Jumat, 06 Desember 2024

farmakope 130


 isa  

ini  pada analit yang diketahui kemurniannya 

(misalnya bahan pembanding) atau dengan 

pembandingan hasil analisa  dengan procedure  lain yang 

telah ditetapkan akurasinya. 

Dalam masalah  pengujian senyawa obat dalam produk 

formulasi, akurasi dapat ditetapkan dengan penerapan 

procedure  ini  pada campuran sintetik komponen  

sediaan farmasi yang ke dalamnya telah ditambahkan 

beberapa  analit dalam suatu rentang kadar tertentu. Jika 

hal ini  tidak dimungkinkan untuk memperoleh 

semua komponen sediaan farmasi ini , maka akurasi 

ditetapkan dengan menetapkan kadar analit yang 

 

ditambahkan dan diketahui jumlahnya ke dalam sediaan 

farmasi atau membandingkan hasil penetapan dengan 

suatu procedure  yang telah diketahui akurasinya. 

Dalam hal analisa  kuantitatif cemaran, akurasi ditetapkan 

terhadap sampel (senyawa obat atau sediaan farmasi) 

yang telah ditambahkan beberapa  tertentu cemaran. Jika 

cemaran atau produk degradasi tidak mungkin diperoleh, 

maka akurasi ditetapkan dengan membandingkan hasil 

analisa  terhadap hasil pengujian procedure  lain yang telah 

diakui. Jika tidak ada informasi lain, dimungkinkan untuk 

menghitung jumlah cemaran berdasarkan perbandingan 

respons dengan respons senyawa obat. Rasio antara 

respons beberapa  sama cemaran dengan senyawa obat 

(faktor respons relatif) dapat dipakai  jika telah 

diketahui. 

Akurasi dihitung sebagai persentase perolehan kembali 

dari penetapan beberapa  analit yang ditambahkan dan 

diketahui jumlahnya kedalam sampel, atau sebagai selisih 

antara hasil rata-rata dengan hasil benar yang diterima 

bersama dengan batas kepercayaannya. 

manuscript  ICH merekomendasikan bahwa akurasi 

ditetapkan dengan memakai  minimal 9 penetapan 

meliputi 3 tingkat konsentrasi berbeda yang telah 

ditetapkan (misalnya 3 konsentrasi dan 3 replikasi untuk 

masing-masing konsentrasi). 

Penilaian akurasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, 

termasuk menilai persen perolehan kembali dari berbagai 

rentang  pengujian, atau menilai linearitas hubungan 

antara konsentrasi yang dihitung terhadap konsentrasi 

sebenarnya. Arah garis lurus hubungan ini  harus 

sekitar 1,0 atau mendekati 1,0. Dalam masalah   lain, interval 

kedekatan harus ditetapkan terlebih dahulu dalam 

protokol validasi. Kriteria penerimaan akurasi sangat 

tergantung kepada jenis pengujian dan keragaman serta 

sediaan yang diuji.  

 

PRESISI procedure  analisa  yaitu  tingkat kedekatan 

diantara hasil uji individu bila procedure  diterapkan 

berulangkali terhadap sampling ganda atau sampel yang 

homogen. Presisi biasanya dinyatakan sebagai simpangan 

baku atau simpangan baku relatif (koefisien variasi) dari 

satu seri pengukuran. Presisi merupakan ukuran tingkat 

reprodusibilitas atau repetabilitas procedure  analisa  dalam 

kondisi kerja normal. Dalam kaitan ini reprodusibilitas 

mengacu pada pemakaian  procedure  analisa  di beberapa 

laboratorium yang berbeda. Presisi antara (dikenal juga 

sebagai ”ruggedness”), menyatakan keragaman dalam 

laboratorium yang dilakukan  pada hari yang berbeda atau  

oleh analis yang berbeda atau peralatan yang berbeda di 

laboratorium yang sama. Repetabilitas mengacu pada 

pemakaian  procedure  analisa  dalam laboratorium yang 

sama  dalam periode waktu yang singkat oleh analis yang 

sama dengan peralatan yang sama. 

    Penetapan Presisi procedure  analisa  ditetapkan dengan 

menentukan kadar beberapa  memadai dari larutan sampel 

homogen beberapa kali, sesampai  hasil pengujian dapat 

dihitung secara statistik perkiraan yang sah dari 

simpangan baku atau simpangan baku relatif (koefisien 

variasi). Penetapan kadar dalam kaitan ini yaitu  analisa  

bebas terhadap sampel yang dilakukan secara lengkap 

mulai dari penyiapan sampel sampai  diperoleh hasil akhir 

pengujian. 

manuscript  ICH merekomendasikan bahwa repetabilitas 

ditentukan dengan memakai  minimal 9 penetapan 

meliputi suatu rentang konsentrasi khusus untuk procedure  

(misalnya 3 konsentrasi dan 3 replikasi untuk masing-

masing konsentrasi, atau minimal 6 penetapan pada 

konsentrasi uji 100%) 

 

SPESIFISITAS manuscript  ICH mendefinisikan 

spesifisitas sebagai kemampuan menguji secara tepat 

suatu analit dengan adanya komponen lain dan 

diperkirakan ada sebagai cemaran, hasil degradasi, dan 

matriks sampel. Ketiadaan spesifisitas dari procedure  

analisa  dapat diatasi dengan pemakaian  procedure  

analitik pendukung. [Catatan Beberapa organisasi 

internasional memakai  istilah selektivitas untuk 

menggantikan spesifisitas.] Untuk menjelaskan definisi di 

atas dapat dipakai  implikasi berikut: 

    Uji identifikasi procedure  harus menjamin identitas 

analit. 

    Uji kemurnian procedure  harus menjamin dalam 

penetapan akurat kandungan cemaran dalam analit 

(seperti senyawa sejenis, batas logam berat, cemaran 

organik mudah menguap). 

    Penetapan kadar procedure  harus menjamin dan 

memberi  pernyataan  akurat pada kadar atau potensi 

analit dalam sampel. 

     

Penetapan Dalam masalah  analisa  kualitatif (uji 

identifikasi) maka procedure  harus menampilkan  

kemampuan untuk memilih antara senyawa-senyawa 

yang berkaitan erat dengan strukturnya. Ini dapat 

dikonfirmasi dengan memperoleh hasil positif dari 

sampel yang mengandung analit dibandingkan dengan 

hasil negatif dari sampel yang tidak mengandung analit, 

dan dikonfirmasi bahwa hasil positif ini  tidak 

diperoleh dari bahan-bahan yang berstruktur sama atau 

berdekatan dengan analit. 

Dalam masalah  procedure  untuk cemaran, spesifisitas 

dilakukan dengan menetapkan beberapa  tertentu cemaran 

yang ditambahkan pada senyawa obat atau sediaan 

farmasi, dan hasilnya menampilkan  cemaran ini  

ditetapkan dengan akurasi dan presisi yang memadai. 

Dalam masalah  penetapan kadar, spesifisitas dapat 

ditunjukkan dengan tidak adanya pengaruh cemaran atau 

eksipien pada procedure . Pada prakteknya, hal ini dapat 

dilakukan dengan cara menambahkan beberapa  cemaran 

atau eksipien pada senyawa obat atau sediaan dan hasil 

penetapan kadar tidak dipengaruhi oleh adanya bahan-

bahan dari luar ini . 

Jika baku cemaran atau hasil urai tidak tersedia, maka 

spesifisitas ditunjukkan dengan membandingkan hasil 

analisa  sampel yang mengandung  cemaran atau hasil 

urai terhadap hasil procedure  lain yang sudah divalidasi. 

Pembandingan hasil analisa  meliputi juga sampel yang 

disimpan pada kondisi perlakuan yang relevan (misalnya 

pengaruh cahaya, panas, lembab, hidrolisis asam/basa, 

dan oksidasi). Dalam masalah  uji kemurnian kromatografi, 

maka profil cemaran harus dibandingkan. 


 

manuscript  ICH menyatakan jika dipakai  procedure  

kromatografi, maka kromatogram harus disertakan untuk 

menampilkan  derajat selektivitasnya, dan puncak harus 

diberi tanda. Uji kemurnian puncak (dengan ”Diode 

Array” atau Spektrometri Massa) dapat dipakai  untuk 

menampilkan  bahwa puncak kromatogram analit tidak 

mengandung komponen lain  

 

BATAS DETEKSI yaitu  karakteristik uji batas. Ini 

merupakan konsentrasi terendah analit dalam sampel 

yang dapat dideteksi, namun  tidak perlu kuantitatif dalam 

kondisi percobaan yang ditentukan. Uji batas semata-

mata menunjang bahwa konsentrasi analit di bawah atau 

di atas aras  tertentu. Batas deteksi biasanya  dinyatakan 

sebagai konsentrasi analit (misalnya persen, bpj, bpm) 

dalam sampel. 

     

Penetapan Untuk procedure  non-instrumental, batas 

deteksi biasanya  ditetapkan dengan analisa  sampel yang 

mengandung analit dalam kadar yang diketahui dan 

menentukan kadar analit terendah yang dapat dideteksi 

dengan baik. 

Untuk procedure  instrumental, pendekatan yang sama 

dapat dipakai  dengan procedure  non-instrumental. 

Dalam masalah  procedure  yang diserahkan untuk 

dipertimbangkan sebagai procedure  farmakope resmi, 

semuanya tidak pernah ditentukan batas deteksinya secara 

tepat. Batas deteksi cukup ditunjukkan rendah dengan 

analisa  sampel yang mengandung kadar analit  di atas 

atau di bawah batas deteksi yang dipersyaratkan.  

Dalam masalah  procedure  analisa  instrumental yang 

menujukkan adanya gangguan latar belakang, manuscript  

ICH menguraikan pendekatan umum dengan 

membandingkan hasil pengukuran ”signal” dari sampel 

dengan konsentrasi analit rendah yang diketahui dengan 

”signal” sampel blangko. Konsentrasi minimum analit 

yang masih dapat dideteksi dapat ditentukan pada 

perbandingan ”signal to noise” 2:1 atau 3:1. Pendekatan 

lain tergantung pada penetapan arah garis kurva kalibrasi 

dan standar deviasi respons. Selanjutnya batas deteksi 

dapat divalidasi dengan menganalisa  beberapa  sampel 

yang diketahui kadarnya mendekati atau dipersiapkan 

pada batas deteksinya. 

 

BATAS KUANTITASI yaitu  karakteristik penetapan 

kuantitatif pada aras rendah dari senyawa dalam matriks 

sampel, seperti cemaran dalam senyawa obat ruahan dan 

hasil degradasi dalam sediaan farmasi akhir. Batas 

kuantitasi  yaitu  konsentrasi terendah dari analit dalam 

sampel yang ditetapkan dengan akurasi dan presisi yang 

dapat diterima dalam kondisi percobaan yang telah 

ditetapkan. Batas kuantitasi  dinyatakan sebagai 

konsentrasi analit (misalnya persen,bpj, bpm) dalam 

sampel. 

    Penetapan Untuk metode non-instrumental, batas 

kuantitasi biasanya  ditetapkan dengan melakukan 

analisa  sampel yang mengandung analit dalam jumlah 

yang diketahui dan menetapkan kadar terendah analit 

yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi yang 

dapat diterima. 

Untuk procedure  instrumental, pendekatan yang sama 

dapat dipakai  seperti pada procedure  non-instrumental. 

Dalam masalah  procedure  yang diserahkan untuk 

dipertimbangkan sebagai procedure  resmi, tidak perlu 

menentukan batas kuantitasi. Biasanya batas kuantitasi 

ditetapkan dengan menganalisa  sampel dengan 

konsentrasi analit di atas atau di bawah aras 

kuantitasinya.  

Dalam masalah  procedure  analisa  instrumental yang 

menampilkan  adanya gangguan latar belakang, manuscript  

ICH menguraikan pendekatan umum dengan 

membandingkan hasil pengukuran ”signal” dari sampel 

yang mengandung analit kadar rendah dengan hasil 

pengukuran ”signal” sampel blangko. Konsentrasi 

minimum analit dapat ditentukan pada perbandingan  

”signal to noise” 10:1. Pendekatan lain tergantung pada 

penentuan arah garis kurva kalibrasi dan standar deviasi 

dari respons. Selanjutnya batas kuantitasi divalidasi 

dengan analisa  terhadap beberapa  sampel yang 

mengandung analit mendekati atau dipersiapkan 

mengandung analit pada batas kuantitasinya. 

 

LINEARITAS DAN RENTANG  

 

Linearitas yaitu  kemampuannya untuk menampilkan  

hasil uji yang secara langsung atau dengan melalui 

transformasi matematik yang tepat proporsional terhadap 

konsentrasi analit dalam sampel dalam rentang yang 

diberikan. Dalam kaitan ini linearitas mengacu pada  

hubungan linear antara konsentrasi dan hasil pengukuran 

pengujian. Dalam beberapa masalah , untuk mencapai 

linearitas, konsentrasi atau hasil pengukuran dapat 

ditransformasi dalam bentuklogaritma, akar kuadrat, 

resiprokal, atau bentuk transformasi lainnya. Jika 

linearitas tidak dicapai, maka hubungan non-linear dapat 

dipakai .  

 

Rentang yaitu  interval antara batas tertinggi dan batas 

terendah dari kadar analit yang telah dibuktikan, dapat 

ditentukan dengan presisi, akurasi dan linearitas yang 

sesuai memakai  procedure  analisa  yang ditetapkan. 

Rentang biasanya  dinyatakan dalam satuan yang sama 

dengan hasil uji (misalnya persen, bpj, bpm) yang 

diperoleh dengan procedure  analisa  ini. 

     

Penetapan Linearitas dapat ditentukan sepanjang rentang 

procedure  analisa . Awalnya linearitas digambarkan secara 

visual antara ”signal” sebagai fungsi dari konsentrasi 

analit. Jika terlihat ada hubungan yang linear, hasil uji 

dapat ditentukan dengan metode statistik yang memadai 

(misalnya dengan perhitungan garis regresi kuadrat 

terkecil). Data dari garis regresi dapat membantu untuk 

menunjukan perkiraan derajat linearitas, seperti koefisien 

korelasi, perpotongan sumbu y, arah garis regresi dan 

jumlah kuadrat residu garis regresi yang dapat diterima. 

Rentang procedure  divalidasi dengan membuktikan bahwa 

procedure  analisa  memberi  presisi, akurasi dan 

linearitas yang dapat diterima ketika diterapkan pada 

sampel yang mengandung analit pada konsentrasi ekstrim 

yang berada pada rentang. 


 

 

ICH merekomendasikan bahwa linearitas ditetapkan 

dengan memakai  minimal 5 konsentrasi yang 

dipakai  secara normal. Dan juga direkomendasikan 

rentang minimum yang dipakai  sebagai berikut: 

    Penetapan kadar senyawa obat (atau sediaan farmasi  

akhir): dari 80% sampai  120% dari konsentrasi uji. 

    Penetapan cemaran: dari 50% sampai  120% dari 

kriteria penerimaan. 

    Untuk Keseragaman kandungan: minimal 70% sampai  

130% dari konsentrasi uji (sangat tergantung pada sifat 

alami bentuk sediaan). 

    Untuk Uji Disolusi: +20% dari rentang spesifik 

(misalnya pada sediaan pelepasan terkendali, sesudah        

1 jam 20%, dan sesudah  24 jam lebih dari 90%, maka 

rentangnya dari 0% - 110% dari konsentrasi yang 

dinyatakan pada etiket). 

 

Ketegaran yaitu  ukuran kemampuan procedure  untuk 

tetap bertahan dan tidak terpengaruh oleh keragaman 

kecil yang disengaja pada parameter procedure  yang 

ada  dalam manuscript . Ketegaran dapat ditentukan 

pada waktu  pengembangan  procedure  analisa .  

 

Kesesuaian Sistem 

Jika pengukuran dapat dipengaruhi oleh keragaman 

kondisi analisa , maka perlu adanya pengawasan yang 

memadai atau pernyataan peringatan yang tertulis dalam 

procedure . Salah satu konsekuensi dari pengujian 

ketegaran yaitu  parameter kesesuaian sistem yang perlu 

ditetapkan untuk menjamin validitas procedure  agar tetap 

bertahan selama dipakai . Keragaman yang umum 

yaitu  stabilitas larutan analisa , perbedaan peralatan, dan 

perbedaan analis. Dalam hal kromatografi cair, 

keragaman yang umum yaitu  pH tahap  gerak, komposisi 

tahap  gerak, perbedaan lot kolom atau pemasok kolom, 

suhu dan laju alir tahap  gerak. Dalam hal kromatografi gas, 

variasi yang umum yaitu  perbedaan lot kolom atau 

pemasok kolom, suhu dan laju alir tahap  gerak. 

 

Uji Kesesuaian Sistem berdasarkan pada konsep bahwa 

peralatan, elektronik, kerja analitik dan sampel 

merupakan satu sistem yang terpadu yang harus 

dievaluasi. Parameter kesesuaian sistem yang harus 

ditetapkan tergantung pada jenis procedure  yang akan 

dievaluasi. Kesesuaian sistem sangat penting dalam hal 

procedure  kromatografi. Penyerahan pada Panitia 

Farmakope hendaknya dilengkapi dengan persyaratan 

kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi 

<931>. 

 

Unsur Data yang Diperlukan untuk Validasi 

 

Persyaratan pengujian farmakope beragam, mulai dari 

penetapan analisa  tingkat kepastian tinggi sampai 

evaluasi terhadap karakteristik. Setiap procedure  analisa  

yang berbeda memerlukan skema validasi yang berbeda. 

Bagian ini hanya mencakup kategori pengujian secara 

umum yang memsyaratkan data validasi. Kategori-

kategori ini  yaitu  sebagai berikut: 

 

Kategori I procedure  analisa  untuk penetapan kadar 

komponen utama dalam bahan baku obat atau bahan aktif 

(termasuk pengawet) dalam sediaan obat jadi. 

 

Kategori II procedure  analisa  untuk penetapan  cemaran 

dalam bahan baku obat atau senyawa hasil degradasi 

dalam sediaan obat jadi. procedure  ini terdiri dari 

penetapan kuantitatif dan uji batas. 

 

Kategori III procedure  analisa  untuk penetapan karakteristik 

kinerja sediaan (misalnya disolusi, pelepasan obat). 

 

Kategori IV procedure  analisa  untuk identifikasi. 

 

Untuk setiap kategori diperlukan informasi analitik yang 

berbeda. Tabel 2 mencantumkan unsur data yang 

diperlukan untuk setiap kategori. 

 

Tabel 2  Unsur data yang dibutuhkan untuk validasi procedure  analisa  

 

 

Karakteristik kinerja analitik 

 

Kategori I 

 

Kategori II  

Kategori III 

 

Kategori IV Kuantitatif Uji batas 

Akurasi Ya Ya * * Tidak 

Presisi Ya Ya Tidak Ya Tidak 

Spesifisitas Ya Ya Ya * Ya 

Batas Deteksi Tidak Tidak Ya * Tidak 

Batas Kuantitasi Tidak Ya Tidak * Tidak 

Linearitas Ya Ya Tidak * Tidak 

Rentang Ya Ya * * Tidak 

Catatan : 

 *   Mungkin dipersyaratkan tergantung pada sifat khusus dari uji 

 


 

procedure  umum yang sudah pasti (seperti penetapan 

kadar air secara titrimetri, penetapan endotoksin bakteri) 

harus diverifikasi untuk memastikan kesesuaian 

pemakaian , seperti akurasinya (dan tidak ada pengaruh 

lain) jika dipakai  untuk sediaan atau bahan baku baru. 

Validitas suatu procedure  analisa  hanya dapat dibuktikan 

melalui kajian laboratorium. Oleh sebab  itu kelengkapan 

manuscript tasi dari setiap pengujian merupakan suatu 

persyaratan dasar dalam menentukan kesesuaian procedure  

itu dengan tujuan pemakaian nya. procedure  dalam 

farmakope harus menampilkan  hasil yang sesuai dalam 

kondisi nyata, oleh sebab  itu perlu dilakukan verifikasi.  

 

 

VERIFIKASI procedure  DALAM 

FARMAKOPE <1382> 

 

Bab ini bertujuan memberi  informasi mengenai 

verifikasi procedure  dalam farmakope yang dilakukan 

pertama kali untuk memperoleh hasil yang dapat diterima 

dengan memakai  penguji, peralatan dan pereaksi 

yang tersedia. Bab ini bukan untuk aplikasi retroaktif 

procedure  laboratorium yang sudah ada. Bab Validasi 

procedure  dalam Farmakope <1381> memberi  

informasi umum karakteristik yang harus 

dipertimbangkan untuk kategori uji yang beragam dan 

manuscript tasi sebaiknya mengikuti procedure  analisa  yang 

ada dalam farmakope. Verifikasi meliputi penilaian 

terhadap karakteristik yang dipilih seperti yang diuraikan 

pada bab Validasi procedure  dalam Farmakope <1381>. 

Untuk menghasilkan kesesuaian, data yang relevan lebih 

baik daripada pengulangan proses validasi. 

Pemakai  procedure  analisa  farmakope tidak perlu  

melakukan validasi procedure  untuk pertama kali 

dipakai  di laboratorium, namun  harus ada bukti 

termanuscript tasi yang sesuai pada kondisi nyata yang 

dipakai . 

Verifikasi procedure  mikrobiologi tidak termasuk dalam 

bab ini, sebab  telah tercantum dalam Uji Efektivitas 

Pengawet Antimikroba <61>, Uji Batas Mikroba <51>, 

dan Uji Sterilitas <71>. 

 

PROSES VERIFIKASI 

 

Pemakai  harus sudah memiliki  pengalaman, 

pengetahuan dan pelatihan yang cukup untuk dapat 

memahami dan melakukan procedure  analisa  seperti yang 

tertulis. Verifikasi yang dilakukan oleh Pemakai  akan 

memberi  keyakinan bahwa procedure  farmakope telah 

sesuai dengan tujuannya. 

Jika verifikasi procedure  farmakope tidak berhasil dan 

tidak ada pemecahan masalah ini, dapat disimpulkan 

bahwa procedure  yang dipakai  tidak sesuai dengan 

sampel yang sedang diuji di laboratorium ini . 

Selanjutnya perlu dilakukan pengembangan dan validasi 

procedure  alternatif mengikuti ketentuan umum. procedure  

alternatif 

dapat dikirimkan ke Panitia Farmakope bila disertai data 

yang sesuai, untuk mendukung usulan penambahan atau 

penggantian procedure  yang sedang berlaku.  

 

Persyaratan verifikasi hendaknya didasarkan pada 

penilaian kompleksitas, baik pada procedure  maupun 

bahan pada saat procedure  diterapkan. Walaupun 

revalidasi procedure  farmakope secara lengkap tidak 

dipersyaratkan untuk memverifikasi metode yang sesuai 

dalam kondisi pemakaian , beberapa karakteristik pada 

Tabel 2 bab Validasi procedure  dalam Farmakope <1381> 

dapat dipakai  untuk proses verifikasi.  Hanya beberapa 

karakteristik yang dipakai  untuk memverifikasi 

procedure  yang perlu dievaluasi. Tingkat kesulitan proses 

verifikasi tergantung pada tingkat kemahiran dan 

pengalaman Pemakai , jenis procedure  dan alat yang 

dipakai , tahapan procedure  spesifik, dan sampel yang 

diuji. 

Sebagai contoh, pengujian spesifisitas merupakan 

karakteristik kunci dalam melakukan verifikasi bahwa 

suatu procedure  farmakope dapat dipakai  dalam 

penetapan kadar bahan obat dan sediaannya. Misalnya, 

spesifisitas yang dapat diterima untuk suatu metode 

kromatografi dapat diverifikasi sesuai persyaratan 

resolusi dalam kesesuaian sistem (jika  dicantumkan 

dalam procedure ). Akan namun  bahan baku obat dari 

pemasok yang berbeda mungkin akan memiliki  profil 

cemaran berbeda yang tidak tercantum dalam procedure  

farmakope. Demikian juga bahan baku zat tambahan 

dalam suatu sediaan dari pabrik yang berbeda dapat 

sangat berbeda dan secara langsung dapat mempengaruhi 

procedure  atau menyebabkan pembentukan cemaran yang 

procedure nya tidak tercantum dalam farmakope. 

Disamping itu, sediaan yang mengandung zat tambahan, 

antioksidan, dapar atau cemaran dari wadah dapat 

mempengaruhi procedure  farmakope. Dalam hal ini, 

pengujian spesifisitas yang lebih sempurna mungkin 

diperlukan untuk membuktikan kesesuaian procedure  

terhadap bahan baku atau sediaan tertentu. Karakteristik 

analitik lainnya seperti batas deteksi atau batas kuantitasi 

dan presisi untuk procedure  cemaran dapat dipakai  

untuk menampilkan  kesesuaian procedure  farmakope 

dengan kondisi sebenarnya. 

Verifikasi tidak dipersyaratkan untuk procedure  pengujian 

farmakope baku yang dilakukan rutin kecuali ada indikasi 

bahwa procedure  farmakope ini  tidak sesuai dengan 

bahan yang diuji. Contoh procedure  farmakope baku antara 

lain: susut pengeringan, sisa pemijaran, beberapa 

procedure  kimia seperti bilangan asam, dan metode 

instrumen sederhana misalnya pengukuran pH. Akan 

namun  pemakaian  procedure  yang sudah rutin dipakai  

pada pengujian bahan untuk pertama kali,  perlu 

dilakukan verifikasi jika penanganan atau penyiapan 

larutannya berbeda. 

 

 

 

 

 

 

PEREAKSI, INDIKATOR 

DAN LARUTAN 


 

 

PEREAKSI, INDIKATOR DAN LARUTAN 

 

    Bagian ini membicarakan pereaksi dan larutan yang 

dibutuhkan untuk uji dan penetapan kadar dalam 

Farmakope. 

    Seperti dinyatakan dalam Ketentuan Umum, daftar 

pereaksi, indikator dan larutan dalam Farmakope tidak 

termasuk zat yang memiliki  kegunaan terapi; jadi 

dalam Farmakope dinyatakan dengan pereaksi atau mutu 

pereaksi. 

    Pereaksi, indikator dan larutan, pada biasanya  

dengan spesifikasi sesuai dengan pemakaian nya. 

Kecuali zat yang dinyatakan dengan murni pereaksi; 

dipakai  zat dengan mutu pereaksi yang tersedia dalam 

perdagangan. Kadang-kadang kata “untuk pengujian” 

dicantumkan di belakang kata pereaksi, hal ini 

menyatakan mutu yang sesuai untuk suatu pengujian. 

Daftar ini juga mencakup pereaksi yang dibutuhkan 

untuk menetapkan kualitas pereaksi lain. Untuk pereaksi 

yang tidak tercantum dalam daftar, spesifikasi tercantum 

dalam Baku Pembanding.  

    Untuk pengujian dan penetapan dalam Farmakope 

tidak perlu mutu analisa (pro analisa), cukup merujuk 

pada monografi yang tercantum dalam Farmakope. 

Dalam hal ini harus diartikan bahwa spesifikasi ini  

yaitu  persyaratan minimum dan zat dengan spesifikasi 

yang lebih murni dapat dipakai . 

    Nama pereaksi jika tidak tercantum dalam monografi 

merujuk pada daftar pereaksi ini. 

    Pereaksi dan larutan harus disimpan dalam wadah 

kaca atau bahan yang sesuai dan tertutup rapat. Petunjuk 

untuk penyimpanan dalam wadah tidak tembus cahaya 

harus diperhatikan. 

    Penutup wadah yang kontak dengan zat yang dapat 

merusak atau menembus permukaannya harus diberi 

lapisan film tipis atau pelicin, kecuali dilarang dalam 

spesifikasi. Jika suatu merek atau sumber dari suatu zat 

atau bagian dari alat atau nama dan alamat pabrik 

dinyatakan (biasanya dalam catatan kaki) hal ini hanya 

sebagai informasi untuk memudahkan, tidak mengikat. 

    Fotometri nyala dan serapan atom memerlukan 

beberapa larutan baku ion logam. Pada masing-masing 

monografi biasanya dilengkapi dengan cara pembuatan 

larutan ini, dapat juga dipakai  larutan baku dan ion 

yang sesuai yang ada dalam perdagangan. Harus 

dilakukan konfirmasi bahwa larutan ini  sesuai 

dengan data yang diberikan. 

 

    Pereaksi disingkat P yaitu  suatu zat yang dipakai  

sebagai pereaksi atau sebagai unsur pokok dari larutan. 

 

    Indikator yaitu  pereaksi yang dipakai  untuk 

menyatakan titik akhir suatu reaksi kimia, untuk 

mengukur kadar ion hidrogen (pH) atau untuk 

menyatakan bahwa perubahan pH sudah terjadi. Ini 

ada  dalam daftar indikator dan kertas uji. 

 

    Larutan Dapar Seperti tertera pada Larutan Dapar. 

    Larutan Kolorimetrik disingkat LK yaitu  larutan 

yang dipakai  dalam pembuatan baku kolorimetri 

sebagai pembanding. 

 

    Larutan Pereaksi disingkat LP yaitu  larutan dari 

pereaksi dalam pelarut dan kadar tertentu yang sesuai 

untuk pemakaian  tertentu. 

 

    Larutan Volumetrik disingkat LV yaitu  larutan 

suatu pereaksi dengan kadar diketahui dan dibakukan 

untuk dipakai  terutama pada penetapan kuantitatif. 

Kadar biasanya dinyatakan dalam normalitas. 

 

    Air Jika dalam uji untuk pereaksi atau dalam petunjuk 

pembuatan larutan uji dan sebagainya dipakai  air 

tanpa kualifikasi khusus selalu memakai  Air Murni 

seperti tertera pada monografi Farmakope negara kita  V. 

Air bebas karbondioksida yaitu  air murni yang telah 

dididihkan kuat-kuat selama 5 menit atau lebih dan 

didiamkan sampai dingin dan tidak boleh menyerap 

karbon dioksida dari udara. Air awaudara yaitu  air 

murni yang sudah dikurangi udara terlarut dengan cara 

yang sesuai seperti dididihkan kuat-kuat selama 5 menit 

dan didinginkan atau dengan memakai  penggetar 

ultrasonik. 

 

    Pelarut kromatografi dan gas pembawa Cara 

kromatografi dalam Farmakope mensyaratkan 

pemakaian  pelarut atau gas yang sudah dimurnikan 

secara khusus sesuai dengan pemakaian ya. Dengan 

tujuan (a) untuk menghilangkan cemaran yang mungkin 

mengganggu cara pengujian, atau (b) untuk 

memperpanjang umur kolom dengan mengurangi 

terbentuknya cemaran pada kolom. Jika disebut cairan 

atau gas untuk kromatografi harus dipakai  cairan atau 

gas yang sesuai. Pelarut atau gas yang sesuai untuk 

kromatografi cair kinerja tinggi atau kromatografi 

lainnya tersedia sebagai produk khusus dari suatu 

produsen, walaupun tidak ada jaminan bahwa produk 

yang sama dari produsen lain sesuai dengan procedure  

yang diberikan. Spesifikasi pereaksi untuk pemakaian  

analisa  pada biasanya  untuk pelarut dan gas tidak 

untuk pemakaian  pada kromatografi, untuk ini perlu 

dilakukan pemurnian secara khusus. 

 

PEREAKSI 

 

    Untuk keperluan dari spesifikasi berikut, pakailah  

definisi: 

    Blangko mengandung pereaksi dengan kuantitas dan 

perlakuan yang sama seperti zat uji. 

    Kontrol yaitu  blangko yang ditambahi zat uji dengan 

jumlah tertentu atau larutan pembanding khusus yang 

dibuat seperti tertera pada pengujian tertentu. 

    Angka yang tertulis sesudah  simbol atau rumus kimia 

menyatakan bobot atom atau bobot molekul. 

Pembanding warna dan kekeruhan dibuat dalam tabung 

pembanding warna yang sebanding atau sedekat 

mungkin dalam hal diameter dalam dan hal-hal lain yang 

perlu, seperti dinyatakan dalam Spektrofotometri dan 


 

 

Hamburan Cahaya <1191>. Tabung ini biasa disebut 

tabung Nessler. 

    Dalam melakukan pembandingan visual kekeruhan 

cairan, atasi pengaruh perbedaan warna, jika perlu, 

dengan melihat kekeruhan melalui kolom air, yang 

kedalamannya ditentukan oleh volume tertentu seperti 

yang dinyatakan pada spesifikasi masing-masing 

pereaksi. Masukkan air ke dalam tabung pembanding 

warna dan letakkan satu tabung di atas tabung kontrol 

dan yang lain di bawah tabung larutan uji. 

    Jika dikatakan “sisihkan filtrat”, dan tidak dinyatakan 

lain, berarti hasil pencucian residu tidak ditambahkan ke 

dalam filtrat. 

    Pada pengujian kalsium, magnesium dan endapan 

R2O3, pernyataan R2O3 dimaksudkan untuk menyatakan 

sisa pemijaran dari endapan senyawa sesudah  

penambahan amonium hidroksida, seperti pada Fe2O3 

dan Al2O3. 

 

UJI PEREAKSI 

 

    Metode pengujian umum berikut untuk menguji 

pereaksi dalam menetapkan apakah sesuai dengan 

spesifikasi dari pereaksi dan akan dipakai , kecuali 

dinyatakan lain dalam spesifikasi. 

Jarak Destilasi atau Jarak Didih Pereaksi 

 

    pakailah  procedure  berikut untuk menetapkan jarak 

destilasi atau jarak didih pereaksi, kecuali dinyatakan 

lain dalam spesifikasi masing-masing. 

    ALAT pakailah  alat seperti pada Penetapan Jarak 

Destilasi <1011> Metode I kecuali labu destilasi 250 ml 

berleher pendek yang dihubungkan dengan pendingin 

memakai  tabung penghubung bercabang tiga 

dengan penyambung yang diasah. 

    procedure  Letakkan labu destilasi dengan posisi 

tegak di atas papan abses berlubang dan hubungkan 

dengan pendingin. 

    Ukur 100 ml cairan yang akan diuji dengan gelas 

ukur, masukkan ke dalam labu, tambahkan batu didih. 

pakailah  gelas ukur untuk menampung destilat, 

masukkan termometer, panaskan sampai  laju destilasi 

antara 3 ml dan 5 ml per menit. Jika perlu lakukan 

percobaan pendahuluan untuk menentukan pemanasan 

yang sesuai. Baca termometer, jika telah terjadi 20 

tetesan lalu  pada 5 ml, 10 ml, 40 ml, 50 ml, 60 ml, 

90 ml, dan 95 ml. Lanjutkan destilasi sampai kering. 

    Jarak destilasi atau jarak didih berturut-turut yaitu  

interval antara suhu-suhu jika hasil destilasi 1 ml dan 95 ml. 

 

Arsen dalam Pereaksi 

 

    Untuk pengujian ini dipilih pereaksi dengan 

kandungan arsen rendah, sesampai  pengujian blangko 

tidak menimbulkan Bercak atau tidak teramati. 

    ALAT Siapkan botol bermulut lebar 60 ml, pasang 

sumbat karet berlubang. Melalui lubang sumbat karet 

masukkan pipa dengan panjang total 12 cm dan bagian 

atas dengan diameter 1 cm (panjang 8 cm), bagian 

bawah dengan diameter 5 mm (panjang 4 cm). Bagian 

pipa yang kecil sedikit tampak di bawah sumbat karet. 

Letakkan pasir yang telah dicuci atau kapas yang telah 

dimurnikan, pada bagian atas pipa lebih kurang 3 cm 

dari puncak pipa. Basahi kapas atau pasir dengan dengan 

timbal asetat LP dan besihkan larutan yang melekat pada 

dinding pipa. Pada lubang atas pipa ini masukkan pipa 

kaca kedua sepanjang 12 cm dengan diameter dalam   

2,5 mm sampai 3 mm dengan memakai sumbat karet 

yang berlubang. Sebelum melakukan pengujian, 

letakkan kertas raksa (II) bromida P seperti tertera pada 

Indikator dan Kertas Indikator dalam tabung ini, tahan 

kertas ini pada posisi lebih kurang dari 2 cm di atas 

sumbat karet. Bersihkan dan keringkan pipa setiap 

sesudah  dipakai. 

    LARUTAN BAKU ARSEN pakailah  Larutan baku 

seperti tertera pada Uji Batas Arsen <321>. 

    LARUTAN UJI Tambahkan 1 ml asam sulfat P ke 

dalam 5 ml larutan zat (1 dalam 25) kecuali dinyatakan 

lain pada masing-masing spesifikasi pereaksi. Abaikan 

penambahan ini jika menetapkan asam anorganik. 

Kecuali dinyatakan khusus, tambahkan 10 ml asam    

sulfit P. Uapkan cairan pada gelas piala kecil di atas 

tangas uap sampai bebas dari asam sulfit, dan sampai  

volumen     2 ml. Encerkan dengan 5 ml air untuk 

memperoleh Larutan uji, zat dengan perlakuan khusus 

pada spesifikasi masing-masing dapat langsung 

dipakai  sebagai Larutan uji. 

    [Catatan Larutan yang dibuat dengan melarutkan 

dalam asam encer tidak termasuk dalam perlakuan 

khusus.] 

    BERCAK BAKU Masukkan ke dalam labu generator 

5 ml kalium iodida LP, 2 ml Larutan baku arsen, 5 ml 

timah(II) klorida asam LP dan 28 ml air. Tambahkan   

1,5 g granul zink P (serbuk nomor 20) segera tutup 

dengan sumbat karet yang sudah dilengkapi pipa. 

Celupkan labu generator ke dalam air pada suhu 25° 

selama pengujian untuk menimbulkan reaksi sesampai  

bercak yang terbentuk jelas dan dapat dipakai  untuk 

membandingkan intensitas warna. sesudah  pengeluaran 

hidrogen berlangsung selama 1 jam, angkat kertas 

raksa(II) bromida untuk dibandingkan. Bercak ini 

menampilkan  2 μg arsen. 

    procedure  Pipet ke dalam labu generator 5 ml 

kalium iodida LP dan 5 ml Larutan uji dan tambahkan    

5 ml timah(II) klorida asam LP.  Pasang alat diamkan 

pada suhu ruang selama 10 menit lalu  tambahkan 

25 ml air dan 1,5 g granul zink P dan lakukan pengujian 

seperti pada bercak-bercak. Angkat kertas raksa(II) 

bromida P dan bandingkan bercak-bercak dengan 

Bercak baku. Bercak yang dihasilkan oleh Larutan uji 

tidak lebih besar atau lebih intensif menampilkan  tidak 

lebih dari 10 bpj arsen dari zat uji. sebab  sinar, panas 

dan kelembaban cepat memucatkan bercak, masukkan 

kertas ke dalam tabung yang bersih dan kering, segera 

bandingkan bercak. 

    ZAT KIMIA PENGGANGGU Antimon, jika ada 

dalam zat uji akan memberi  warna abu-abu. Sulfit, 

sulfida, tiosulfat, dan senyawa lain yang dapat 

membebaskan hidrogen sulfida atau sulfur dioksida 


 

 

dengan asam nitrat dan lalu  direduksi dengan 

sulfur dioksida seperti tertera pada Larutan uji sebelum 

dimasukkan ke dalam alat. Beberapa senyawa sulfur 

maupun fosfin menimbulkan warna kuning terang pada 

kertas indikator. Jika ada senyawa sulfur, pasir atau 

kapas yang dibasahi dengan timbal asetat akan berwarna 

gelap. Bila hal ini terjadi ulangi pengujian mulai dari 

pembuatan larutan uji, pada larutan yang akan diuji 

harus benar-benar bebas asam sulfit. Dalam pengujian 

hipofosfit, perhatikan oksidasi harus sempurna, jika 

tidak uap fosfin dapat menimbulkan bercak kuning yang 

dapat mengganggu warna kuning jingga dari arsin. 

Bercak yang dihasilkan oleh fosfin dapat dibedakan dari 

bercak arsin dengan melembabkan kertas dengan 

ammonium hidroksida 6 N. Warna dari arsin menjadi 

gelap sedangkan warna dari fosfin tidak berubah. 

 

Klorida dalam Pereaksi 

 

    LARUTAN BAKU KLORIDA Larutkan 165,0 mg 

natrium klorida P kering dalam air sampai  1000,0 ml. 

Larutan ini mengandung setara dengan 0,10 mg klor (Cl) 

per ml. 

    procedure  Jika alkalis, netralkan larutan yang akan 

diuji dalam 25 ml air, atau larutan yang dibuat seperti 

tertera pada pengujian, dengan asam nitrat P, 

memakai  indikator kertas lakmus, lalu  

tambahkan lagi 3 ml asam nitrat P. Jika perlu, saring 

larutan melalui kertas saring yang telah dicuci dengan air 

sampai bebas klorida, dan tambahkan 1 ml perak nitrat 

LP. Campurkan, diamkan selama 5 menit lindungi dari 

cahaya matahari langsung. Jika terjadi kekeruhan, 

bandingkan dengan kekeruhan yang dihasilkan Larutan 

baku klorida yang mengandung klorida (Cl) sebanyak 

batas yang dibolehkan. Samakan volume larutan 

sebelum penambahan perak nitrat LP dan bandingkan 

kekeruhan. 

    Pada Pengujian garam barium, netralkan larutan 

dengan asam nitrat P dan tambahkan 3 tetes lagi asam 

nitrat P. Lakukan pengujian seperti di atas. 

    Pada Pengujian larutan garam yang berwarna, 

larutkan 2 g pereaksi dalam 25 ml air dan tambahkan      

3 ml asam nitrat P. Jika perlu saring larutan melalui 

kertas saring yang telah dicuci dengan air. Filtrat dibagi 

dua sama banyak. Pada bagian pertama tambahkan 1 ml 

perak nitrat LP, diamkan selama 10 menit,  jika 

terbentuk kekeruhan, saring melalui kertas saring yang 

telah dicuci, pakailah  filtrat sebagai blangko. Pada 

bagian lain tambahkan 1 ml perak nitrat LP diamkan 

selama 5 menit lindungi dari cahaya matahari langsung. 

Bandingkan kekeruhan dengan kekeruhan blangko yang 

ditambah beberapa  volume Larutan baku klorida setara 

dengan jumlah klorida yang dipersyaratkan dalam 

pengujian, samakan volume kedua larutan. 

 

Fotometri Nyala Untuk Pengujian Pereaksi 

 

    Fotometri nyala dipakai  untuk menetapkan 

sesepora kalsium, kalium, natrium dan stronsium yang 

dinyatakan dalam spesifikasi beberapa pereaksi. 

Kesesuaian pada penetapan tergantung pada 

kelengkapan peralatan yang dipakai  dan ketersediaan  

instrumen yang selektif. Fotometer nyala yang 

dipakai  yaitu  yang memiliki  tabung foto yang 

sensitif terhadap merah, tabung foto pelipat ganda, 

monokromator dan celah yang dapat diatur, tombol 

selektor dan pengatur kepekaan. Fotometer tipe lain 

dapat dipakai , jika dapat menetapkan secara tepat 

jumlah cemaran yang dibolehkan. 

    procedure  fotometri nyala tergantung pada pemakaian  

baku semiinternal, jadi memerlukan Larutan uji dan 

Larutan kontrol. Untuk Larutan uji beberapa  berat 

tertentu dilarutkan dalam volume tertentu. Untuk 

Larutan kontrol, larutkan beberapa  yang sama zat uji, 

tambahkan cemaran yang diduga beberapa  batas yang 

dibolehkan lalu encerkan sampai volume yang sama 

dengan Larutan uji. Atur fotometer nyala sampai  

pembacaan emisi Larutan kontrol mendekati 100% pada 

panjang gelombang cemaran. Dengan tidak merubah 

alat, ukur emisi Larutan uji pada panjang gelombang 

yang sama dan panjang gelombang latar belakang. 

Pembacaan pada panjang gelombang latar belakang 

dipakai  untuk koreksi emisi Larutan uji dari emisi 

yang disebabkan oleh pelarut dan zat uji. Zat uji 

mengandung cemaran kurang dari yang diperbolehkan  

jika perbedaan antara  latar belakang dan jumlah emisi 

Larutan uji lebih kecil daripada perbedaan antara emisi 

Larutan kontrol dan Larutan uji pada panjang 

gelombang yang ditetapkan untuk semua cemaran.   

 

Kalsium dalam Pereaksi 

 

    LARUTAN BAKU KALSIUM Larutkan 250 mg 

kalsium karbonat  P dalam campuran 20 ml air dan 5 ml 

asam klorida encer P, sesudah  larut sempurna, encerkan 

dengan air sampai  1000 ml. Larutan ini mengandung 

kalsium 0,10 mg per ml. 

    procedure  pakailah  Larutan uji dan Larutan 

kontrol yang dibuat dengan cara seperti tertera pada 

masing-masing procedure  pengujian. Atur lebar celah 

pada fotometer nyala pada 0,03 mm dan selektor  pada 

0,1. Atur alat sampai  memberi  emisi maksimum 

dengan Larutan kontrol pada 422,7 nm garis kalsium 

dan  rekam  transmitans. Tanpa merubah  pengaturan 

alat, ukur transmitans dari emisi Larutan uji. Atur 

monokromator sampai  panjang gelombang  yang 

dinyatakan dalam masing-masing procedure  dan rekam  

transmitans latar belakang dari emisi latar belakang 

Larutan uji. Perbedaan antara transmitans Larutan  uji 

pada 422,7 nm dan panjang gelombang latar belakang 

tidak lebih besar dari perbedaan antara transmitans 

Larutan uji dan Larutan kontrol pada 422,7 nm. 

 

Kalium dalam Pereaksi 

 

    LARUTAN BAKU KALIUM Larutkan 191 mg 

kalium klorida P dalam  beberapa ml air dan encerkan 

sampai  1000 ml. Encerkan sebagian dari larutan ini 

dengan air dalam perbandingan 1 sampai 10 sampai  

kadar 0,01 mg kalium (K) per ml. 


 

 

 

    procedure  pakailah  Larutan uji dan Larutan 

kontrol yang dibuat dengan cara seperti tertera pada 

masing-masing procedure  pengujian. [Catatan Jika 

menguji garam kalsium pakailah  pembakar oksi 

hidrogen.] 

    Atur lebar celah fotometer nyala yang dilengkapi 

dengan detektor yang peka terhadap merah pada 0,1 mm 

kecuali dinyatakan lain, atur selektor pada 0,1. Atur alat 

sampai  memberi  emisi maksimum dengan Larutan 

kontrol  pada panjang gelombang 766,5 nm garis kalium  

dan  rekam  tansmitans. Tanpa mengubah alat, rekam  

transmitans dari emisi Larutan uji pada 766,5 nm. Atur  

monokromator  pada 750 nm dan rekam transmitans 

latar belakang untuk emisi latar belakang dari Laruan 

uji: perbedaan antara transmitans Larutan uji pada   

766,5 nm dan 750 nm tidak lebih besar daripada 

perbedaan antara transmitans Larutan uji dan Larutan 

kontrol pada 766,5 nm.  

 

Natrium dalam Pereaksi 

 

    LARUTAN BAKU NATRIUM Larutkan 254 mg 

natrium klorida P dalam beberapa ml air dan encerkan 

sampai  1000 ml. Encerkan sebagian dari larutan  ini 

dengan air dalam  perbandingan 1 sampai 10 sampai  

kadar 0,01 mg natrium (Na) per ml. 

    procedure  pakailah  Larutan uji dan Larutan 

kontrol yang dibuat dengan cara seperti tertera pada 

masing-masing procedure  pengujian. 

    Atur lebar celah fotometer nyala pada 0,01 mm dan 

atur selektor pada 0,1. Atur alat sampai  memberi  

emisi maksimum dengan Larutan kontrol pada panjang 

gelombang 589 nm garis natrium dan rekam transmitans. 

Tanpa  mengubah alat, rekam transmitans untuk emisi 

dari Larutan uji pada 589 nm. Atur monokromator pada 

580 nm dan rekam transmitans latar belakang untuk 

emisi latar belakang dari  Larutan uji: perbedaan antara 

transmitans dari Larutan uji  pada 589 nm dan 580 nm 

tidak lebih besar dari  perbedaan antara transmitans 

Larutan uji dan Larutan kontrol pada 589 nm. 

 

Stronsium dalam Pereaksi 

 

    LARUTAN BAKU STRONSIUM Larutkan 242 mg 

stronsium nitrat P dalam beberapa ml air dan encerkan 

sampai  1000 ml. Encerkan sebagian dari larutan  ini 

dengan air dalam  perbandingan 1 sampai 10 sampai  

kadar 0,01 mg stronsium (Sr) per ml. 

    procedure  pakailah  Larutan uji dan Larutan 

kontrol yang dibuat dengan cara seperti tertera pada 

masing-masing procedure  pengujian. 

    Atur lebar celah fotometer nyala pada 0,03 mm dan 

atur selektor pada 0,1. Atur alat sampai  memberi  

emisi maksimum dengan Larutan kontrol pada 460,7 nm 

garis stronsium dan rekam transmitans. Tanpa mengubah 

alat, rekam transmitans untuk emisi Larutan uji  pada 

460,7 nm. Atur monokromator pada panjang gelombang 

seperti dinyatakan pada masing-masing procedure  

pengujian dan rekam transmitans latar belakang untuk 

emisi latar belakang Larutan uji : perbedaan antara 

transmitans dari Larutan uji pada 460,7 nm dan pada 

panjang gelombang latar belakang, tidak lebih besar dari 

perbedaan antara transmitans Larutan uji dan Larutan 

kontrol pada 460,7 nm.   

 

Logam Berat dalam Pereaksi 

 

    LARUTAN BAKU TIMBAL pakailah  Larutan baku 

timbal seperti tertera pada Uji Batas Logam Berat 

<371>. Tiap ml larutan mengandung setara dengan 0,01 

mg Pb. 

    procedure  Kecuali dinyatakan lain, pengujian 

logam berat yaitu  sebagai berikut: 

a. Jika batas  logam  berat 5 bpj, larutkan 6,0 g zat 

dalam air sampai  42 ml. 

b. Jika batas logam berat 10 bpj atau  lebih atau 

dalam  hal  kelarutannya  terbatas, larutkan 4 g dalam air 

sampai  40 ml, jika perlu hangatkan untuk membantu 

kelarutan. 

    Untuk kontrol, masukkan 7 ml Larutan  ke dalam 

tabung  pembanding  warna dan tambahkan beberapa  

volume Larutan baku timbal setara dengan jumlah 

timbal yang dipersyaratkan dalam 4 g  pereaksi. 

Encerkan dengan air sampai  35 ml dan tambahkan asam 

asetat encer P atau  amonia LP, sampai  pH lebih kurang 

3,5 tetapkan secara potensiometrik, lalu  encerkan 

dengan air sampai  40 ml dan campurkan. Pindahkan       

35 ml sisa Larutan ke dalam tabung pembanding warna 

yang sepadan dengan tabung yang dipakai  untuk 

kontrol dan tambahkan asam asetat encer P atau  

amonia LP sampai  pH lebih kurang 3,5, tentukan secara 

potensiometrik dan encerkan sampai  40 ml. Pada tiap 

tabung tambahkan 10 ml hidrogen  sulfida LP, 

bandingkan warna dengan melihat dari atas pada dasar 

putih. Warna dari Larutan uji tidak lebih gelap daripada 

Larutan kontrol. 

    Jika larutan  pereaksi dibuat dengan cara b, pakailah  

10 ml untuk kontrol dan tambahkan beberapa  volume 

Larutan baku timbal yang setara dengan jumlah yang 

dipersyaratkan untuk 2 g pereaksi. Encerkan 30 ml sisa 

Larutan b dengan air sampai  35 ml, dan lanjutkan seperti 

di atas mulai dengan “tambahkan asam asetat encer P 

atau  amonia LP” pada kalimat kedua. 

    Jika pereaksi yang diuji untuk logam berat merupakan 

garam dari asam organik alifatik, ganti asam  asetat 

dengan asam klorida 1 N pada pengerjaan selanjutnya. 

 

Zat Tak Larut dalam Pereaksi 

 

    Larutkan  pereaksi yang akan diuji dalam 100 ml air, 

panaskan sampai  mendidih, kecuali dinyatakan lain, 

dalam  gelas piala bertutup dan  hangatkan di atas tangas 

uap selama 1 jam. Saring larutan panas melalui 

penyaring asbes yang telah ditara atau melalui penyaring 

kaca masir dengan pori halus yang telah ditara. Cuci 

gelas piala dan penyaring dengan air panas sampai 

bersih, keringkan pada suhu 105º, dinginkan dalam 

desikator, dan timbang. 

 

 

 

 

 

 

Susut Pengeringan untuk Pereaksi 

 

    Lakukan penetapan seperti tertera pada  Penetapan 

Susut Pengeringan  <1121>. 

 

Nitrat dalam Pereaksi 

 

    LARUTAN BAKU NITRAT Larutkan 163 mg kalium 

nitrat P dalam 100 ml air, encerkan 10 ml larutan ini 

sampai  1000 ml, diperoleh larutan yang mengandung 

setara dengan 0,01 mg NO3 per ml. 

     LARUTAN BRUSIN SULFAT Larutkan 600 mg 

brusin sulfat P dalam  600 ml larutan  asam sulfat P        

(2 dalam 3) bebas nitrat yang sebelumnya sudah 

didinginkan sampai suhu ruang, dan  encerkan dengan 

asam sulfat P sampai  1000 ml. [Catatan Buat asam 

sulfat bebas nitrat dengan cara menambahkan 4 bagian 

asam sulfat P, ke dalam 1 bagian air, panaskan larutan 

untuk mengeluarkan uap sulfur trioksida dan dinginkan. 

Ulangi pengenceran dan pemanasan tiga atau empat 

kali.] 

    LARUTAN UJI Pada beberapa  zat seperti dinyatakan 

pada masing-masing spesifikasi pereaksi, tambahkan air 

beberapa  tertentu dan tambahkan Larutan brusin sulfat 

sampai  50 ml. 

    LARUTAN KONTROL Pada beberapa  volume 

Larutan baku nitrat yang setara dengan berat nitrat 

(NO3) seperti dinyatakan dalam masing-masing 

spesifikasi  pereaksi, tambahkan beberapa   berat zat uji 

seperti yang dinyatakan dalam masing-masing 

spesifikasi pereaksi, lalu  tambahkan Larutan 

brusin sulfat sampai  50 ml. 

     LARUTAN BLANGKO pakailah  50 ml Larutan 

brusin sulfat. 

    procedure  Panaskan Larutan uji, Larutan kontrol 

dan Larutan blangko dalam tangas air mendidih selama 

10 menit, dinginkan segera dalam tangas es sampai  suhu 

ruang. Atur spektrofotometer sampai  Larutan blangko 

memberi  serapan 0 pada panjang gelombang 410 nm. 

Ukur serapan Larutan uji, rekam hasil, lalu  atur 

alat sampai  memberi   serapan  0 untuk Larutan uji. 

Tetapkan serapan Larutan kontrol: pembacaan serapan 

Larutan uji tidak lebih dari Larutan kontrol. 

 

Senyawa Nitrogen dalam Pereaksi 

 

    procedure  Kecuali dinyatakan lain, uji senyawa 

nitrogen yaitu  sebagai berikut: Larutkan beberapa  

tertentu zat dalam 60 ml air bebas amonia P dalam labu 

Kjeldahl yang dihubungkan dengan pendingin, yang 

ujungnya dicelupkan di bawah permukaan 10 ml asam 

klorida 0,1 N. Tambahkan 10 ml larutan natrium 

hidroksida P (1 dalam 10) yang baru di didihkan dan 

500 mg kawat aluminium dalam potongan kecil-kecil, ke 

dalam labu Kjeldahl, diamkan selama 1 jam, cegah 

kehilangan amonium hidroksida. Destilasi sebanyak      

35 ml, dan encerkan destilat dengan 50 ml. Tambahkan       

2 ml larutan natrium hidroksida P yang baru dididihkan 

(1 dalam 10), tambahkan 2 ml raksa(II) kalium iodida 

alkalis LP: warna yang terjadi tidak lebih gelap dari 

kontrol yang mengandung N yang ditambahkan (sebagai 

amonium  klorida) seperti tertera pada masing-masing 

procedure  pengujian. 

 

Fosfat dalam Pereaksi 

 

    LARUTAN BAKU FOSFAT Larutkan 143,3 mg 

kalium fosfat monobasa P yang telah dikeringkan, dalam  

air  sampai  1000,0 ml. Larutan ini mengandung setara 

dengan  0,10 mg fosfat (PO4)  per ml. 

    PEREAKSI FOSFAT A Larutkan 5 g amonium 

molibdat P dalam asam sulfat 1 N sampai  100 ml. 

    PEREAKSI FOSFAT B Larutkan 200 mg p-metil 

aminofenol sulfat P dalam 100 ml air dan tambahkan     

20 g natrium bisulfit P. Simpan larutan ini dalam botol 

bertutup rapat dan terisi penuh, pakailah  dalam waktu 

satu bulan. 

    procedure  [Catatan Pengujian zat uji dan kontrol 

dilakukan dalam tabung pembanding warna yang 

sepadan.] Larutkan beberapa  pereaksi seperti yang 

dinyatakan pada pengujian pereaksi atau residu yang 

diperoleh dari perlakuan sebelumnya dalam 20 ml air, 

jika perlu dengan menghangatkan, tambahkan 2,5 ml 

larutan asam sulfat P (1 dalam 7) dan encerkan dengan 

air sampai  25 ml. (Dapat juga pereaksi atau residu 

dilarutkan dalam 25 ml asam sulfat yang normalitasnya 

lebih kurang 0,5 N). lalu  tambahkan masing-

masing 1 ml Pereaksi fosfat A dan B, campurkan, 

diamkan pada suhu ruang selama 2 jam. Bandingkan 

warna biru yang terjadi dengan warna biru dari kontrol 

yang dikerjakan dengan perlakuan yang sama dan 

beberapa  volume Larutan baku fosfat yang setara 

dengan jumlah fosfat (PO4) seperti tertera pada 

spesifikasi pereaksi. 

 

Sisa Pemijaran dalam Pereaksi 

 

    procedure  Kecuali dinyatakan lain, lakukan 

penetapan sisa pemijaran sebagai berikut: Timbang 

saksama 1 g sampai 2 g zat dalam cawan yang sesuai 

yang sebelumnya sudah dipijarkan, didinginkan dan 

ditimbang. Pijarkan perlahan-lahan dengan api kecil 

lalu  dengan api lebih besar, jika sampai 

mengarang sempurna yaitu  zat organik atau jika 

sampai menguap sempurna yaitu  zat anorganik. Jika 

dinyatakan harus memakai  asam sulfat, dinginkan 

cawan, tambahkan beberapa  asam yang telah ditentukan, 

pijarkan perlahan-lahan sampai  uap asam habis. 

lalu  pijarkan cawan pada suhu 800º±25º, 

dinginkan dalam desikator, dan timbang. Jika tidak harus 

memakai  asam sulfat, cawan tidak perlu 

didinginkan, namun  langsung dipijarkan pada suhu 

800º±25º, jika pengarangan atau penguapan sudah 

selesai. Lanjutkan pemijaran sampai bobot tetap, kecuali 

dinyatakan lain. 

    Lakukan pemijaran dalam lemari asam dengan 

ventilasi yang baik, namun  lindungi dari aliran udara dan 

lakukan pada suhu serendah mungkin untuk pembakaran 

karbon sempurna. Pemijaran dapat juga dilakukan 

dengan tanur, dan pemijaran akhir pada suhu 800º±25º. 


 

Sulfat dalam Pereaksi 

 

    LARUTAN BAKU SULFAT Larutkan 181,4 mg 

kalium sulfat P kering sampai  1000 ml. Larutan ini 

mengandung setara dengan 0,10 mg sulfat (SO4)  per ml. 

    procedure  Metode I  Jika perlu   netralkan larutan 

beberapa  pereaksi atau  residu seperti dinyatakan pada 

pengujian dalam 25 ml air; atau larutan yang dibuat 

seperti yang dinyatakan pada pengujian dalam 25 ml air; 

atau larutan yang dibuat seperti yang dinyatakan pada 

pengujian, dengan asam klorida P atau dengan      

amonia LP, pakailah  indikator kertas lakmus dan 

tambahkan 1 ml asam klorida 1 N. Jika perlu saring 

larutan dengan kertas saring yang sebelumnya telah 

dicuci dengan air dan tambahkan 2 ml barium klorida 

LP. Diamkan selama 10 menit. Jika ada kekeruhan, 

bandingkan dengan kekeruhan yang terjadi pada kontrol 

yang mengandung jumlah dan pereaksi yang sama 

dengan yang dipakai  pada pengujian dan jumlah 

Larutan baku sulfat yang mengandung sulfat (SO4) 

setara dengan yang diperbolehkan. Samakan volume 

kedua larutan sebelum penambahan barium klorida LP. 

    Metode II Panaskan larutan yang dibuat sesuai dengan 

masing-masing procedure  pengujian, atau filtrat yang 

diperolah dari procedure  pengujian sampai  mendidih dan 

tambahkan 56 ml barium klorida LP. Ekstraksi larutan 

di atas tangas uap selama 2 jam dan diamkan satu 

malam. Jika terbentuk endapan, saring larutan melalui 

kertas saring, cuci endapan dengan air panas dan 

pindahkan kertas saring yang berisi endapan ke dalam 

cawan yang telah ditara. Arangkan kertas tanpa terbakar 

dan pijarkan cawan berikut isinya sampai bobot tetap. 

Lakukan penetapan blangko seperti penetapan zat uji. 

Kurangi sisa pijar zat uji dengan sisa pijar blangko, 

selisihnya merupakan kandungan sulfat dalam pereaksi. 

 

PEREAKSI DAN LARUTAN PEREAKSI 

 

Adenin sulfat P (C5H5N5)2.H2SO4.2H2O; BM 404,36. 

    Pemerian Hablur atau serbuk hablur putih. sesudah  

pengeringan pada suhu 110º, melebur  pada suhu lebih 

kurang 200º disertai peruraian. 

    Kelarutan 1 g larut dalam lebih kurang 160 ml air; 

sedikit larut dalam etanol. Larut dalam larutan natrium 

hidroksida. Tidak mengendap dengan larutan iodum LP 

atau raksa(II) kalium LP, namun  terbentuk endapan 

dengan trinitrofenol LP. 

    Sisa Pemijaran Dapat diabaikan; lakukan penetapan 

seperti tertera pada Uji Pereaksi, memakai  100 mg 

zat. 

    Air Lakukan pengeringan pada suhu 105º sampai 

bobot tetap: kehilangan bobot tidak kurang dari 10,0 %. 

 

Agar P pakailah  Agar seperti tertera pada monografi 

Farmakope negara kita  V. Untuk keperluan mikrobiologi; 

lakukan pengeringan sampai  kadar air tidak lebih dari 20 %. 

 

Air amonia P pakailah  Amonium hidroksida P. 

 

Air bebas amonia P pakailah  Air kemurnian tinggi. 

 

Air bebas amonia dan karbondioksida P Air bebas 

karbondioksida P yang memenuhi syarat air bebas 

amonia P. 

   

Air bebas karbon dioksida P Air bebas karbon 

dioksida P yaitu  yaitu  Air Murni yang telah didihkan 

kuat-kuat selama 5 menit atau lebih dan didiamkan 

sampai dingin, serta tidak boleh menyerap karbon 

dioksida dari udara. 

 

Air bermorfin LP Kocok morfin anhidrat P dengan air 

kloroform LP dan biarkan tidak kurang dari 7 hari pada 

suhu ruang, kocok sesekali, sampai  diperolah larutan 

jenuh alkaloid. Saring morfin yang tidak larut segera 

sebelum dipakai . 

 

Air brom LP Larutan jenuh brom, dibuat dengan 

mengocok 2 - 3 ml brom P dengan 100 ml air dalam 

botol bertutup kaca, tutup harus diberi pelicin. Simpan 

dalam tempat dingin, terlindung dari cahaya.  

 

Air kemurnian tinggi P Air yang memiliki  

konduktivitas tidak lebih dari 0,15 μS per cm. 

 

Air kloroform LP Kocok 2,5 ml kloroform P dengan 

900 ml air sampai larut dan encerkan dengan air sampai  

1000 ml. 

 

Air suling P Air murni yang diperoleh dengan 

penyulingan. 

 

Air untuk injeksi P pakailah  Air untuk injeksi seperti 

tertera pada monografi Farmakope negara kita  V. 

 

Akrilamida P C3H5NO; BM 71,08; [79-06-1]; murni 

pereaksi 

    Suhu lebur Lebih kurang 84º. 

 

Albumin, larutan P Encerkan albumin dengan Injeksi 

natrium klorida secukupnya sampai  kadar protein 0,1 % 

dan atur pH antara 3,5 dan 4,5 dengan penambahan 

asam asetat glasial P. 

 

Albumin sapi P pakailah  Albumin plasma sapi P. 

 

Albumin plasma sapi P, kering Albumin sapi P;  BM 

66,0; [9048-46-8]. pakailah  kualitas yang sesuai.  

      Pemerian serbuk hampir tidak berwarna sampai  

kuning pucat. 

      Kemurnian tidak kurang dari 95%. 

      Kelarutan 40 mg dalam 1 ml air. 

      Penyimpanan pada suhu 2º-8º. 

 

Albumin serum P pakailah  Albumin plasma sapi P. 

 

Alfanaftol P pakailah  1-naftol P. 

 


 

Alkohol P pakailah  Etanol P seperti tertera pada 

monografi Farmakope negara kita  V. 

 

Alumina P pakailah  aluminium oksida tercuci asam P. 

 

Alumina anhidrat P Aluminium oksida; Aluminium 

yang khusus dipakai  dalam analisa  kromatografi 

[1344-28-1]. 

    Pemerian Putih atau serbuk putih; ukuran 80 sampai 

200 mesh; tidak lembut; mengembang atau rusak dalam 

air. Tidak tercuci dengan asam. 

    Wadah dan Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. 

 

Aluminium P Al; BM 26,98; [7429-90-5]; murni 

pereaksi. 

    Arsen Masukkan 750 mg zat dalam botol bermulut 

besar (lihat Arsen dalam Pereaksi pada Uji Pereaksi). 

Tambahkan 10 ml air dan 10 ml larutan natrium 

hidroksida P (3 dalam 10), dan biarkan terjadi reaksi 

selama 30 menit: terbentuk bercak yang hampir tidak 

kelihatan pada kertas raksa(II) bromida P. 

 

Aluminium hidroksida gel P Al(OH)3  + aquadest; 

[21645-51-2]; murni pereaksi. 

 

Aluminium klorida P Aluminium klorida heksahidrat; 

AlCl3.6H2O; BM 241,4; [7784-13-6]; murni pereaksi, 

mengandung tidak kurang dari 98,0%.  

    Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah 

tertutup rapat.  

     

Aluminium oksida tercuci asam P [1344-28-1]; 

(Alumina yang dibuat khusus untuk dipakai  dalam 

analisa  kromatografi). 

    Pemerian Butir halus atau serbuk, putih atau praktis 

putih; sangat higroskopis. 

    pH campuran 5 g zat dalam 150 ml air bebas amonia 

dan karbon dioksida P, sesudah  didiamkan 10 menit pH 

antara 3,5 dan 4,5. 

    Sisa pemijaran Tidak lebih dari 5%; lakukan 

penetapan sebagai berikut: Timbang saksama lebih 

kurang 1 g zat, pijarkan dalam tanur pada suhu 800º 

sampai  825º sampai bobot tetap. 

    Silika Campur 500 mg zat dengan 10 g kalium      

bisulfit P, dalam krus platina pijarkan selama 1 jam, 

dinginkan dan larutkan dalam air panas: hampir tidak 

ada sisa yang tidak larut dalam air. 

    Kesesuaian dalam kromatografi jerapan Tidak kurang 

0,3 mg o-nitroanilin dijerap untuk setiap g aluminium 

oksida.  Larutkan 50 mg o-nitroanilina P dalam benzen P 

sampai  50,0 ml. Encerkan 10 ml larutan dengan     

benzen P sampai  100,0 ml (Larutan A). Timbang secara 

cepat lebih kurang 2 g (±0,005) zat dalam botol timbang 

bersumbat kaca dan masukkan dengan cepat ke dalam 

tabung reaksi bersumbat kaca yang kering. Tambahkan 

20,0 ml Larutan A, tutup, kocok kuat selama 3 menit dan 

diamkan. Pipet 10 ml beningan, ke dalam labu tentukur 

100-ml, encerkan dengan benzen P sampai tanda 

(Larutan B). Ukur serapan Larutan A dan Larutan B 

pada panjang gelombang 395 nm terhadap benzen P 

sebagai blangko. Hitung jumlah dalam mg, zat yang 

terjerap per g contoh dengan rumus: 

 

W

A

A

A

B12

 

 

AA dan AB berturut-turut yaitu  serapan Larutan A dan 

Larutan B; W yaitu  bobot dalam g, zat yang dipakai . 

    Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. 

 

Aluminium sulfat P Al2(SO4)3.16H2O;  BM 630,4; 

[10043-01-3]; murni pereaksi. 

 

Amil Alkohol P Isomil alkohol P; Isopentil alkohol P; 

C5H11OH; BM 88,15; [598-75-4]; murni pereaksi. 

 

Amilum larut P pakailah  kanji larut P. 

 

4-Aminoantipirin P 4-Aminofenazon P; C11H13N3O; 

BM 203,254; [83-07-8] 

    Pemerian Serbuk hablur warna kuning muda; 500 mg 

zat larut sempurna dalam 30 ml air dan memberi  

larutan jernih. 

    Jarak lebur <1021> Antara 108° dan 110°. 

 

4-Aminofenazon P pakailah  4-aminoantipirin P. 

 

Aminofenazon LP Larutan 4-aminofenazon P 0,1 % 

dalam dapar borat pH 9,0. 

 

p-Aminofenol P ; C6H7NO; BM 109,13; [123-30-8] 

    Pemerian Serbuk hablur halus, kekuningan. 

    Kelarutan Sukar larut dalam air dan dalam etanol. 

    Jarak lebur <1021> Antara 187° dan 189°. 

 

2-Amino-5-klorobenzofenon P C3H10ClNO; BM 

231,68; [719-59-5]; pakailah  2-Amino-5-

klorobenzofenon BPFI. 

 

Amonia LP Encerkan 350 ml amonium hidroksida P 

dengan air sampai  1000 ml. Larutan mengandung antara 

9,5 % dan 10,5 % NH3. 

 

Amonium asetat P NH4C2H3O2 ; BM 77,08; [631-61-8]; 

murni pereaksi. 

 

Amonium asetat LP Larutkan 10 g amonium asetat P 

dalam air sampai  100 ml. 

 

Amonium besi(III) sulfat LP pakailah  besi(III) 

amonium sulfat LP. 

 

Amonium bikarbonat P Amonium hidrogen karbonat; 

NH4HCO3; BM 79,06; [1066-33-7]; murni pereaksi. 

Tidak kurang dari 99,0%. 

 

Amonium dihidrogen fosfat P pakailah  amonium 

fosfat monobasa P. 


 

Amonium etanol LP Larutan dari gas amoniak dalam 

etanol P. Mengandung NH3 antara 9% dan 11% . 

     Pemerian cairan jernih, tidak berwarna, berbau 

amoniak. 

    Bobot jenis Lebih kurang 0,80. 

    Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tahan alkali, 

simpan di tempat dingin. 

 

Amonium format P Garam amonium asam format; 

CH5NO2; BM 63,06; [540-69-2]; murni pereaksi. 

 

Amonium fosfat P pakailah  amonium fosfat dibasa P. 

 

Amonium fosfat dibasa P Diamonium hidrogenfosfat 

P; Amonium fosfat P; (NH4)2HPO4; BM 132,06; [7783-

28-0]; murni pereaksi. 

 

Amonium fosfat monobasa P Amonium dihidrogen 

fosfat P; NH4H2PO4; BM 115,03; [7722-76-1]; murni 

pereaksi. 

 

Amonium hidrogen karbonat pakailah  amonium 

bikarbonat P. 

 

Amonium hidroksida P; Air Amonia P;  Larutan NH3 

25 % b/b; [1336-21-6]; murni pereaksi. 

 

Amonium karbonat P Garam Hartshorn [506-87-6]; 

murni pereaksi.  

     

Amonium karbonat LP Larutkan 20 g amonium 

karbonat P dan 20 ml amonia LP dalam air sampai  100 ml. 

 

Amonium klorida P NH4Cl; BM 53,49; [12125-02-9]; 

murni pereaksi. 

 

Amonium metavanadat P NH4VO3; BM 116,98; 

[7803-55-6];  murni pereaksi. 

    Pemerian Serbuk hablur putih. 

    Kelarutan Sukar larut dalam air dingin; larut dalam air 

panas dan dalam amonium hidroksida encer. 

 

Amonium molibdat P (NH4)6Mo7O24.4H2O; BM 

1235,86; [12054-85-2]; murni pereaksi. 

 

Amonium molibdat LP Larutkan 6,5 g asam molibdat P 

yang diserbuk halus dalam campuran 14 ml air dan        

14,5 ml amonium hidroksida P. Dinginkan larutan, 

tambahkan perlahan-lahan sambil diaduk ke dalam 

campuran 32 ml asam nitrat P dan 40 ml air yang sudah 

dingin. Biarkan selama 48 jam, dan saring melalui 

penyaring kaca masir dengan porositas halus. Larutan ini 

rusak pada penyimpanan dan tidak boleh dipakai  jika 

pada penambahan 2 ml natrium fosfat dibasa LP ke 

dalam 5 ml larutan tidak segera terbentuk endapan 

kuning ataupun sesudah  dihangatkan. 

    Wadah dan penyimpanan Simpan larutan di tempat 

gelap. Jika selama penyimpanan terbentuk endapan, 

pakailah  beningan. 

 

Amonium molibdat, pereaksi Campur dengan urutan 

sebagai berikut: 1 bagian volume larutan amonium 

molibdat P 2,5 %, 1 bagian volume larutan asam 

askorbat P 10 % dan 1 bagian volume asam sulfat 3 M; 

tambahkan 2 bagian volume air. Pereaksi amonium 

molibdat hanya dapat dipakai  dalam 1 hari. 

 

Amonium nitrat P NH4NO3; BM 80,04; [6484-52-2]; 

murni pereaksi. 

 

Amonium oksalat P (NH4)2 C2O4.H2O; BM 14