkapan yang sesuai 

untuk pengendalian parameter kritis seperti suhu dan 

waktu, kelembaban, kadar gas pensteril, atau  radiasi 

yang diserap. Aspek yang penting dalam program validasi 

dalam berbagai procedure  sterilisasi meliputi pemakaian  

indikator biologik seperti tertera pada Indikator Biologik 

untuk Sterilisasi <1321>. Proses yang telah divalidasi dan 

disertifikasi harus divalidasi ulang secara berkala, namun  

program validasi ulang tidak perlu seluas program awal. 

    Program validasi khusus, seperti diuraikan di bawah 

ini, dirancang untuk otoklaf, namun  prinsipnya dapat 

berlaku untuk procedure  sterilisasi lainnya yang akan 

dibahas pada bagian informasi ini. Program meliputi 

beberapa tahap, yaitu: 

    Tahapan kualifikasi instalasi Tahap ini ditujukan untuk 

menjaga agar alat kendali dan alat lainnya dirancang dan 

dikalibrasi dengan tepat. manuscript tasi harus disimpan 

dalam berkas, yang menampilkan   kualitas peralatan dari 

hal-hal yang dibutuhkan, seperti uap air, air, dan udara.  

    Tahap kualifikasi operasional Tahap ini ditujukan 

untuk memastikan fungsi bejana kosong dalam parameter 

suhu pada semua lokasi ruang utama yang tertera dalam 

protokol. Biasanya diperlukan untuk membuat rekaman 

tentang profil peningkatan panas, yaitu suhu simultan di 

dalam ruang otoklaf yang dilengkapi dengan sensor suhu 

ganda. Rentang suhu khas dalam bejana kosong yang 

dapat diterima yaitu  lebih kurang 1º, jika suhu dalam 

bejana tidak kurang dari 121º.  

    Tahap konfirmasi Tahap ini dalam program validasi 

merupakan sterilisasi dari bahan. Penetapan ini 

memerlukan pemakaian  alat sensor suhu yang 

dimasukkan ke dalam contoh bahan, dan juga ke dalam 

contoh yang sebelumnya sudah dicemari mikroba uji 

dengan kadar yang sesuai, atau indikator biologik terpisah 

dalam konfigurasi otoklaf yang terisi penuh dan siap 

operasional. Efektivitas penyebaran atau penetrasi panas 

ke dalam bahan aktual dan waktu pemaparan merupakan 

dua faktor utama yang menentukan daya mematikan 

dalam proses sterilisasi.  

    Tahap akhir Tahap akhir program validasi memerlukan 

manuscript tasi data penunjang yang dikembangkan untuk 

pelaksanaan program. 

    Secara umum dapat diterima bahwa bahan steril yang 

dapat disuntikkan atau alat tertentu yang harus steril, jika 

diproses dalam otoklaf, mencapai suatu probabilitas 10-6 

mikroba yang bertahan hidup, yaitu suatu jaminan yang 

menyatakan bahwa ada  kemungkinan kurang dari     


 

1 dalam 1 juta mikroba viabel dalam bahan atau sediaan 

yang telah disterilkan. Terhadap bahan tahan panas,  

sering dilakukan sterilisasi melebihi waktu kritis yang 

diperlukan untuk mencapai 10-6 mikroba yang bertahan 

hidup (lewat musnah). Bagaimanapun juga, untuk bahan 

yang rusak bila terpapar panas berlebihan, penerapan 

pendekatan lewat musnah ini tidak tepat. Untuk hal ini, 

pengembangan siklus sterilisasi sangat tergantung pada 

diketahuinya beban mikroba produk, berdasarkan atas 

pengujian mencangkup jangka waktu yang sesuai 

terhadap beberapa  tertentu bets produk yang sebelum 

telah disterilkan. 

    Nilai D yaitu  yaitu  waktu (dalam menit) yang 

diperlukan untuk mengurangi populasi mikroba beberapa  

90% atau 1 log siklus (1/10 bagian yang hidup) pada suhu 

tertentu. Jadi bila nilai D suatu indikator biologik, 

umpamanya spora Bacillus stearothermophillus yaitu  

1,5 menit pada parameter proses total, misalnya pada 

suhu 121°, jika perlakuan dilakukan selama 12 menit 

pada kondisi yang sama, maka dapat dinyatakan bahwa 

masukan letal yaitu  8 D. Efek pemakaian  masukan ini  

bagi produk tergantung pada bahan mikroba awal. 

Andaikata resistensi terhadap sterilisasi setara dengan 

indikator biologik, jika beban mikroba produk 

bersangkutan yaitu  102, maka masukan letal seharga 2 D 

akan menghasilkan suatu beban mikroba sebesar 1 (10° 

teoritis), dan harga 6 D selanjutnya akan menghasilkan 

probabilitas 10-6 mikroba hidup terhitung. (Pada kondisi 

yang sama, suatu masukan letal 12 D dapat dipakai  

pada pendekatan lewat musnah khusus). Pada biasanya  

probabilitas mikroba hidup yang dicapai untuk bahan 

pada siklus sterilisasi yang validasi tidak seluruhnya 

berhubungan dengan yang mungkin terjadi pada indikator 

biologik. Jadi untuk penerapan validasi yaitu  penting 

bahwa resistensi indikator biologik lebih besar daripada 

beban mikroba alami yang ada  di dalam bahan yang 

disterilkan. Untuk itu perlu dibuat suatu asumsi keadaan 

terburuk dan menganggap beban mikroba seakan-akan 

resistensinya terhadap panas setara dengan indikator 

biologik, walaupun sulit diterima bahwa isolat beban 

mikroba khas yang paling resisten akan menampilkan  

suatu resistensi terhadap panas sebesar yang ditunjukkan 

oleh spesies ini, sering kali dipakai  sebagai  indikator 

biologik untuk sterilisasi uap. Pada contoh diatas,  suatu 

siklus 12 menit dapat dianggap cukup untuk sterilisasi 

jika produk bersangkutan memiliki beban mikroba 102. 

Walaupun demikian, jika indikator pada awalnya 

mengandung 106 mikroba, pada hakekatnya dapat 

diperkirakan suatu probabilitas 102 mikroba hidup; yaitu 

1 dari 100 indikator biologik dapat menghasilkan hasil 

positif. Situasi seperti ini dapat dihindari dengan memilih 

indikator biologik yang sesuai. Sebagai alternatif dapat 

dipakai  indikator yang mengandung mikroba dalan 

jumlah yang tinggi, berdasarkan suatu pengurangan 

bilangan yang dapat diterima pada penetapan awal. 

    Nilai D untuk sediaan Bacillus stearothermophilus 

yang ditetapkan atau diverifikasi untuk kondisi ini harus 

ditetapkan ulang jika suatu program validasi tertentu 

diganti. Penetapan kurva yang hidup (seperti tertera pada  

Indikator Biologik untuk Sterilisasi <1321>), ataupun 

yang disebut dengan pendekatan siklus berfraksi dapat 

dipakai  untuk menetapkan nilai D indikator biologik 

yang diinginkan untuk procedure  sterilisasi tertentu. 

Pendekatan siklus berfraksi dapat juga dipakai  untuk 

mengevaluasi resistensi dari beban mikroba. Siklus 

berfraksi dapat dikaji baik untuk pengurangan angka 

mikroba maupun untuk pencapaian fraksi negatif. Angka 

ini dapat dipakai  untuk menetapkan letalitas proses 

pada kondisi produksi yang memenuhi syarat untuk 

menetapkan siklus sterilisasi yang sesuai. Indikator 

biologik yang sesuai seperti sediaan Bacillus 

stearothermophilus dapat dipakai  selama sterilisasi 

rutin. Tiap metode beban mikroba untuk jaminan sterilitas 

memerlukan pengamatan yang cukup terhadap resistensi 

mikroba dari bahan untuk menemukan tiap perubahan, 

sebagai tambahan pada pengamatan berkala dari 

ketetapan lainnya.  

 

CARA STERILISASI 

 

    Pada bab ini akan dikemukakan 5 cara sterilisasi akhir, 

termasuk cara pemisahan mikroba melalui penyaringan 

dan pedoman untuk proses aseptik. Perkembangan 

teknologi modern menuntut adanya procedure  tambahan, 

antara lain termasuk embus bentuk (pada suhu tinggi), 

bentuk panas basah selain dari uap jenuh dan iradiasi 

ultraviolet, serta pengisian berkesinambungan pada 

proses aseptik. Pemilihan proses yang sesuai untuk suatu 

bentuk sediaan atau komponen memerlukan pengetahuan 

yang tinggi tentang teknik sterilisasi dan informasi yang 

berkenaan dengan tiap efek dari proses pada bahan yang 

sedang disterilkan. 

 

STERILISASI UAP 

 

    Proses sterilisasi termal memakai  uap jenuh di 

bawah tekanan berlangsung di suatu bejana yang disebut 

otoklaf, dan mungkin merupakan suatu proses sterilisasi 

yang paling banyak dipakai  (suatu siklus otoklaf yang 

ditetapkan dalam farmakope untuk media atau pereaksi 

yaitu  selama 15 menit pada suhu 121° kecuali 

dinyatakan lain). Prinsip dasar kerja alat yaitu  udara di 

dalam bejana sterilisasi digantikan dengan uap jenuh, dan 

hal ini dicapai dengan memakai  alat pembuka atau 

penutup khusus. Untuk mengganti udara secara lebih 

efektif dari bejana sterilisasi dan dari bahan yang 

disterilisasi, siklus sterilisasi dapat meliputi tahap 

evakuasi udara dan uap. Rancangan atau pemilihan suatu 

siklus untuk produk atau komponenen tertentu tergantung 

pada beberapa faktor, termasuk ketakstabilan panas bahan 

pengetahuan tentang penetrasi panas ke dalam bahan, dan 

faktor lain yang tercantum dalam program validasi. Selain 

gambaran tentang parameter siklus sterilisasi dengan 

memakai  suhu 121°, konsep Fo dapat juga 

diterapkan, Fo pada suhu tertentu selain suhu 121°, yaitu  

waktu (dalam menit) yang diperlukan untuk mendapatkan 

kesetaraan letalitas seperti pada suhu 121º  untuk waktu 

tertentu. Otoklaf modern biasanya  bekerja dengan 

sebuah sistem pengendali yang secara nyata lebih 

responsif daripada katup reduksi jenis lama yang selama 


 

 

ini dipakai . Agar jenis yang lama ini dapat mencapai 

ketepatan dan tingkat pengendalian siklus yang 

dibicarakan disini, mungkin perlu memperbaharui atau 

memodifikasi alat pengendali dan instrumentasi alat 

ini . Modifikasi ini dapat dibenarkan hanya jika alat 

sterilisasi dan mantel uap masih utuh demi keamanan 

Pemakai a sekelanjutnan dan jika endapan yang dapat 

mengganggu distribusi panas dapat dihilangkan 

.  

STERILISASI PANAS KERING 

 

    Proses sterilisasi termal untuk bahan yang tertera di 

Farmakope dengan memakai  panas kering biasanya 

dilakukan dengan suatu proses bets di dalam suatu oven 

yang dirancang khusus untuk tujuan itu. Oven modern 

dilengkapi dengan udara yang dipanaskan dan disaring, 

didistribusikan secara merata ke seluruh bejana dengan 

cara sirkulasi atau radiasi memakai  sistem semprotan 

dengan peralatan sensor, pemantau dan pengendali 

parameter kritis. Validasi sterilisasi panas kering 

dilakukan dengan cara yang sama seperti sterilisasi uap. 

Unit yang dipakai  untuk sterilisasi komponen seperti 

wadah untuk larutan intravena, harus dijaga agar dapat 

dihindari akumulasi partikel di dalam bejana sterilisasi. 

Rentang suhu khas yang dapat diterima di dalam bejana 

sterilisasi kosong yaitu  lebih kurang 15°, jika alat 

sterilisasi beroperasikan pada pada suhu lebih kurang 

250°. 

    Sebagai tambahan pada proses bets ini  diatas, 

suatu proses berkesinambungan sering dipakai  untuk 

sterilisasi dan alat kaca sebagai suatu bagian dari sistem 

pengisisan dan penutupan kedap secara aseptik yang 

berkesinambungan dan terpadu. Distribusi panas dapat 

berupa sirkulasi atau disalurkan langsung dari suatu nyala 

terbuka. Sistem berkesinambungan biasanya memerlukan 

suhu yang lebih tinggi dari yang tertera di atas untuk 

proses bets sebab  waktu menetapnya yang lebih singkat. 

Bagaimanapun juga masukan suhu total selama melewati 

produk harus sama dengan yang dicapai sewaktu proses 

dalam bejana. Proses berkesinambungan biasanya 

memerlukan tahap  pendinginan cepat sebelum 

berlangsung proses pengisiaan aseptik. Pada program 

kualifikasi dan validasi, sehubungan dengan waktu 

menetap singkat, perlu ditetapkan parameter untuk 

keseragaman suhu, terutama waktu menetap.  

    Suatu probabilitas mikroba hidup beberapa  10-12 

dianggap dapat dicapai untuk bahan atau komponen tahan 

panas. Contoh suatu indikator biologik untuk validasi dan 

pemantauan sterilisasi panas kering yaitu  sediaan spora 

Bacillus subtilis. sebab  panas kering sering dipakai  

untuk menjadikan alat kaca atau wadah bebas pirogen dan 

mikroba viabel; jika diperlukan, suatu uji tantang pirogen 

harus merupakan suatu bagian integral pada program 

validasi, umpamanya dengan menginokulasi satu atau 

lebih bahan dengan 1000 unit bakteri endotoksin FI atau 

lebih. Pengujian memakai  Limulus Lisat dapat 

dipakai  untuk menampilkan  bahwa bahan endotoksik 

sudah diinaktivasi sampai  tidak lebih dari 1/1000 dari 

jumlah awal (reduksi 3 log siklus). Agar pengujian 

dianggap absah, baik jumlah awal, maupun sesudah 

inaktivasi yang dapat diterima, jumlah dari sisa 

endotoksin harus diukur. Informasi lebih lanjut mengenai 

penetapan endotoksin, tertera pada Uji Endotoksin 

Bakteri <201>. 

 

STERILISASI GAS 

 

    Pilihan untuk memakai  sterilisasi gas sebagai 

alternatif dari sterilisasi termal sering dilakukan jika 

bahan yang akan disterilisasi tidak tahan terhadap suhu 

panas pada proses sterilisasi uap atau panas kering. Bahan 

aktif yang biasanya  dipakai  pada sterilisasi gas 

yaitu  etilen oksida dengan kualitas mensterilkan yang 

dapat diterima. Keburukan dari bahan aktif ini antara lain 

sifatnya yang sangat mudah terbakar, walaupun sudah 

dicampur dengan gas inert yang sesuai; bersifat 

mutagenik, dan kemungkinan adanya residu toksik di 

dalam bahan yang disterilkan, terutama yang 

mengandung ion klorida. Proses sterilisasi pada 

biasanya  berlangsung di dalam bejana bertekanan yang 

dirancang sama seperti otoklaf, namun   dengan tambahan 

bagian khusus yang hanya ada  pada alat sterilisasi 

yang memakai  gas. Fasilitas yang memakai  

bahan sterilisasi seperti ini harus dirancang sedemikian 

rupa sampai  mampu mengeluarkan gas sesudah proses 

sterilisasi, mampu untuk memantau mikroba yang masih 

hidup, dan mengurangi paparan gas yang sangat 

berbahaya terhadap petugas yang menangani alat 

ini . 

    Kualifikasi proses sterilisasi memakai  gas etilen 

oksida dicapai sesuai dengan uraian sebelumnya. 

Bagaimanapun juga program ini  lebih luas 

cakupannya daripada cara sterilisasi lainnya, sebab  

selain suhu, tekanan positif atau hampa udara juga 

diperlukan pengendalian tetap terhadap kadar etilen 

oksida. Suatu ketentuan penting yaitu  menampilkan  

bahwa semua parameter proses kritis dalam bejana 

sterilisasi harus cukup selama berlangsungnya seluruh 

siklus. sebab  parameter sterilisasi yang dipakai   bagi 

bahan yang akan disterilkan merupakan variabel kritis, 

sering dianjurkan untuk melakukan prakondisi muatan 

sampai mencapai kadar kelembaban yang diperlukan, 

mengurangi waktu yang diperlukan pada suhu yang 

ditentukan, sebelum muatan dimasukkan ke dalam bejana 

sterilisasi etilen oksida. Proses validasi biasanya  

dilakukan memakai  produk yang telah 

diinokulasikan dengan indikator biologik yang sesuai, 

seperti sediaan spora Bacillus subtilis. Untuk validasi, 

spora dapat dipakai  dalam bejana sterilisasi yang terisi 

penuh dengan produk atau produk simulasinya. 

Pemantauan  kelembaban dan kadar gas memerlukan 

pemakaian  alat yang cangih, dan hanya individu yang 

terdidik dan berpengalaman yang dapat mengkalibrasi,  

memakai  dan memeliharanya. Indikator biologik 

dapat juga dipakai  pada pemantauan langkah-langkah 

secara rutin. 

    Seperti yang telah diuraikan di atas, indikator biologik 

dapat dipakai  pada cara fraksi negatif untuk 

menetapkan probabilitas tertinggi mikroba hidup untuk 

merancang suatu siklus sterilisasi etilen oksida 


 

 

memakai  produk yang diinokulasi atau produk 

simulasi yang diinokulasi. 

    Salah satu keterbatasan utama dari proses sterilisasi 

etilen oksida yaitu  terbatasnya kemampuan gas ini  

untuk berdifusi sampai ke daerah yang paling dalam dari 

produk yang disterilkan. Jadi rancangan kemasan dan 

cara pengisian bejana sterilisasi harus ditetapkan 

sedemikian rupa sampai  ada  resistensi minimal 

terhadap difusi gas. 

 

STERILISASI  DENGAN RADIASI ION 

 

    Perkembangan yang pesat alat kesehatan yang tidak 

tahan terhadap sterilisasi panas dan kekhawatiran tentang 

keamanan etilen oksida mengakibatkan peningkatan 

pemakaian  sterilisasi radiasi. namun  cara ini dapat 

dipakai  pada bahan obat dan bentuk sediaan akhir. 

Keunggulan   sterilisasi iradiasi meliputi reaktivitas kimia 

rendah, residu rendah yang dapat diukur, dan kenyataan 

yang membuktikan bahwa variabel yang dikendalikan 

lebih sedikit.  Kenyataanya sterilisasi radiasi yaitu  suatu 

kekhususan dalam dasar pengendalian yang penting 

yaitu  dosis radiasi yang diserap, dan dapat diukur secara 

tepat. Oleh sebab  sifat khas ini , banyak procedure  

baru yang telah dikembangkan untuk menetapkan dosis 

sterilisasi. Walaupun begitu, hal ini masih dalam 

peninjauan dan pertimbangan, terutama mengenai 

kegunaannya, paling tidak, untuk pengendalian tambahan 

dan tindakan keamanan. Iradiasi hanya menimbulkan 

sedikit kenaikan suhu, namun  dapat mempengaruhi 

kualitas dan jenis plastik atau kaca tertentu. 

    Ada 2 jenis radiasi ion yang dipakai , yaitu 

disintegrasi radioaktif dari radioisotop (radiasi gamma) 

dan radiasi berkas elektron. Pada kedua jenis ini , 

dosis radiasi yang dapat menghasilkan derajat jaminan 

sterilitas yang diperlukan harus ditetapkan sedemikian 

rupa sampai  dalam rentang satuan dosis minimum dan 

maksimum, sifat bahan yang disterilkan dapat di terima. 

    Untuk iradiasi gamma, validasi procedure  meliputi 

penetapan kesesuaian bahan, kesesuaian cara 

memasukkan produk dan penyelesaian penataan jumlah 

produk di dalam wadah sterilisasi (termasuk identifikasi 

zona dosis minimum dan maksimum), penetapan 

pengaturan waktu, dan petunjuk pemberian dosis 

sterilisasi yang diperlukan. Untuk iradiasi berkas elekton, 

sebagai tambahan, perlu divalidasi pengendalian voltase, 

arus listrik, kecepatan ban berjalan, dan dimensi 

pengamat berkas elektron. 

    Untuk sterilisasi radiasi gamma, harus dipilih dosis 

sterilisasi yang efektif dan dapat ditoleransi tanpa 

menimbulkan kerusakan. Walaupun berdasarkan 

pengalaman dipilih dosis 2,5 megarad ( Mrad ) radiasi 

yang diserap, namun  dalam beberapa hal,  diinginkan dan 

dapat diterima pengpakailah  dosis yang lebih rendah 

untuk peralatan, bahan obat dan bentuk sediaan akhir. 

Dalam hal lain mungkin diperlukan  dosis yang lebih 

tinggi. Untuk validasi efikasi, terutama tingkat paparan 

yang rendah, penting untuk menetapkan besar (jumlah 

dan atau derajat) resistensi radiasi alami dari  populasi 

mikroba produk. Model pengisian produk yang khusus 

harus dibuat dan ditetapkan distribusi dosis serapan 

maksimum dan minimum memakai  dosimeter kimia 

(Dosimeter ini biasanya  merupakan plastik silinder, 

pipih atau segiempat berwarna yang menampilkan  

intensifikasi warna berdasarkan  langsung pada jumlah 

energi radiasi yang di serap; alat ini harus dikalibrasi 

dengan saksama). Penetapan dosis serapan yang 

diperlukan dilakukan berdasarkan biakan murni mikroba 

resisten dan memakai  produk yang telah diinokulasi, 

misalnya spora dari Bacillus pumilus sebagai indikator 

biologik. Siklus eksperimen berfraksi memberi  data 

yang dapat dipakai  untuk menetapkan nilai D10  dari 

indikator biologik. Informasi ini dapat diterapkan untuk 

ekstrapolasi jumlah radiasi yang diserap untuk 

menetapkan suatu probabilitas yang sesuai tentang 

mikroba yang masih bertahan hidup. procedure  yang 

terbaru untuk sterilisasi radiasi gamma berdasarkan pada 

dosis terhadap resistensi radiasi dari beban mikroba 

heterogen alami, dalam produk yang disterilkan. procedure  

ini  sedang dikembangkan, namun  dapat merupakan 

penilaian yang lebih mewakili di bidang resistensi radiasi, 

terutama jika ada  jumlah mikroba yang menonjol  

tahan radiasi. Rentang ini, mulai dari mikroba resisten 

baku, seperti Bacillus pumilus sampai  pemaparan dosis 

sub-letal contoh produk jadi yang diambil dari proses 

produksi. Beberapa hipotesis tertentu yaitu  umum 

terhadap semua metode ini. Walau jumlah populasi yang 

ada  di dalam suatu bahan mikroba biasanya  terdiri 

dari campuran mikroba yang memiliki sensitivitas yang 

berbeda terhadap radiasi, langkah memperlakukan bahan 

ini dengan suatu dosis yang lebih rendah dari jumlah 

dosis sterilisasi letal akan menghilangkan fraksi mikroba 

yang kurang resisten.  Ini akan menghasilkan populasi 

residu yang relatif homogen sehubungan dengan 

resistensi radiasi, dan menghasilkan suatu hasil penetapan 

yang konsisten dan memiliki  keberulangan dari 

penetapan populasi yang tersisa. Jumlah pengujian 

laboratorium yang diperlukan tergantung pada procedure  

tertentu yang dipakai .  

    Satu dari cara ini  memerlukan penghitungan 

populasi mikroba dari contoh yang mewakili bets bahan 

yang diproduksi secara terpisah. Resistensi populasi 

mikroba tidak di tetapkan dan penentuan dosis didasarkan 

kepada arbitrasi resistensi radiasi baku yang ditetapkan 

untuk populasi mikroba, dan dari data yang diterima dari 

produsen dan pustaka. Perkiraan lalu  dibuat bahwa 

distribusi  pilihan resistensi menampilkan  suatu tantangan 

yang lebih hebat daripada populasi mikroba alami di 

dalam produk yang akan disterilkan. Perkiraan ini, 

bagaimanapun juga harus diverifikasi dengan percobaan. 

sesudah  verifikasi, dosis sterilisasi radiasi yang sesuai 

dapat dilihat dalam suatu tabel. 

    Metoda lain, yang dibuat lebih rinci, tidak memerlukan 

penghitungan populasi mikroba, namun  memakai  satu 

seri paparan dosis meningkat untuk mendapatkan suatu 

dosis yang ditetapkan sedemikian rupa sampai  lebih 

kurang 1 dari 100 contoh yang diiradiasi pada dosis 

ini  tidak steril. Ini bukanlah dosis sterilisasi 

tertinggi, namun  sebagai dasar untuk menetapkan dosis 

sterilisasi dengan ekstrapolasi dari dosis yang 


 

 

menghasilkan 1 dari 100 contoh yang tidak steril, dengan 

memakai  faktor resisten yang sesuai dan 

mencerminkan populasi mikroba resisten yang tersisa. 

Pengawasan berkala dilakukan untuk memeriksa bahwa 

temuan dapat terus dilanjutkan.  

    procedure  yang lebih rinci, memerlukan lebih banyak 

percobaan dan meliputi isolasi biakan mikroba, termasuk 

satu percobaan sesudah  penetapan dosis substerilisasi 

(yang menghasilkan 1 dari 100 contoh yang tidak steril), 

resistensi mikroba yang bertahan hidup dipakai  untuk 

menetapkan dosis sterilisasi. Cara lain dibuat berdasarkan 

pada penetapan yang berbeda, dimulai dengan 

peningkatan dosis substerilisasi yang menghasilkan tidak 

lebih dari 50% contoh yang tidak steril. sesudah  iradiasi 

jumlah secukupnya pada contoh ini, diperoleh beberapa 

isolat mikroba. Resistensi radiasi dari setiap procedure  

ditetapkan. Dosis sterilisasi lalu  dihitung 

memakai  penetapan resistensi dan dosis sterilisasi 

50% yang semula telah ditetapkan. procedure  pengawasan 

diperlukan untuk metode ini seperti untuk metode lain. 

    Jika dosis radiasi minimum yang diperlukan telah 

ditetapkan dan pemberian dosis ini  telah dipastikan 

(dengan dosimeter kimia atau fisika), pelepasan bahan 

yang telah disterilkan dapat diperkuat dengan validasi 

menyeluruh jaminan sterilitas yang meliputi antara lain 

kepastian dosis yang dipakai , pemakaian  indikator 

biologik dan lainnya. 

 

STERILISASI DENGAN PENYARINGAN 

 

    Sterilisasi larutan yang labil terhadap panas sering 

dilakukan penyaringan memakai  bahan yang dapat 

menahan mikroba, sampai  mikroba yang dikandung dapat 

dipisahkan secara fisika. Perangkat penyaring biasanya  

terdiri dari suatu matriks berpori bertutup kedap atau 

dirangkaikan pada wadah yang tidak permeabel. 

Efektivitas suatu penyaring media atau penyaring subtrat 

tergantung pada ukuran pori bahan dan dapat tergatung 

pada daya adsorpsi bakteri pada atau di dalam matriks 

penyaring atau tergantung pada mekanisme penganyakan. 

Ada beberapa bukti yang menyatakan bahwa pengayakan 

merupakan komponen yang lebih penting dari 

mekanisme. Penyaring yang melepas serat, terutama yang 

mengandung asbes, harus dihindarkan pemakaian nya 

kecuali tidak ada penyaringan alternatif lain yang 

mungkin dipakai . Jika penyaring yang melepas serat 

memang diperlukan, merupakan keharusan, bahwa proses 

penyaringan meliputi adanya penyaring yang melepas 

serat diletakkan pada arah hilir atau sesudah langkah 

penyaringan awal.  

    Ukuran penyaring Pengukuran porisitas membran 

penyaring dilakukan dengan pengukuran nominal yang 

menggambarkan kemampuan membran penyaring untuk 

menahan mikroba dari galur tertentu dengan ukuran yang 

sesuai, bukan dengan penetapan suatu ukuran rata-rata 

pori dan pernyataan tentang distribusi ukuran. Membran 

penyaring untuk sterilitas (yang dipakai  untuk 

memisahkan sebagian besar kontaminan mikroba) yaitu  

membran yang mampu menahan 100% biakan dari 107 

mikroba galur Pseudomonas diminuta (ATCC 19146) 

tiap cm2 permukaan membran pada tekanan tidak kurang 

dari 30 psi (2,0 bar). Membran penyaring semacam itu 

berukuran nominal 0,22 μm atau 0,2 μm, tergantung pada 

cara pembuatan produsen. Pengukuran membran 

penyaring dapat juga ditentukan untuk pereaksi atau 

media yang harus disterilkan dengan cara penyaringan 

(lihat perlakuan terhadap Isopropil Miristat pada Salep 

dan Minyak yang Larut pada Isopropil Miristat yang 

tertera pada Uji Sterilitas <71>). Membran penyaring 

bakteri (juga dikenal sebagai membran penyaring 

analitik), yang hanya mampu menahan mikroba 

berukuran lebih besar, diberi etiket  dengan nominal   

0,45 μm. Tidak satupun cara pengukuran penyaring 0,45 

μm yang ditetapkan badan berwenang, dan pengukuran 

tergantung kepada cara konvensional dari produsen; 

penyaring 0,45 μm mampu menahan biakan tertentu, 

seperti Serratia marcescens (ATCC 14756) atau 

Pseudomonas diminuta. Tekanan uji yang dipakai  

beraneka ragam, mulai dari yang rendah (5 psi, 0,33 

baruntuk Serratia atau 0,5 psi, 0,34 bar untuk 

Pseudomonas diminuta) sampai  yang tinggi (50 psi,      

3,4 bar). Membran ini dipakai  untuk uji sterilitas 

(menurut procedure  seperti tertera pada Uji memakai  

Penyaringan Membran dalam Uji Sterilitas <71>), yang 

tidak memerlukan resistensi mikroba yang sempurna. 

Kecil kemungkinan untuk melakukan pengujian contoh 

yang tercemar hanya oleh mikroba ukuran kecil. 

Membran penyaring berukuran nominal yang sangat kecil 

dapat di uji dengan biakan Acholeplasma laidlawii atau 

galur lain Mycoplasma pada tekanan 7 psi (0,7 bar) dan 

akan berukuran nominal 0,1 μm. Pengukuran nominal 

yang didasarkan pada sifat retensi mikroba berbeda jika 

pengukuran dilakukan dengan cara lain, umpamanya 

dengan pengukuran retensi lingkaran lateks dengan 

berbagai diameter. Merupakan tanggung jawab Pemakai  

untuk memilih suatu penyaring dengan ukuran yang tepat 

untuk tujuan tertentu, tergantung kepada sifat produk 

yang akan disaring. biasanya  tidak layak untuk 

mengulang uji kapasitas penyaringan di tempat Pemakai . 

Uji tentang mikroba lebih baik dilakukan pada kondisi 

produsen terhadap tiap bets membran penyaring yang 

diproduksinya.  

    Pemakai harus menetapkan parameter penyaringan 

yang dipakai  dalam pembuatan yang mempengaruhi 

efisiensi retensi mikroba secara bermakna. Beberapa hal 

penting lain yang perlu diperhatikan pada validasi proses 

penyaringan, meliputi kemampuan kompatibilitas produk, 

penyerapan obat, pengawet dan atau zat tambahan 

lainnya, dan pengeluaran awal kandungan endoksin. 

    sebab  efektivitas proses penyaringan juga 

dipengaruhi oleh beban mikroba larutan yang akan 

disaring, penetapan kualitas larutan sebelum penyaringan 

merupakan aspek penting validasi proses penyaringan 

sebagai tambahan pada penetapan parameter lain dari 

procedure  penyaringan, seperti tekanan, laju alir dan 

karakteristik unit penyaring. Cara lain untuk menguraikan 

kemampuan penahanan penyaring  yaitu  memakai  

log nilai reduksi (LNR). Umpamanya, suatu penyaring 

berukuran 0,2 μm yang dapat menahan 107 mikroba galur 


 

tertentu akan memiliki LNR tidak kurang dari 7, pada 

kondisi yang telah ditetapkan. 

     Proses sterilisasi larutan dengan cara penyaringan, 

pada akhir-akhir ini telah menghasilkan tingkat kepuasan 

yang baru, sebagian besar merupakan hasil 

perkembangan dan kemajuan teknologi penyaring 

membran. Kelompok media penyaring ini menjurus ke 

arah pengendalian pembakuan dan mutu yang lebih 

efektif dan juga memberi  kesempatan yang lebih luas 

pada Pemakai  untuk memastikan karakteristik atau sifat 

rakitan penyaring sebelum dan sesudah pemakaian . 

kenyataan bahwa penyaring yaitu  lapisan tipis polimer 

memberi  banyak keuntungan, namun  juga memberi  

beberapa kerugian jika dibandingkan dengan penyaring 

yang tebal seperti penyaring dari bahan porselen atau 

bahan masir. sebab  banyak dari permukaan membran 

yaitu  suatu ruangan yang kosong atau ruang terbuka, 

maka penyaring yang cukup baik dirakit dan disterilisasi 

akan memberi  suatu keuntungan  berupa laju aliran 

yang tinggi. Kerugian sebab  membran biasanya  rapuh, 

sesampai  penting untuk menetapkan bahwa rakitan sudah 

cukup baik dan membran tidak akan rusak atau pecah 

selama perakitan, sterilisasi atau selama pemakaian . 

Rakitan wadah dan penyaring yang dipakai  pertama-

tama harus divalidasi terhadap kompatibilitas dan 

integritas oleh Pemakai . Jika terbuka kemungkinan 

untuk mencampur rakitan dan membran penyaring yang 

diproduksi berbagai produsen, maka kompatibilitas dari 

rakitan gabungan ini harus lebih dahulu divalidasi. 

Disamping itu, ada  beberapa uji yang harus 

dilakukan oleh produsen penyaring membran yang pada 

biasanya  tidak diulang lagi oleh Pemakai , meliputi uji 

tentang mikrobiologik. Hasil uji terhadap tiap bets 

membran penyaring yang diproduksi harus diperoleh dari 

produsen, dan dimanuscript tasikan oleh Pemakai .  

      Penyaringan untuk tujuan stabilisasi biasanya  

dilaksanakan memakai  rakitan yang memiliki 

membran dengan porositas nominal Ukuran minimal 

pori-pori sebesar 0,2 μm atau kurang, berdasarkan pada 

pembanding yang telah divalidasi tidak kurang dari 107  

suspensi Pseudomonas diminuta (ATCC No. 19146) per 

cm2 dari luas permukaan penyaring. Media membran 

penyaring yang tersedia saat ini yaitu selulosa asetat, 

selulosa nitrat, fluorokarbonat, polimer akrilik, 

polikarbonat, poliester, polivinil klorida, vinil, nilon, 

politef, dan juga membran logam, dan ini dapat diperkuat 

atau ditunjang oleh bahan berserat internal. Rakitan 

penyaring membran harus diuji untuk integritas awal 

sebelum dipakai , dengan ketentuan bahwa uji ini  

tidak mengurangi validitas sistem uji, dan harus diuji 

sesudah proses penyaring selesai, untuk menampilkan  

bahwa rakitan penyaring mempertahankan integritas 

sepanjang procedure  penyaring berlangsung. Uji 

pemakaian  khusus yaitu  uji titik gelembung, uji aliran 

udara difusif, uji penahanan tekanan, dan uji aliran ke 

depan. Selama uji harus dikaitkan dengan retensi 

mikroba.  

 

 

 

PROSES ASEPTIK 

 

    Ada pendapat umum yang mengatakan bahwa 

sterilisasi wadah akhir terisi sebagai suatu bentuk sediaan 

atau alat terkemas akhir yaitu  proses yang dipilih untuk 

menjamin resiko terkecil kontaminasi mikroba dalam 

bets, ada  suatu kelompok besar produk yang tidak 

disterilisasi akhir, namun  disiapkan melalui tahapan 

aseptik. Proses ini dirancang untuk mencegah masuknya 

mikroba hidup ke dalam komponen steril atau komponen 

yang melewati proses antara yang mengakibatkan produk 

setengah jadi atau produk ruahan atau komponennya 

bebas dari mikroba hidup. Bagian ini mengemukakan 

suatu kajian ulang tentang prinsip produk yang diproses 

secara aseptik dengan resiko minimal terjadinya 

kontaminasi mikroba di dalam bets produk jadi dari 

bentuk sediaan akhir.  

    Suatu produk yang dianggap diproses secara aseptik 

dapat saja terdiri dari komponen yang sebelumnya telah 

disterilkan dengan salah satu proses yang telah diuraikan. 

Misalnya, produk setengah jadi, jika berupa cairan yang 

telah disaring, dapat disterilkan dengan cara penyaringan. 

Komponen wadah akhir kosong dapat disterilkan dengan 

panas, panas kering dipakai  untuk sterilisasi vial kaca, 

dan otoklaf untuk penutup karet. Daerah kritis yang perlu 

diperhatikan yaitu  lingkungan bermikroba tempat  

komponen yang sebelumnya telah disterilkan 

terkontaminasi selama perakitan untuk memproduksi 

bentuk sediaan jadi, dan selama pengisian secara  aseptik.  

    Persyaratan untuk fasilitas pengisian atau proses 

aseptik lainnya yang dirancang, divalidasi dan dipelihara 

dengan benar, terutama ditujukan pada (i) Lingkungan 

udara yang bebas mikroba viabel yang dirancang dengan 

benar untuk memungkinkan  pemeliharaan yang efektif 

dari unit alat pemasok udara (ii) Tersedianya tenaga 

pekerja terlatih, yang dilengkapi dan mengenakan 

pakaian kerja yang memadai. Lingkungan yang 

diinginkan dapat dicapai melalui teknologi penyaringan 

udara tingkat tinggi yang pada saat itu mudah diperoleh, 

dan yang berperan memasok udara berkualitas 

mikrobiologi yang diperlukan. Fasilitas meliputi sistem 

sawar primer (di dekat tempat bahan terpapar) dan 

sekunder (tempat proses aseptik berlangsung).  

    Untuk fasilitas proses aseptik atau lingkungan tempat 

pengisian aseptik yang dirancang dengan baik, berikan 

perhatian untuk bagian yang penting, seperti permukaan 

yang tidak berpori dan licin, termasuk dinding dan langit-

langit sampai  dapat secara berkala disanitasi; tempat ganti 

pakaian kerja dengan ruangan yang cukup memadai 

untuk pekerja dan untuk menyimpan pakaian streril; 

pemisahan yang memadai antara ruangan persiapan bagi 

pekerja dan ruangan proses aseptik akhir, jika perlu 

tersedia perlengkapan tertentu seperti ruang tertutup 

kedap udara dan atau penyemprotan udara; perbedaan 

tekanan yang sesuai antar ruangan, tekanan yang paling 

positif yaitu  di ruangan atau lingkungan proses aseptik; 

pemakaian  ruang bersih (satu arah) di tempat yang 

paling dekat dengan produk atau komponen yang terpapar 

dan aliran udara tersaring ke tempat ini , dengan 

frekuensi pergantian udara yang cukup; kelembaban yang 

sesuai dan pengendalian suhu lingkungan; dan suatu 

program sanitasi yang termanuscript tasi. Pelatihan yang 


sesuai bagi pekerja dalam teknik higiene dan cara 

berpakaian harus ditekankan sedemikian rupa sampai  

kakaian kerja, sarung tangan, dan penutup tubuh lainnya 

terutama harus dapat menutupi secara sempurna 

permukaan kulit yang terpapar. 

    Sertifikasi dan validasi proses aseptik dan fasilitas 

dapat dicapai dengan penentuan efisiensi sistem 

penyaringan, dengan memakai  procedure  pemantauan 

lingkungan secara mikrobiologi, dan membuat media 

biakan steril sebagai produk simulasi.  

    Pemantauan fasilitas aseptik harus meliputi 

pemeriksaan penyaringan udara lingkungan secara 

berkala sebagaimana juga pemantauan berkala terhadap 

partikulat dan mikroba lingkungan, dan dapat meliputi 

proses pembuatan media biakan steril secara berkala. 

 

Uji Sterilitas dari Bets 

 

    Harus diakui bahwa uji sterilitas penentu mungkin 

tidak dapat mendeteksi kontaminasi mikroba jika ada  

dalam presentase kecil dari bahan jadi dalam bets, sebab  

jumlah satuan tertentu yang diambil memberi  

keterbatasan statistik yang menonjol  pada pemakaian  

hasil pengujian. Bagaimanapun juga kenyataan 

keterbatasan ini harus dapat diterima sebab  pengetahuan 

sekarang ini tidak memberi  alternatif yang tidak 

merusak untuk menetapkan kualitas mikrobiologi dari 

tiap bahan jadi dalam bets, dan merupakan pilihan yang 

tidak layak untuk meningkatkan jumlah contoh secara 

menonjol . 

    Tujuan utama dalam menunjang tuntutan bahwa suatu 

bets bahan jadi yang harus steril memenuhi spesifikasi 

yang terdiri dari manuscript tasi produksi aktual dan 

rekaman sterilisasi suatu bets, dan rekaman validasi 

sebagai tambahan yang menyatakan bahwa proses 

sterilisasi memiliki kemampuan untuk menginaktifkan 

secara total beban mikroba yang ada  pada produk 

jadi atau suatu tantangan yang lebih resisten. Selanjutnya, 

harus ditunjukkan bahwa tiap langkah proses yang 

melibatkan produk terpapar sesudah proses sterilisasi 

harus dilakukan secara aseptik untuk mencegah 

kontaminasi. Jika data berasal dari pengkajian validasi 

proses jaminan sterilitas produsen dan dari data 

pengendalian dalam proses yang telah dinyatakan dapat 

memberi  jaminan yang lebih menyakinkan bahwa bets 

ini  memenuhi kemungkinan yang kecil untuk 

mengadung unit terkontaminasi yang dikehendaki 

(bandingkan dengan hasil uji sterilitas dari satuan akhir 

yamg diambil dari bets bersangkutan), maka tiap procedure  

uji sterilitas yang diadopsi mungkin minimal, atau tidak 

diperlukan secara rutin. Bagaimanapun, anggapan bahwa 

semua kriteria produksi yang ini  di atas dipenuhi, 

masih diperlukan uji sterilitas terhadap contoh dari bets 

bahan jadi. Uji sterilitas ini  biasanya  dilakukan 

segera sesudah  bets ini  diproduksi sebagai suatu uji 

pengendalian kualitas produk akhir. 

    Uji sterilitas yang dilakukan dengan cara ini dalam 

rangka pengendalian produksi tidak boleh disalahartikan 

dengan yang tertera pada Uji Sterilitas <71>. Cara yang 

rinci bisa saja sama, seperti pada media, inokula dan 

penanganan contoh, namun  jumlah satuan dan/atau waktu 

inkubasi yang dipilih dapat berbeda. Jumlah contoh yang 

dipilih harus sebanding dengan tujuan yang diinginkan, 

umpamanya sehubungan dengan jumlah yang 

dikemukakan lebih atau kurang disesuaikan dengan uji 

sterilitas dalam konteks dari semua perlakuan untuk 

jaminan sterilitas pada  produsen. Juga, perpanjangan 

waktu inkubasi dapat membuat pengujian menjadi lebih 

sensitif untuk mikroba yang lambat tumbuh. Dalam uji 

sterilitas media, mikroba lambat tumbuh ini , 

terutama jika diisolasi dari beban mikroba dari produk, 

harus disertakan dengan uji pewarnaan lain. Hasil uji 

sterilitas yang negatif atau yang memuaskan, hanya 

berguna sebagai penunjang lanjutan bagi kenyataan yang 

berhubungan dengan kualitas dari bets; jika semua 

rekaman produksi dalam keadaan yang teratur yang 

berhubungan erat dengan bets yang ada, maka proses 

sterilisasi atau aseptik jelas efektif. Bagaimanapun, hasil 

uji yang tidak memuaskan, dalam pengendalian kualitas 

produksi, menampilkan  suatu pertanda diperlukannya 

langkah selanjutnya (seperti tertera pada Kinerja, 

Pengamatan dan Penafsiran Hasil). 

 

DEFINISI BETS DAN SELEKSI CONTOH UNTUK 

UJI STERILITAS 

 

    Bahan dapat disterilisasi akhir baik di dalam suatu 

bejana maupun melalui suatu proses berkesinambungan. 

Pada proses dalam bejana beberapa  bahan disterilisasi 

secara bersamaan pada kondisi terkendali, misalnya, 

dalam suatu otoklaf, sesampai  untuk tujuan uji sterilitas, 

bets ini  dianggap sebagai isi dari suatu bejana 

tunggal. Pada proses berkesinambungan, bahan 

disterilkan secara tersendiri dan berurutan, misalnya, 

dengan memberi  radiasi berkas elektron, sesampai  

bets dianggap tidak lebih besar dari jumlah keseluruhan 

contoh serupa seperti ditunjukkan pada sterilisasi yang 

seragam selama jangka waktu tidak lebih dari 24 jam. 

    Pada pengisian secara aseptik, istilah pelaksanaan 

pengisian dimaksudkan suatu kelompok wadah akhir, 

dalam segala hal yaitu  identik, yang telah diisi secara 

aseptik dengan produk yang sama dari bahan setengah 

jadi dalam periode waktu tidak lebih dari 24 jam 

berurutan tanpa berhenti atau penggantian yang dapat 

mempengaruhi integritas rakitan pengisian. Contoh yang 

diuji harus dapat mewakili tiap rakitan pengisian dan 

harus diseleksi pada selang waktu yang sesuai secara 

menyeluruh pada semua pelaksanaan pengisian. Jika 

lebih dari tiga mesin pengisi, setiap mesin memiliki 

tempat pengisian tunggal atau ganda, dipakai  untuk 

pengisian bets tunggal, minimum 20 wadah terisi (tidak 

kurang dari 10 per media), harus diuji untuk tiap mesin 

pengisi, namun  yang diperlukan biasanya  jumlah total 

tidak perlu melebihi 100 wadah. 

    Untuk bets kecil, dalam hal pengisian aseptik atau 

sterilisasi akhir, jika jumlah wadah akhir dalam bets 

antara 20 dan 200, biasanya  lebih kurang 10% dari 

wadah harus diuji. Jika jumlah akhir dalam bets yaitu  20 

atau kurang, tidak kurang dari dua wadah akhir harus 

diuji. 


 

 

 

Kinerja, Pengamatan dan Penafsiran Hasil 

 

    Fasilitas untuk uji sterilitas harus diusahakan 

sedemikian rupa sampai  tidak memberi  mikroba 

tantang yang lebih besar dari bahan yang diuji jika 

dibandingkan oleh seorang yang memiliki keahlian tinggi 

dibidang teknik aseptik. Rekaman kinerja uji dari penguji 

ini harus dimanuscript tasi. 

    Penanganan aseptik ekstensif yang diperlukan untuk 

pelaksanaan uji sterilitas dapat menghasilkan probabilitas 

kontaminasi yang tidak berkaitan dengan produk yang 

dinyatakan dengan 10-3, suatu tingkat yang sama dengan 

efisiensi pelaksanaan aseptik secara menyeluruh dan 

dapat dibandingkan dengan probabilitas mikroba hidup 

dari bahan yang diproses secara aseptik. Tingkat 

probabilitas ini secara menonjol  lebih besar dari yang 

umum berlaku bagi proses sterilisasi akhir, yaitu 1 dalam 

sejuta atau 10-6 probabilitas mikroba hidup. Sebaiknya, 

bahan jadi yang diketahui steril harus secara berkala 

diperlakukan sebagai kontrol negatif, sebagai alat kendali 

procedure  uji yang dapat dipercaya. Sebaiknya teknisi 

yang melaksanakan pengijian harus tidak mengetahi 

bahwa mereka melakukan uji kontrol negatif. Dari uji ini 

diinginkan suatu hasil positif palsu secara berkala tidak 

melebihi 2%. 

    Untuk bahan yang diproses secara aseptik, fakta ini 

mendukung pemakaian  secara rutin uji yang tertera pada 

Uji Sterilitas <71> atau yang lebih rinci. manuscript tasi 

produksi dan validasi harus lengkap dan dapat diterima. 

Bagaimanapun juga untuk produk yang mengalami 

sterilisasi akhir secara efektif, probabilitas mikroba hidup 

lebih rendah dapat menuntun pemakaian  uji yang kurang 

ekstensif daripada procedure  yang ditetapkan pada Uji 

Sterilitas <71>, atau bahkan dapat menghindari 

keharusan untuk melaksanakan salah satunya. Tambahan 

jaminan sterilitas dari sterilisasi akhir yang dapat 

dipercaya tergantung pada proses sterilisasi yang 

divalidasi dan dimanuscript tasi secara baik. Uji sterilisasi 

sendiri tidak dapat diganti. 

 

    Penafsiran hasil uji pengawasan mutu Tanggung 

jawab menyeluruh untuk melakukan satuan uji dan 

penafsiran hasil uji berkaitan dengan diterima atau 

ditolaknya suatu bets harus berada di tangan petugas yang 

telah mendapat latihan formal yang sesuai di bidang 

mikrobiologi dan memiliki pengetahuan di bidang 

sterilisasi industri, proses aseptik dan konsep statistik 

pengambilan contoh. Petugas seperti ini harus juga 

menguasai masalah program pengawasan lingkungan 

dalam fasilitas uji untuk menjamin agar kualitas 

mikrobiologi udara dan permukaan kerja kritis dapat 

diterima secara konsisten. 

    Uji sterilitas pengawasan mutu (baik yang sesuai 

dengan uji penentu yang resmi maupun uji yang 

dimodifikasi) dapat dilakukan dengan dua tahap terpisah 

sedemikian rupa sampai  meniadakan hasil positif palsu. 

    Tahap pertama Dengan mengabaikan rencana 

pengambilan contoh yang dipakai , jika tidak terbukti 

adanya pertumbuhan mikroba, hasil uji dapat dipakai  

sebagai petunjuk tidak adanya kontaminasi intrinsik dari 

bets bersangkutan. 

    Jika ada  pertumbuhan mikroba, lanjutkan pada 

Tahap kedua. 

    Tahap kedua Jika terjadi pertumbuhan mikroba, 

lakukan uji Tahap kedua (kecuali jika uji Tahap pertama 

dinyatakan tidak absah). Bukti yang menyatakan bahwa 

uji Tahap pertama tidak absah sampai  mengulanginya 

sebagai suatu uji Tahap pertama dapat diperoleh dari 

pengkajian catatan uji lingkungan dan catatan yang 

relevan. Penemuan pertumbuhan mikroba pada kontrol 

negatif tidak perlu dipertimbangkan sebagai dasar satu-

satunya untuk menyatakan uji Tahap pertama tidak 

absah. Jika melakukan uji Tahap kedua, terutama jika 

tergantung dari hasil uji untuk pelepasan bets, mulai dan 

manuscript tasikan suatu kajian menyeluruh dari semua 

rekaman produksi dan pengawasan yang berlaku secara 

bersamaan. Pada pengkajian ini perlu diberikan perhatian 

kepada hal berikut: 

(1) Pemeriksaan rekaman pemantauan siklus sterilisasi 

yang divalidasi yang diterapkan pada produk. 

(2) Riwayat uji sterilitas yang berhubungan dengan 

produk tertentu, baik untuk contoh jadi dan masih dalam 

proses maupun rekaman sterilisasi alat penunjang, wadah, 

penutup dan komponen steril, jika ada. 

(3) Data pengawasan lingkungan, termasuk yang 

diperoleh dari pengisian media, lempeng yang terpapar, 

data penyaringan, tiap rekaman sanitasi dan data 

pemantauan mikroba dari pekerja, pakaian kerja, sarung 

tangan dan cara berpakaian. 

    Jika tidak berhasil menelusuri dan pengkajian ini  

di atas, maka gambaran mikroba produk yang berlaku 

harus diperiksa memakai  gambaran riwayat adanya 

kemungkinan perubahan. Rekaman harus diperiksa secara 

bersamaan untuk tiap perubahan dalam sumber 

komponen produk dan/atau procedure  proses yang sedang 

berlangsung yang mungkin ikut berperan. Tergantung 

kepada temuan, dan dalam hal yang ekstrim, perlu 

diberikan pertimbangan untuk revalidasi seluruh proses 

pembuatan. Pada Tahap kedua tidak mungkin untuk 

menentukan jumlah tertentu contoh yang diuji. Biasanya 

yaitu  mengambil jumlah contoh sebanyak dua kali dari 

Tahap pertama pada uji sterilitas, atau jumlah lain yang 

layak. Volume minimum yang diuji dari tiap contoh, 

media dan masa inkubasi sama seperti tertera pada Tahap 

pertama. 

    Jika tidak ada  pertumbuhan pada Tahap kedua, 

dan manuscript  pengkajian dari rekaman yang sesuai dan 

pemeriksaan produk yang bersangkutan tidak menunjang 

kemungkinan kontaminasi intrinsik, bets dapat 

dinyatakan memenuhi persyaratan Uji sterilitas <71>. 

Jika ada  pertumbuhan, bets bersangkutan tidak 

memenuhi persyaratan uji. Seperti yang dinyatakan pada 

uji Tahap pertama, uji Tahap kedua dapat dinyatakan 

tidak absah dengan bukti yang cukup, dan jika terjadi, 

ulangi seperti Tahap kedua. 

 

VALIDASI procedure  DALAM 

FARMAKOPE 


procedure  pengujian yang dipakai  untuk menilai tingkat  

mutu bahan dan sediaan farmasi yang ada  dalam 

farmakope memerlukan berbagai persyaratan. 

 

Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) terkini 

mempersyaratkan metode yang dipakai  untuk menilai 

kesesuaian mutu bahan dan sediaan farmasi terhadap 

spesifikasi yang telah ditetapkan harus telah dibuktikan 

akurasi dan reliabilitasnya.  

 

Pemakai  metode-metode analitik yang tertera dalam 

farmakope tidak dipersyaratkan untuk memvalidasi 

akurasi dan reliabilitas namun  cukup memverifikasi  

kesesuaiannya pada kondisi nyata pemakaian nya. 

Sesuai dengan status legal farmakope, maka procedure  

baru yang akan diajukan untuk adopsi atau revisi 

procedure  yang sudah ada harus didukung oleh data 

laboratorium yang memadai. 

 

PENYERAHAN KE PANITIA FARMAKOPE 

 

Penyerahan procedure  analisa  baru atau yang direvisi 

kepada Panitia Farmakope harus disertai dengan 

informasi yang cukup untuk dapat dievaluasi. Secara 

umum, evaluasi  meliputi penilaian kejelasan dan 

kelengkapan uraian procedure  analisa , penetapan 

kebutuhan akan procedure , dan bukti termanuscript tasi  

terhadap validasi yang telah dilakukan. Informasi dapat 

beragam, tergantung pada jenis metode yang dipakai .  

Namun pada biasanya   informasi mencakup hal-hal  

berikut: 

 

Dasar pemikiran Bagian ini harus mencantumkan 

kebutuhan procedure  dan uraian kemampuan procedure  

khusus yang diusulkan dan alasan pemilihan procedure  ini 

dibandingkan procedure  lain. Untuk procedure  yang direvisi 

harus disertai dengan perbandingan  yang menampilkan  

kelemahan procedure  yang masih berlaku dan keunggulan 

yang dimiliki oleh procedure  yang diusulkan. 

 

procedure  analisa  yang diusulkan Pada bagian ini, 

procedure  analisa  harus diuraikan secara lengkap dan rinci 

sesampai  personal terlatih mampu melakukan replikasi 

pengujian yang sama. Uraian procedure  harus meliputi 

semua parameter operasional yang penting dan instruksi 

khusus seperti penyiapan pereaksi, pelaksanaan uji 

kesesuaian sistem, uraian blangko yang dipakai , 

peringatan, dan formula yang jelas untuk perhitungan  

hasil pengujian. 

 

 Unsur data Bagian ini harus berisi manuscript  yang 

lengkap dan menyeluruh dari kajian validasi procedure  

analisa . Termasuk didalamnya rangkuman data 

pengujian dan perhitungan yang mendukung setiap 

karakteristik kinerja analisa  yang dipakai . 

Karakteristik kinerja analisa  yang dimaksud akan 

diuraikan pada bab berikut. 

 

Validasi Validasi suatu procedure  analisa  yaitu  proses 

yang ditetapkan melalui kajian laboratorium bahwa 

karakteristik kinerja procedure  ini  telah memenuhi 

persyaratan sesuai dengan tujuan pemakaian nya. Jenis 

karakteristik kinerja analitik yang diuraikan dalam 

manuscript  ini dapat dilihat dalam Tabel 1. sebab  

pandangan dan pengertian akan terminologi sering 

berbeda, maka masing-masing karakteristik kinerja 

analitik akan diuraikan dan didefinisikan secara khusus 

dalam bab berikutnya.  

 

Tabel 1 

Karakteristik kinerja analitik yang dipakai   

dalam validasi metode 

 

Akurasi 

Presisi 

Spesifisitas 

Batas Deteksi 

Batas Kuantitasi 

Linearitas 

Rentang 

Ketegaran 

 

Revalidasi Revalidasi perlu dilakukan dalam masalah  

berikut: penyerahan procedure  analisa  yang direvisi 

kepada Panitia Farmakope, atau pemakaian  suatu 

procedure  umum yang telah ditetapkan  pada produk baru 

atau bahan baku baru.  

Menurut manuscript  ”International Conference on 

Harmonization” (ICH) revalidasi perlu dilakukan jika 

terjadi : perubahan dalam sintesis senyawa obat, 

perubahan dalam komposisi sediaan farmasi, dan 

perubahan dalam procedure  analisa . 

 

Karakteristik Analitik 

 

AKURASI suatu procedure  analisa  yaitu  tingkat 

kedekatan antara hasil pengujian dengan procedure  yang 

sedang divalidasi terhadap nilai yang benar. Akurasi 

procedure  analisa  harus ditetapkan meliputi rentang nilai 

benar ini . 

    Penetapan Dalam masalah  pengujian senyawa obat, 

akurasi ditetapkan dengan penerapan procedure  anal